Minggu, 30 Juni 2013

MUKJIZAT AL-QUR'AN


                       
KEAGUNGAN AL-QUR’AN

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (para cendekia), (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. (Bila dijumpai sesuatu yang mengagumkan, ia mengembalikannya kepada Allah yang menciptakan): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau”. (Namun dengan menyadari keterbatan ilmu yang berpotensi salah dalam penjelajahan inetelektualnya sehingga senantiasa ia mohon ampunan Allah), “maka peliharalah Kami dari siksa neraka”. {ALI IMRAN:190=191}
Muqaddimah

Al-Qur’an adalah mukjizat nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang paling agung bila dibandingkan dengan mukjizat yang lain yang dimiliki oleh beliau dan atau bila dibanding dengan mukjizat-mukjizat lain yang dimiliki oleh para Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. Adalah wajar jika sampai saat ini bahkan sampai hari kiamat nanti keaslian al-Qur’an masih tetap terjaga. Karena mustahil tidak ada satu orang pun di dunia ini yang dapat memalsukan / merubah ayat-ayat al-Qur’an apalagi mampu menyaingi keindahan kalam-kalam al-Qur’an. Dan itulah salah satu hikmah Nuzulul Qur'an dan keutamaan Al-Qur'an itu sendiri

Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar yang diberikan Allah Ta'ala kepada Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam 14 abad yang silam. al-Qur’an memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki oleh mukjizat yang lain yang hanya bisa dinikmati dan disaksikan pada zamannya saja. Sejak pertama kali diturunkan al-Qur’an telah mampu merubah arah dan
Sejarah Nuzulul Qur’an
Nuzulul Qur’an yang secara harfiah berarti turunnya Al Qur’an (kitab suci agama Islam) adalah istilah yang merujuk kepada peristiwa penting penurunan wahyu Allah pertama kepada nabi dan rasul terakhir agama Islam yakni Nabi Muhammad SAW. Dalam pembahasan Nuzulul Qur’an menurut Berbagai Madzab kita telah mengetahui bahwa Al-Qur’an diturunkan ke Baitul Izzah secara langsung. Dari Baitul Izzah itulah, Al-Qur’an kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW. Wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah surat Al Alaq ayat 1-5 yang bila diterjemahkan menjadi : ” Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan 1. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah 2. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah 3. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam 4. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya 5.”
Saat wahyu ini diturunkan Nabi Muhammad SAW sedang berada di Gua Hira, ketika tiba-tiba Malaikat Jibril datang menyampaikan wahyu tersebut. Adapun mengenai waktu atau tanggal tepatnya kejadian tersebut, terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama, sebagian menyakini peristiwa tersebut terjadi pada bulan Rabiul Awal pada tanggal 8 atau 18 (tanggal 18 berdasarkan riwayat Ibnu Umar), sebagian lainnya pada bulan Rajab pada tanggal 17 atau 27 menurut riwayat Abu Hurairah, dan lainnya adalah pada bulan Ramadhan pada tanggal 17 (Al-Bara’ bin Azib), 21 (Syekh Al-Mubarakfuriy) dan 24 (Aisyah, Jabir dan Watsilah bin Asqo’) Nuzulul Qur’an yang kemudian diperingati oleh sebagian kaum muslimin mengacu kepada tanggal pertama kali Al-Qur’an diturunkan kepada Rasulullah SAW di gua Hira. Jika sebagian besar umat Islam di Indonesia meyakini 17 Ramadhan sebagai tanggal Nuzulul Qur’an, Syaikh Syafiyurrahman Al-Mubarakfury menyimpulkan Nuzulul Qur’an jatuh pada tanggal 21 Ramadhan. Lepas dari berapa tanggal sebenarnya, Nuzulul Qur’an dalam arti turunnya Al-Qur’an kepada Rasulullah SAW secara bertahap atau berangsur-angsur
Pelajaran Nuzulul Qur’an
Al-Qur’an pertama kali diturunkan pada malam Lailatul Qadar tanggal 17 Ramadhan tepatnya saat beliau Nabi Muhammad Saw berusia 40 tahun. al-Qur’an diturunkan ke bumi tidak sama dengan kitab-kitab sebelumnya yang diturunkan hanya satu kali langsung selesai. Tetapi al-Qur’an diturunkan dengan cara berangsur-angsur atau sedikit demi sedikit (bertahap) sesuai dengan kebutuhan atau sesuai dengan permasalah yang terjadi saat itu untuk memberikan jawaban atas permasalah yang dihadapi para Sahabat Rasulullah shallallahu a'alaihi wa sallam kala itu. Dan itulah sedikit mengenai keutamaan Nuzulul Qur'an.

Nuzulul Qur'an yang kemudian diperingati oleh sebagian kaum muslimin mengacu kepada tanggal pertama kali Al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah SAW di gua Hira. Jika sebagian besar umat Islam di Indonesia meyakini 17 Ramadhan sebagai tanggal Nuzulul Qur'an. Walaupun ada yang mengatakan bahwa malam Nuzulul Qur'an adalah malam ke 21 Ramadhan.

Kejadian sejarah Nuzulul Qur’an diturunkannya Al Qur’an secara utuh dari Lauhul Mahfuzh di langit ketujuh, ke Baitul Izzah di langit dunia."Bulan Ramadhan, bulan yang di padanya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (QS. Al Baqarah: 185)
Banyak hikmah dapat kita petik dari kisah Nabi Ibrahim tersebut untuk merenungi ayat-ayat kauniyah, ayat-ayat Allah di alam, untuk menemukan hakikat Allah dan mengambil pelajaran darinya. Ya, membaca ayat-ayat-Nya. Hal yang sama dalam format berbeda diajarkan juga oleh Malaikat Jibril kepada Rasulullah Muhammad SAW pada malam turunnya Al-Qur-an, Nuzulul Qur-an:

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS Al-Alaq:1 – 5).
”Bacalah” bukan sekadar bermakna membaca ayat-ayat Allah di kitab, tetapi membaca juga ayat-ayat Allah di alam semesta, ayat-ayat kauniyah. Membaca alam bermakna merenungi ciptaan Allah. Asal usulnya, prosesnya, hukum-hukum yang berlaku padanya, dan kesudahannya. Itulah menjadikan intelektualitas manusia berkembang. Kecendekiawanannya lebih bermakna.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (para cendekia), (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. (Bila dijumpai sesuatu yang mengagumkan, ia mengembalikannya kepada Allah yang menciptakan): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau”. (Namun dengan menyadari keterbatan ilmu yang berpotensi salah dalam penjelajahan inetelektualnya sehingga senantiasa ia mohon ampunan Allah), “maka peliharalah Kami dari siksa neraka”.
Pada ayat tersebut Allah mengajarkan kita semua untuk menjadi “ulil albab”, orang yang senantiasa menggunakan akalnya. Menjadi cendekiawan yang senantiasa membaca alam. Empat cirinya: berdzikir, berfikir, bertauhid, dan beristighfar. Senantiasa berdzikir (ingat) kepada Allah dalam segala situasi. Tak jemu berfikir tentang segala fenomena alam. Bertauhid mengesakan Allah yang menciptakan alam ini. Tak lupa beristighfar atas kemungkinan lalai dan salah dalam pemikirannya.
Membaca alam secara mendalam kemudian menganalisisnya, merumuskannya, dan mengujinya akan menghasilkan sains, ilmu pengetahuan. Al-Quran mendorong umat Islam untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Ayat pembuka saat turunnya Al-Quran ”iqra, bacalah”, menjadi motivasi utama dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Mestinya juga menjadi pendorong untuk melahirkan inovasi.
Ada tiga peran utama sains yang juga diajarkan Al-Qur-an. Pertama, peran sains menjawab keingintahuan manusia. Keingintahuan utama adalah asal-usul sesuatu dan mekanisme kejadian di alam. Beberapa hal diisyaratkan di dalam Al-Quran untuk renungan bagi manusia untuk memikirkannya. Kedua, peran sains melandasi pengembangan teknologi yang memudahkan manusia. Sepanjang sejarah manusia, teknologi dikembangkan untuk memudahkan aktivitas manusia. Perilaku alam yang dikaji sains banyak menginspirasi pengembangan teknologi. Beberapa ayat Al-Quran pun memberi tantangan untuk menguasai teknologi untuk mengungkap rahasia alam. Ketiga, menurut ajaran Islam sains juga berperan membantu mendekatkan diri kepada Allah.
JAKARTA  1/7/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman