Rabu, 30 September 2015

KESAKTIAN PANCASILA




HARI KESAKTIAN PANCASILA ?


Muqaddimah
Sejarah G 30 S PKI tercatat sebagai salah satu sejarah kelam tercatat dalam sejarah negeri ini . Ketika kemerdekaan yang baru sebentar di rebut dari tangan penjajah justru ingin di rongrong oleh Partai Komunis Indonesia atau lebih di kenal PKI dalam upayanya mencoba mengkudeta kempemerintahan bangsa Indonesia yang saat itu di bawah pimpinan Presiden Soekarno..
Dan puncak dari kebiadaban partai berlambang palu dan arit di Indonesia yang saat itu di bawah komando Dipa Nusantara Aidit atau sering dikenal dengan nama DN. Aidit melakukan propaganda besar di negeri ini. Bahkan lewat Komandan Batalyon I Cakrabirawa yang di pimpin Letnan Kolonel Untung Syamsuri pada tanggal 30 September 1965 pada Kamis malam Jum’at atau pergantian hari 1 Oktober , gerakan ini melakukan tindakan keji. Dengan menculik dan membunuh beberapa jenderal yang memiliki kedudukan militer cukup tinggi. Dan gerakan ini akhirnya lebih di kenal dengan sebutan G 30 S PKI .
Pancasila dalam konteks sejarah ?
Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang ada pada pita yang dicengkram oleh burung garuda, berasal dari Kitab Negarakertagama yang dikarang oleh Empu Prapanca pada zaman kekuasaan kerajaan Majapahit. Pada satu kalimat yang termuat mengandung istilah “Bhinneka Tunggal Ika”, yang kalimatnya seperti begini: “Bhinneka tunggal Ika, tanhana dharma mangrwa. Sedangkan istilah Pancasila dimuat dalam Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Empu Tantular yang berisikan sejarah kerajaan bersaudara Singhasari dan Majapahit. Istilah Pancasila ini muncul sebagai Pancasila Karma, yang isinya berupa lima larangan sebagai berikut:
  1. Melakukan tindak kekerasan (membunuh)
  2. Mencuri
  3. Berzina
  4. Berbohong/berdusta
  5. Mabuk
Proses Penyususnan Pancasila ?
Sejarah pembuatan Pancasila berawal ketika sidang pertama BPUPKI pada tanggal 29 Maret 1945 yang bertujuan untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan tata pemerintahan Indonesia Merdeka. Adalah dr. Radjiman Widyoningrat yang mengajukan masalah pertama tentang dasar negara.
BPUPKI beranggotakan 67 orang (60 orang Indonesia, 7 orang Jepang) ini mengadakan sidang pertamanya pada tanggal 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945 untuk merumuskan negara Indonesia. Selama tiga hari itu tiga orang, yaitu, Muhammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno, menyumbangkan pemikiran mereka bagi dasar negara Indonesia. Diantara anggota Dr. Radjiman Wediodiningrat, Ki Hadjar Dewantara, Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Wahid Hasyim, dan K.H. Masykur
  Lima Sila Pancasila
—  Menurut Naskah Piagam Jakarta. Pada tanggal 22 Juni 1945 ada 9 tokoh merumuskan dasar negara.
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusian yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
—  Menurut Bagian Pembukaan UUD 1945
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusian yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


Gerakan 30 September ?
Presiden terpilih Jokowi meminta rakyat Indonesia tidak melupakan peristiwa Gerakan 30 September (GS30)/PKI yang menewaskan 7 jenderal pada tahun 1965. Menurut Jokowi, peringatan mengenang peristiwa tersebut perlu dilakukan agar masyarakat tidak melupakan kekejaman pada peristiwa itu.

"Kita harus mengenang hari ini dan mengenai tahun 1965 yang lalu jangan terulang. Yang terpenting jangan sampai terulang lagi," ujar Jokowi saat menghadiri acara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Monumen Pancasila Sakti, di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur, Rabu, (1/10/2014).
Beberapa Jendral Kurban PKI ?
1.      Letnan Jendral Anumerta Ahmad Yani (Meninggal Dunia di rumahnya, Jakarta Pusat. Rumahnya sekarang menjadi Museum Sasmita Loka Ahmad Yani)
2. Mayor Jendral Mas Tirtodarmo Haryono
3. Mayor Jendral Raden Soeprapto
4. Brigadir Jendral Donald Isaac Panjaitan
5. Mayor Jendral Siswondo Parman
6. Brigadir Polisi Ketua Karel Satsuit Tubun (Meninggal dunia di rumahnya)
7. Brigadir Jendral Sutoyo Siswodiharjo
8. Kolonel Katamso Darmokusumo (Korban G30S/PKI di Yogyakarta)
9. Letnan Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto (Korban G30S/PKI di Yogyakarta)
10. Ade Irma Suryani Nasution (Putri Abdul Haris Nasution, meninggal di kejadian ini)
11. Kapten Lettu Pierre Andreas Tendean (Meninggal di kediaman Jendral Abdul Haris Nasution)
Peristiwa G30S PKI ?
Pada dini hari 1 Oktober 1965, tujuh kesatuan unit militer bergerak di Jakarta menuju rumah tujuh jenderal paling senior di angkatan bersenjata.
Tiga dibunuh, tiga ditangkap, dan satu orang, Abdul Haris Nasution berhasil lolos, meski anak perempuannya yang berusia lima tahun, Ade Irma Suryani, tewas tertembak.
Tiga jenderal yang ditangkap kemudian dibawa ke markas udara di selatan Jakarta dan dibunuh. Jenazah mereka yang dimutilasi kemudian dibuang ke sumur.
Insiden ini kemudian mengubah arah sejarah modern Indonesia dan, mungkin, Asia, dengan memicu pembunuhan massal terburuk pada abad 20, menghabisi partai komunis terbesar ketiga di dunia, dan memunculkan seorang jenderal yang kemudian menguasai Indonesia selama tiga dekade ke depan, sehingga Indonesia berada di orbit Amerika Serikat dalam Perang Dingin.
Namun, 50 tahun kemudian, Gerakan 30 September atau G30S belum dipahami sepenuhnya oleh warga Indonesia. Para aktor di belakang gerakan tersebut serta motif mereka sampai sekarang belum jelas.
Peristiwa mengerikan tersebut masih menghantui masyarakat Indonesia sampai sekarang, dengan jutaan keluarga mengalami trauma dari pembunuhan massal dan pemenjaraan yang membabi-buta, atau karena bersalah telah ikut serta.
Kesaktian Pancasila ?
Peringatan hari kesaktian Pancasila menurut A Kardiyat Wiharyanto seharusnya dijadikan media refleksi untuk merenungkan bagaimana bangsa Indonesia saat ini menggunakan Pancasila untuk hidup berbangsa dan bernegara. Dalam masa transisi ke arah demokrasi yang sebenarnya saat ini, ternyata telah terjadi krisis dan disentegrasi moral dan mental. Dalam rangka mempertahankan kehidupan berbangsa dan bernegara rakyat terpanggil untuk membela dan  merevitalisasi Pancasila yang sedang berada diambang bahaya, karena mulai banyak dilupakan. Dalam konsteks inilah kita perlu merevitalisasi Pancasila sebagai dasar negara menuju terwujudnya masyarakat yang demokratis. Seluruh lapisan masyarakat harus menyadari bahwa tanpa plaform dalam format dasar negara atau ideologi yang kuat maka suatu bangsa akan mustahil untuk mempertahankan survivalnya. Kejadian di Uni Soviet dan Eropa Timur di tahun sembilan puluan dapat kita jadikan pelajaran penting bagaimana membangun  ideologi kuat sebagai modal dasar mempertahankan eksistensi sebuah bangsa dan negara.

BENTENG DARI ANCAMAN DESINTEGRASI BANGSA ?
Penetapan Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa dan negara bukan pekerjaan yang sederhana dan mudah. Proses pengesahannya melalui jalan yang panjang penuh perdebatan yang berbobot, rasa tanggung jawab yang besar terhadap nasib bangsa dikemudian hari, tetapi juga penuh dengan rasa persaudaraan yang akrab.
Kiranya kita perlu sadari bahwa kebhinekaan maupun kesatuan Indonesia adalah suatu kenyataan dan selayaknya suatu persoalan walaupun proses integrasi bangsa terus berjalan, namun potensi-potensi yang disentegratif belum hilang, bahkan amat mungkin tidak pernah hilang. Hal itu sebagai konsekuensi serta mendasarkan diri pada Pancasila. Pancasila amat menekankan kesatuan dan persatuan, tetapi tanpa mematikan atau melenyapkan kebhinekaan yang ada. Dilain pihak Pancasila menerima dan menghargai kebhinekaan, tetapi dalam batas-batas yang tidak membahayakan atau menghancurkan kesatuan dan kesatuan bangsa. Potensi desintegrasi bangsa yang terjadi dan berkembang akhir-akhir ini merupakan cobaan dan ujian bangsa menuju bangsa kuat dan maju.
Oleh karena itu semua persoalan tersebut dapat dipecahkan seandanyai kita memiliki ideologi yang kuat dan Pancasila dijadikan acuan utama dalam memecahkan segala persoalan-persoalan tersebut.Momentum Kesaktian Pancasila seharusnya dijadikan semangat untuk menjadikan Pancasila sebagai sarana paling ampuh sekali untuk mempersatukan bangsa Indonesia. Karena Pancasila adalah falsafah hidup dan kepribadian bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai, norma norma oleh bangsa Indonesia diyakini paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai tepat bagi bangsa Indonesia sehingga dapat mempersatukan bangsa Indonesia.

MEMPERKUAT SEMANGAT NASIONALISME DAN PATRIOTISME BANGSA ?
Era globalisasi dan modernisasi bangsa merupakan konsekuensi yang harus diterima oleh semua bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Disadari atau tidak hal tersebut akan berdampak dalam kehidupan bangsa dan negara. Disebagian masyarakat yang memiliki tingkat kedewasaan tinggi globalisasi akan menjadikan mereka untuk lebih kuat rasa nasionalisme dan patriotisme. Bahkan walaupun mereka harus belajar dan bekerja di luar negeri sekalipun tetap memegang teguh Pancasila sebagai ideologi bangsanya. Tetapi bagi sebagian lapisan masyarakat yang lain maka justru pengaruh globalisasi dan modernisai sedikit demi sedikit melunturkan rasa nasionalisme dan patriotisme mereka. Disamping karena minimnya pemahaman mereka tentang ideologi Pancasila juga karena pengaruh ideologi lain yang memaksa mereka kurang memiliki kebanggaan terhadap bangsa dan negara.Oleh karna itu peringatan hari kesaktian Pancasila bisa dijadikan kebangkitan bagi kita semua untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme yang cenderung mulai luntur.

Sumber:1.ht https://kanal3.wordpress.comtp://www.patikab.go.id
2.http://www.bbc.com 3.http://news.liputan6.com
4.http://www.indoberita.com
Jakarta 1/10/2015
READ MORE - KESAKTIAN PANCASILA

MUSIBAH HAJI





MUSIBAH HAJI YANG BERUNTUN ?


وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ٢:١٥٥
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ٢:١٥٦
أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ ٢:١٥٧

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un." Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk". [al Baqarah/2:155-157]

Muqaddimah
Semua ini dan bencana lain yang serupa, merupakan ujian dari Allah Subhanahu wa Ta'ala bagi para hamba-Nya. Barangsiapa bersabar, niscaya akan memperoleh pahala. Dan orang yang putus asa, akan ditimpa hukuman-Nya. Karena itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengakhiri ayat ini dengan berfirman:

وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

"(Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar)".[4]

Maksudnya, berilah kabar gembira atas kesabaran mereka. Pahala kesabaran tiada terukur. Akan tetapi, pahala ini tidak dapat dicapai, kecuali dengan kesabaran pada saat pertama kali mengalami kegoncangan (karena tertimpa musibah).[5]

Selanjutnya, Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan kriteria orang-orang yang bersabar. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

"(Yaitu), orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un".

Kata-kata
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" inilah, dikenal dengan istilah istirja’, yang keluar dari lisan-lisan mereka saat didera musibah.

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,"Mereka menghibur diri dengan mengucapkan perkataan ini saat dilanda (bencana) dan meyakini, bahwa mereka milik Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dia (Allah Subhanahu wa Ta'ala) berhak melakukan apa saja terhadap ciptaan-Nya. Mereka juga mengetahui, tidak ada sesuatu (amalan baik) yang hilang di hadapan-Nya pada hari Kiamat. Musibah-musibah itu mendorong mereka mengakui keberadaanya sebagai ciptaan milik Allah, akan kembali kepada-Nya di akhirat kelak.”[6]
أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ

"(Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya)".

Betapa besar balasan kebaikan yang diperoleh orang-orang yang mampu bersabar, menahan diri dalam menghadapi musibah dari Allah, Dzat yang mengatur alam semesta ini.

Kata Imam al Qurthubi rahimahullah : “Ini merupakan rangkaian kenikmatan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala bagi orang-orang yang bersabar dan mengucapkan kalimat istirja’. Yang dimaksud "shalawat" dari Allah bagi hamba-Nya, yaitu ampunan, rahmat dan keberkahan, serta kemuliaan yang diberikan kepadanya di dunia dan di akhirat. Sedangkan kata "rahmat" diulang lagi, untuk menunjukkan penekanan dan penegasan makna yang sudah disampaikan”. [8]

Imam ath-Thabari mengartikannya dengan makna maghfirah (ampunan)[9]. Sedangkan menurut Ibnu Katsir rahimahullah maknanya ialah, mereka mendapatkan pujian dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.[10]

وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

"(dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk)".

Disamping karunia yang telah disebutkan, mereka juga termasuk golongan orang-orang muhtadin (yang menerima hidayah), berada di atas kebenaran. Mengatakan ucapan yang diridhai Allah, mengerjalan amalan yang akan membuat mereka menggapai pahala besar dari Allah Subhanahu wa Ta'ala [11]. Dalam konteks ini, yaitu keberhasilan mereka bersabar karena Allah.[12]
Tragedi Mina ?
MUSIBAH pada musim haji tahun ini jatuhnya alat berat (crane) di Masjidil Haram dan kecelakaan Mina, bagi Iran dan Syiah — melalui media-medianya — jika diamati seperti sesuatu yang ‘istimewa’.
Reaksi yang diperlihatkan Iran cukup mudah dibaca: menyerang Saudi Arabia. Secara politis, dua negara ini memang berseteru. Tapi tidak-lah etis sampai memanfaatkan musibah haji ini untuk tujuan-tujuan politis.
Namun, ternyata itu bukan sekedar kritikan biasa. Setelah mencermati berita-berita media, dan statemen tokoh Iran dan ulama Syiah, penulis kemudian menilai ada sesuatu yang aneh dan tidak wajar lagi.
Hampir semua statemen berisi kecaman, kemarahan dan sampai perlu menyebarkan data-data hoax. Seakan-akan berambisi supaya pengelolaan tanah haramain dan ibadah haji tidak dipercayakan lagi kepada Saudi Arabia. Ada apakah semua ini?
Cermatilah komentar ini; “Muslimin dunia dengan persatuan dan seluruh kemampuan yang dimiliki, harus menyelamatkan Mekah dan Madinah, keyakinan, manasik, nyawa, harta dan kehormatan Muslimin dari tangan rezim boneka Barat ini”.
Pernyataan ini disampaikan Dewan Koordinasi Penyiaran Islam Iran, seperti dikutip indonesia.irib.ir pada Jum’at 25 September 2015.
Di portal yang sama, seorang tokoh Iran Ayatullah Mohammad Yazdi mengungkapkan kekecewaan atas pengelolaan haji oleh Saudi Arabia dan meminta pengelolaan haji ditangani bersama oleh negara-negara Islam.
Portal tersebut juga mengutip stateman Dewan Koordinasi Penyiaran Islam Iran yang mengumpat Saudi sebagai antek Zionis.
Dalam situs pribadinya ia mengaku, Iran akan membangkitkan kerusuhan selama musim haji berlangsung.
Hasil penyelidikan sementara kasus kecelakaan Mina juga ditemui keganjilan. Sebuah media besar di Timur Tengah Asharq Al-Awsat melaporkan bahwa insiden itu dipicu kacaunya jamaah haji Iran dalam perjalanan melaksanakan lempar jumrah. Koran itu menulis: “pelanggaran itu dimulai ketika sebanyak 300 jamaah Iran mulai bergerak dari Muzdalifa langsung menuju Jamarat, bukannya menuju kamp mereka dulu sebagaimana umumnya yang dilakukan oleh jamaah haji, untuk menunggu jadwal rombongan mereka. Mereka kemudian bergerak ke arah yang berlawanan di jalan 203 di mana insiden menyakitkan itu terjadi.”
Sesuai pedoman, 300 jamaah Iran ini tidak menunggu di kamp mereka sampai waktu yang telah ditetapkan. Kelompok ini malah memutuskan untuk kembali dari arah berlawanan yang juga bertepatan dengan gerakan kelompok lain sesuai dengan jadwal mereka untuk melempar jumrah, sehingga tragedi itu terjadi, kata situs Sabq.org, sebagaimana dilansir oleh Arab News.
Jalan 204, tempat terjadinya jamaah berdesak-desakan itu dikabarkan ternyata bukan jalur utama untuk jamaah yang akan melempar jumrah. Pertanyaannya adalah, kenapa ada ratusan — ada yang menyebut sampai puluhan ribu — jamaah haji Iran yang berada di situ lalu berbalik arah sehingga bertabrakan dengan jamaah haji lain?
Kejahatan Anti Arab Bukan kali ini jamaah haji Iran membuat kekacauan selama pelaksanaan ibadah haji. Kita pun jadi ingat statemen mantan diplomat Iran: “kita membangkitkan kerusuhan selama musim haji berlangsung”.
JAMAAH haji asal Iran yang beraliran syiah memang harus diwaspadai. Pada musim haji tahun 1986, pihak keamanan Arab Saudi berhasil mengamankan bahan peledak yang dibawa jamaah haji Iran memasuki Makkah. Lalu, setahun berikutnya jamaah Iran mengotori kesucian ibadah haji dengan mengadakan demo yang berakhir dengan kerusuhan dan korban berdarah.
Kira-kira apa yang mereka inginkan ketika pergi ke tanah yang disucikan umat Islam? Di saat semua jamaah haji seluruh dunia khusyu’, menangis syahdu saat menginjakkan kaki di tanah suci, mereka malah mengadakan kerusuhan. Banyak kaum Muslimin yang sebelum berangkat ke tanah suci banyak maksiat dan bukan orang alim, tapi begitu menyaksikan Ka’bah dan Masjid Nabawi, hati mereka langsung terpaut dengan Allah. Tanpa sadar manangis. Seperti sangat dekat dengan kehadirat Allah. Namun jamaah haji Iran tersebut membuat kerusuhan. Bukan menangis syahdu, tapi berteriak-teriak mengumpat Arab.
Pada zaman dahulu, jamaah haji Syiah lebih jahat lagi. Ibnu Katsir, imam ahli tafsir kenamaan, mencatat kejahatan itu. Jamaah Syiah menyerang kafilah yang baru menunaikan Ibadah haji dari Makkah. Mereka membunuhi kaum lelaki dan menawan kaum wanita. Meramapas harta mereka yang lebih dari 1 juta dinar. Bahkan mencopot Hajar Aswad dibawa ke kerajaan mereka (Ibn Katsir al-Syafi’i, Al-Bidayah wa al-Nihayah, juz XI, h. 149).
Dari sini lah makin terungkap ketidak wajaran protes Iran terhadap pelaksanaan haji. Protesnya tidak terbaca sebagai ungkapan rasa cinta kepada tanah Haramain, tapi terlihat kebencian kepada Arab.
Sentimen Syiah terhadap Arab sudah berlangsung lama. Ada dugaan mereka hasud terhadap Ka’bah yang menjadi pusat kaum Muslimin dunia dikelola oleh Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Ada dua masalah besar dalam hal ini.
Pertama, Syiah meyakini tanah Karbala lebih suci dari Haramain. Dalam kitab rujukan mereka, tercantum sebuah riwayat tentang keutamaan ziarah ke tanah Karbala di Iraq lebih dari ibadah haji ke Makkah. “Sesungguhnya ziarah (berkunjung) ke kubur Husein sebanding dengan (pahala) haji sebanyak 20 kali. Dan lebih utama dari 20 kali umrah dan 1 kali haji.” (Ya’kub al-Kulaini, Furu’ al-Kafi jilid 1, hal. 324).
Jadi, saya menjadi paham kenapa tahun 80-an jamaah haji Iran berani mengadakan demo, karena Makkah tidak lebih suci daripada tanah Karbala.
Kedua, Iran juga tidak mampu mengurus asset-aset Ahlus Sunnah di negaranya sendiri. Membangun masjid dan madrasah Ahlus Sunnah di Teheran (ibu kota Iran) sangat sulit. Faktanya, Iran pada tahun 1982 pernah menyegel Masjid Ham Tareeth di negara bagian Khurasan. Masjid yang berjasa untuk mensyiarkan dakwah Islam itu dinilai berbahaya dan secara arogan dirubah negara menjadi pusat Garda Revolusi.
Tidak berhenti disitu, Masjid Lakour sekaligus Sekolah dekat kota Jabahar juga rata oleh kekejian Syiah pada tahun 1987.
Berabad-abad lamanya, Iran ini merupakan daerah Ahlus Sunnah lalu kini menjadi negara berpaham Syiah. Apakah asset-aset Ahlus Sunnah tetap terjaga?
Banyak ulama, pemikiran dan sufi yang lahir di Persia. Lantas, bagaimana kabar makam-makam, masjid dan peninggalan-peninggalan lainnya para ulama Ahlus Sunnah di sana sekarang?* Oleh: Ahmad Kholili Hasib(Penulis adalah anggota MIUMI Jawa Timur)
Hidayatullah.com—Musibah Mina yang terjadi hari Kamis (24/09/2015) menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa yang saat ini mungkin masih akan terus bertambah.
Diantara korban luka yang dirawat di beberapa rumah sakit Arab Saudi ternyata ada yang berasal dari Iran. Para jamaah haji Iran yang terluka tersebut, mendapatkan fasilitas pengobatan dan kepedulian pemerintah Arab Saudi.
Dikutip laman alriyadh.com dari islammemo, Senin (28/09/2015), beberapa haji asal Iran yang menjadi korban peristiwa Mina menyampaikan ucapan terima kasih pada Arab Saudi atas pelayanan selama ibadah haji.
Mereka begitu terkejut dan tidak mengira kalau pemerintah Arab Saudi akan memberikan pengobatan gratis.
Sementara itu salah satu haji asal Iran lainnya merasa heran, mengapa media di Iran tidak ada yang memberitakan pengobatan. Ia yakin, seandainya ia berobat di Iran, pasti akan mengeluarkan biaya yang banyak.
Protes pemerintahan Iran atas musibah Mina saat ibadah haji mendapat tanggapan  Alwi Shihab, utusan khusus Presiden Joko Widodo untuk Timur Tengah.
Menurut Alwi, pemerintah Kerajaan Arab Saudi sudah berusaha maksimal memberikan pelayanan terbaiknya.
“Antisipasi sudah dilakukan pemerintah Arab Saudi dengan mengatur jadwal. Bangunan tempat melempar jumrah juga sudah ditambah jadi tiga tingkat. Kejadian Mina lebih karena tidak disiplinnya jamaah,” ujar Alwi kepada wartawan saat menghadiri Hari Ulang Tahun Kerajaan Arab Saudi yang ke-84 di Dian Ballroom, Raffles, Ciputra World I, Jakarta, Selasa, (29/9/2015) malam.
Ketika wartawan menanyakan soal jamaah Iran yang dituding sebagai penyebab tragedi Mina, kata Alwi, “Iran sendiri tidak mengaku. Jangan diikuti informasi yang tidak jelas. Itu politik. Ini kejadian diluar prediksi. Saudi sudah berusaha maksimal memberi pelayanan terhadap jamaah haji dari seluruh dunia. Jangan menuding yang lain ya!” ujar Alwi, yang pernah menjabat menteri luar negeri di pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid.
Sumber:1.http://almanhaj.or.id
2.http://www.hidayatullah.com
Jakarta 30/9/2015
READ MORE - MUSIBAH HAJI

Selasa, 29 September 2015

REZKI MANUSIA




REZKI SUDAH DITETAPKAN ?


فَأَمَّا الْإِنسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ
Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku” . (QS. Al Fajr :15-16)
وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim:34)

اَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ
Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada Hari Kiamat hingga ia ditanya:Umurnya dia habiskan untuk apa; ilmunya diamalkan untuk apa; hartanya dari mana ia peroleh dan dibelanjakan untuk apa dan tubuhnya digunakan untuk apa. (HR at-Tirmidzi).

Muqaddimah
إِنَّ رُوْحَ الْقُدْسِ نَفَثَ فِيْ رَوْعِيْ: إِنَّ نَفْسًا لاَ تَمُوْتُ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِيْ الطَّلَبِ وَلاَ يَحْمِلَنَّكُمْ اِسْتِبْطَاءُ الرِّزْقِ أَنْ تَطْلُبُوْهُ بِمَعَاصِيْ اللهِ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُدْرَكُ مَا عِنْدَهُ إِلاَّ بِطَاعَتِهِ
Malaikat Jibril membisikkan di dalam hatiku, bahwa suatu jiwa tidak akan mati hingga telah sempurna rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan carilah (rezeki) dengan cara yang baik —halal, proporsional dan tidak tersibukkan dengannya— dan hendaklah tertundanya (lambatnya datang) rezeki tidak mendorong kalian untuk mencarinya dengan kemaksiatan kepada Allah, karena sesungguhnya keridhaan di sisi Allah tidak akan bisa diraih kecuali dengan ketaatan kepada-Nya (HR Abu Nu’aim, al-Baihaqi dan al-Bazar dari Ibn Mas’ud).
Keimanan tentang rezeki itu menjadi salah satu kunci seorang tidak akan tersibukkan dengan dunia, tidak menjadi pemburu harta, bisa bersikap zuhud, giat beramal, berdakwah amar makruf nahi mungkar dan ketaatan pada umumnya. Imam Hasan al-Bashri pernah ditanya tentang rahasia zuhudnya. Beliau menjawab, “Aku tahu rezekiku tidak akan bisa diambil orang lain.Karena itu, hatikupun jadi tenteram. Aku tahu amalku tidak akan bisa dilakukan oleh selainku. Karena itu, aku pun sibuk beramal. Aku tahu Allah selalu mengawasiku. Karena itu, aku malu jika Dia melihatku di atas kemaksiatan. Aku pun tahu kematian menungguku. Karena itu, aku mempersiapkan bekal untuk berjumpa dengan-Nya.”
Rezki diatur sama Allah ?


Rezeki kita sudah diatur dan sudah ditentukan. Kita tetap berikhtiar. Namun tetap ketentuan rezeki kita sudah ada yang mengatur. So, tak perlu khawatir akan rezeki.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim no. 2653, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash)
Dalam hadits lainnya disebutkan,
إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ فَقَالَ اكْتُبْ. فَقَالَ مَا أَكْتُبُ قَالَ اكْتُبِ الْقَدَرَ مَا كَانَ وَمَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى الأَبَدِ
Sesungguhnya awal yang Allah ciptakan (setelah ‘arsy, air dan angin) adalah qalam (pena), kemudian Allah berfirman, “Tulislah”. Pena berkata, “Apa yang harus aku tulis”. Allah berfirman, “Tulislah takdir berbagai kejadian dan yang terjadi selamanya.” (HR. Tirmidzi no. 2155. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Ibnul Qayyim berkata,
“Fokuskanlah pikiranmu untuk memikirkan apapun yang diperintahkan Allah kepadamu. Jangan menyibukkannya dengan rezeki yang sudah dijamin untukmu. Karena rezeki dan ajal adalah dua hal yang sudah dijamin, selama masih ada sisa ajal, rezeki pasti datang. Jika Allah -dengan hikmahNya- berkehendak menutup salah satu jalan rezekimu, Dia pasti –dengan rahmatNya- membukan jalan lain yang lebih bermanfaat bagimu.
Renungkanlah keadaan janin, makanan datang kepadanya, berupa darah dari satu jalan, yaitu pusar.
Lalu ketika dia keluar dari perut ibunya dan terputus jalan rezeki itu, Allah membuka untuknya DUA JALAN REZEKI yang lain [yakni dua puting susu ibunya], dan Allah mengalirkan untuknya di dua jalan itu; rezeki yang lebih baik dan lebih lezat dari rezeki yang pertama, itulah rezeki susu murni yang lezat.
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمن عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدِ رَضِي اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نُطْفَةً ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيُنْفَخُ فِيْهِ الرُّوْحُ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ : بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا (رواه البخاري ومسلم)
dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud –semoga Allah meridlainya- beliau berkata: Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam menceritakan kepada kami dan beliau adalah orang yang jujur dan harus dipercaya: Sesungguhnya (fase) penciptaan kalian dikumpulkan dalam perut ibunya selama 40 hari (dalam bentuk) nutfah (sperma), kemudian selama itu (40 hari) menjadi segumpal darah kemudian selama itu (40 hari) menjadi segumpal daging, kemudian diutuslah Malaikat, ditiupkan ruh dan dicatat 4 hal: rezekinya, ajalnya, amalannya, apakah ia beruntung atau celaka. Demi Allah Yang Tidak Ada Sesembahan yang Haq Kecuali Dia, sungguh di antara kalian ada yang beramal dengan amalan penduduk jannah (surga) hingga antara dia dengan jannah sejarak satu hasta kemudian ia didahului dengan catatan (taqdir) sehingga beramal dengan amalan penduduk anNaar (neraka), sehingga masuk ke dalamnya (anNaar). Sesungguhnya ada di antara kalian yang beramal dengan amalan penduduk anNaar, hingga antara dia dengan anNaar sejarak satu hasta kemudian ia didahului dengan catatan (taqdir) sehingga beramal dengan amalan penduduk jannah sehingga masuk ke dalamnya (jannah) (H.R alBukhari dan Muslim).
1. REZEKI ?
Ar-Rizqu (rezeki) secara bahasa berasal dari akar kata razaqa–yarzuqu–razq[an] wa rizq[an]. Razq[an] adalah mashdar yang hakiki, sedangkan rizq[an] adalah ism yang diposisikan sebagai mashdar. Kata rizq[an] maknanya adalah marzûq[an] (apa yang direzekikan); mengunakan redaksi fi’l[an] dalam makna maf’ûl (obyek) seperti dzibh[an] yang bermakna madzbûh (sembelihan).
Secara bahasa razaqa artinya a’thâ (memberi) dan ar-rizqu artinya al-‘atha’ (pemberian).
1. Menurut ar-Razi dan al-Baydhawi, secara bahasa ar-rizqu juga berarti al-hazhzhu (bagian/porsi), yaitu nasib (bagian) seseorang yang dikhususkan untuknya tanpa orang lain.Karena itu, Abu as-Saud mengartikan ar-rizqu dengan al-hazhzhu al-mu’thâ (bagian/porsi yang diberikan).
2 Menurut Ibn Abdis Salam dalam tafsirnya, asal dari ar-rizqu adalah al-hazhzhu (bagian/porsi). Karena itu, apa saja yang dijadikan sebagai bagian/porsi (seseorang) dari pemberian Allah adalah rizq[an].
3.Rezeki bukan hanya yang secara riil dimanfaatkan (dinikmati) oleh seseorang. Ayat-ayat al-Quran menunjukkan bahwa rezeki manusia adalah apa saja yang ia kuasai baik yang ia manfaatkan maupun tidak (Lihat QS al-Baqarah [2]: 57, 60; an-Nisa’ [4]: 5; ar-Ra’d [13]: 26; al-Hajj [22]: 34).
Ayat-ayat itu jelas memutlakkan rezeki untuk menyebut semua yang dikuasai baik dimanfaatkan (secara riil) maupun tidak. Tidak bisa dikhususkan pada apa yang dimanfaatkan (secara riil) saja tanpa ada ayat yang mengkhususkannya, karena ayat-ayat tersebut bersifat umum dan penunjukannya juga umum.
احرص على ما ينفعك واستعن بالله ولا تعجز وإن أصابك شيء فلا تقل لو أني فعلت كان كذا وكذا ولكن قل قدر الله وما شاء فعل
Bersemangatlah dalam hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah dan jangalah kamu malas! Apabila kamu tertimpa sesuatu, janganlah kamu mengatakan :’Seaindainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini atau begitu’, tetapi katakanlah : ‘Qoddarullahu wa maa sya’a fa’ala” (HR. Muslim 2664)
Ikhtutam
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah : Wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni seluruh dosa. Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Pengampun lagi Penyayang” (Q.S Az-Zumar:53).
http://muslim.or.id
JAKARTA 30/9/2015
READ MORE - REZKI MANUSIA
 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman