AGUNGNYA PUASA Ramadhan
"Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana yang diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. al-Baqarah: 183)
Muqaddimah
Puasa telah dilakukan oleh umat-umat terdahulu. Kama kutiba 'alal ladzina min qablikum (Sebagaimana diwajibkan atas (umat-umat) yang sebelum kamu). Dari segi ajaran agama, para ulama menyatakan bahwa semua agama samawi, sama dalam prinsip-prinsip pokok akidah, syariat, serta akhlaknya. Ini berarti bahwa semua agama samawi mengajarkan keesaan Allah, kenabian, dan keniscayaan hari kemudian. Shalat, puasa, zakat, dan berkunjung ke tempat tertentu sebagai pendekatan kepada Allah adalah prinsip-prinsip syariat yang dikenal dalam agama-agama samawi.
Orang bertakwa
dalam al-Qur’an adalah manusia ideal, kekasih Tuhan. Ibadah, salah satunya
puasa, diwajibkan agar orang menjadi takwa. Derajat manusia ditentukan oleh
ketak-waannya. Ada beberapa keutamaan orang yang bertakwa, sebagaimana
diungkapkan Sayyid Qasim Syubbar, di antaranya adalah:
- Pujian dan penghargaan dari Allah swt.: "Jika kamu bers-abar dan bertakwa, maka demikian itu termasuk perkara yang sangat menentukan." (QS. Ali Imran: 186).
- Penjagaan dan penerimaan: "Jika kamu bersabar dan bertakwa, tidak akan memperdayakan kamu tipuan mereka sedikitpun." (QS. Ali Imran: 120).
- Bantuan dan pertolongan: "Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa." (QS. an-Nahl: 128).
- Jalan keluar dari segala kesulitan dan rezeki yang halal: "Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, Allah jadikan bagi¬nya jalan keluar dari Allah dan Allah akan beri dia rezeki dari tempat yang tak terduga." (QS. ath-Thalaq: 2-3).
- Memperbaiki amal: "Wahai orang-orang yang beriman, ber-takwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah ucapan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki amal-amal kamu." (QS. al-Ahzab: 70-71).
Hakekat Puasa
Kata-kata yang beraneka bentuk itu,
kesemuanya terambil dari akar kata yang sama yakni sha-wa-ma yang dari segi
bahasa maknanya berkisar pada "menahan" dan "berhenti atau
"tidak bergerak". Kuda yang berhenti berjalan dinamai faras shaim.
Manusia yang berupaya menahan diri dari satu aktivitas --apa pun aktivitas
itu-- dinamai shaim (berpuasa). Pengertian kebahasaan ini, dipersempit maknanya
oleh hukum syariat, sehingga shiyam hanya digunakan untuk "menahan diri
dar makan, minum, dan upaya mengeluarkan sperma dari terbitnya fajar hingga
terbenamnya matahari".
Kaum sufi, merujuk ke hakikat dan tujuan puasa, menambahkan kegiatan yang harus dibatasi selama melakukan puasa. Ini mencakup pembatasan atas seluruh anggota tubuh bahkan hati dan pikiran dari melakukan segala macam dosa. Betapa pun, shiyam atau shaum --bagi manusia-- pada hakikatnya adalah menahan atau mengendalikan diri. Karena itu pula puasa dipersamakan dengan sikap sabar, baik dari segi pengertian bahasa (keduanya berarti menahan diri) maupun esensi kesabaran dan puasa.
Hadis qudsi yang menyatakan antara lain bahwa, "Puasa untuk-Ku, dan Aku yang memberinya ganjaran" dipersamakan oleh banyak ulama dengan firman-Nya dalam surat Az-Zumar (39): 10.
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas. Orang sabar yang dimaksud di sini adalah orang yang berpuasa.
Kaum sufi, merujuk ke hakikat dan tujuan puasa, menambahkan kegiatan yang harus dibatasi selama melakukan puasa. Ini mencakup pembatasan atas seluruh anggota tubuh bahkan hati dan pikiran dari melakukan segala macam dosa. Betapa pun, shiyam atau shaum --bagi manusia-- pada hakikatnya adalah menahan atau mengendalikan diri. Karena itu pula puasa dipersamakan dengan sikap sabar, baik dari segi pengertian bahasa (keduanya berarti menahan diri) maupun esensi kesabaran dan puasa.
Hadis qudsi yang menyatakan antara lain bahwa, "Puasa untuk-Ku, dan Aku yang memberinya ganjaran" dipersamakan oleh banyak ulama dengan firman-Nya dalam surat Az-Zumar (39): 10.
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas. Orang sabar yang dimaksud di sini adalah orang yang berpuasa.
Takwa adalah buah yang diharapkan dan dihasilkan oleh puasa. Buah
tersebut akan menjadi bekal orang beriman dan perisai baginya agar tidak
terjatuh dalam jurang kemaksiatan. Seorang ulama sufi pernah berkata tentang
pengaruh takwa bagi kehidupan seorang muslim; “Dengan bertakwa, para kekasih
Allah akan terlindungi dari perbuatan yang tercela, dalam hatinya diliputi rasa
takut kepada Allah sehingga senantiasa terjaga dari perbuatan dosa, pada malam
hari mengisi waktu dengan kegiatan beribadah, lebih suka menahan kesusahan
daripada mencari hiburan, rela merasakan lapar dan haus, merasa dekat dengan
ajal sehingga mendorongnya untuk memperbanyak amal kebajikan".
Takwa merupakan kombinasi kebijakan dan pengetahuan, serta gabungan antara
perkataan dan perbuatan.
Puasa Ramadhan akan membersihkan rohani kita dengan menanamkan perasaan kesabaran, kasih sayang, pemurah, berkata benar, ikhlas, disiplin, terhindar dari sifat tamak dan rakus, percaya pada diri sendiri dan sebagainya.
Puasa Ramadhan akan membersihkan rohani kita dengan menanamkan perasaan kesabaran, kasih sayang, pemurah, berkata benar, ikhlas, disiplin, terhindar dari sifat tamak dan rakus, percaya pada diri sendiri dan sebagainya.
Korelasi Puasa Dengan Taqwa
Korelasi antara
puasa dengan ketakwaan terlihat dari em¬pat aspek, sebagaimana dikemukakan Dr.
Ali Abdul Wahid Wafi dalam bukunya, Buhuts fi Al-lslam,
Aspek pertama, puasa menuntut orang yang menjalan-kannya untuk menahan diri dari
hasrat-hasrat biologis kebutuhan vital tubuh demi mengimplementasikan perintah
Allah dan mendekatkan diri pada-Nya. Tuntutan ini jelas tak akan bisa terpenuhi
tanpa peran ketakwaan, rasa takut, dan ketaatan kepada Allah.
Aspek kedua, puasa tercermin dalam hal-hal negatif yang hanya
diketahui Allah, tidak terlihat oleh orang lain. Dengan demikian, orang yang
berpuasa ini benar-benar tulus demi mencari ridha Allah tanpa dikotori
noda-noda riya’.
Aspek ketiga, karena mencakup menahan diri dari makan-an dan minuman, maka puasa dapat
menurunkan kekuatan tubuh sekaligus melemahkan pengaruh kekuatan ini pada diri
seorang hamba. Manakala kekuatan dan pangaruh kekuatan ini melemah dalam diri
seseorang, maka hawa nafsunya juga ikut melemah dan jiwanya menjadi bersih.
Manakala hawa nafsunya melemah dan jiwanya bersih, maka ketakwaannya meningkat
dan jauh dari perbuatan-perbuatan maksiat. Sebab sebagian be¬sar perbuatan
maksiat datang dari tubuh dan hawa nafsu.
Terkait hal ini
Rasulullah saw. bersabda, "Puasa adalah perisai dan peluruh (hawa
nafsu)." (Muttafaq alaih). Dengan de-mikian, puasa diserupakan mengebiri.
Artinya, puasa mampu meredam hawa nafsu dan melemahkan kecenderungan
terhadapnya.
Aspek keempat, puasa melatih keinginan untuk menguasai hasrat dan hawa nafsu, sehingga
seseorang mendapatkan kekuatan kekebalan terhadap hasrat dan hawa nafsu ini
pada saat tak berpuasa. Saat seseorang berpuasa sebulan penuh pada bulan
Ramadhan, maka peranan puasa Ramadhan tersebut sama dengan peranan plasma darah
(serum) dalam melindungi tubuh. Sebagaimana halnya plasma yang bekerja
memberikan daya tahan pada tubuh yang membuatnya mampu melawan je¬nis-jenis
kuman tertentu, maka puasa pun memberikan kekuatan (kekebalan) pada jiwa yang
membuatnya mampu melawan hawa nafsunya.
Hikmah Puasa
Perlu diingat, ibadah puasa Ramadhan akan membawa faedah bagi kesehatan ruhani dan jasmani kita apabila dilaksanakan sesuai dengan panduan yang telah ditetapkan, jika tidak, maka hasilnya tidak seberapa malah mungkin ibadah puasa kita sia-sia belaka.
Allah SWT berfirman "Makan dan minumlah kamu dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf:31)
Nabi SAW juga bersabda "Kita ini adalah kaum yang makan apabila merasakan lapar, dan makan dengan secukupnya (tidak kenyang)."
Hikmah Puasa Muhammad Ali as-Sabumi
( ahli tafsir ) dalam bukunya Rawa¯i’ al-Bayann Tafsir Ayat al- Ahkam min Al
–Qur’an (uraian yang menarik tentang ayat-ayat hukum di dalam Al-Qur’an
)mengatakan bahwa sekurang-kurangnya ada empat hikmah yang terkadung dalam
puasa:
1. Sarana
Pendidikan bagi manusia agar tetap bertaqwa kepada Allah SWT, membiasakan diri
untuk patuh terhadap perintah-perintahNya, dan menghambakan diri kepadaNya,
2. Pendidikan
bagi jiwa dan membiasakannya untuk tetap sabar dan tahan terhadap segala
penderitaan dalam menempuh dan melaksanakan perintah Allah SWT.Puasa menjadikan
orang dapat menahan diri dari atau tidak menuruti segala keinginan dan hawa
nafsunya.Ia senantiasa berjalan di atas petunjuk syarak( hukum Islam )
3. Puasa
merupakan sarana menumbuhkan rasa kasih sayang dan rasa persaudaraan terhadap
orang lain,sehingga terdorong untuk membantu dan menyantuni orang-orang yang
melarat dan tidak berkecukupan.
4. Puasa dapat
menanamkan dalam diri manusia rasa taqwa kepada Allah SWT dengan senantiasa
melaksanakan perintah-Nya, baik dalam keadaan terang terangan maupun
sembunyi-sembunyi, dan meninggalkan segala yang dilarangnya.
JAKARTA 26/6/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar