Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (adz-Dzariyat: 56)
Dan sembahlah Tuhanmu sampai
datang kepadamu yang diyakini (ajal). (al-Hijr: 99)
Nabi saw bersabda yang artinya :
wahai Abdullah janganlah kamu seperti sifulan, dia biasa bangun malam (salat
tahajjud), lalu ia meninggalkan kiyamul lail (salat malam). (HR Imam Bukhari
dan Muslim)
Allah swt menciptakan duania beserta isi mempunyai maksud dan tujuan,
khususnya jin dan manusia yang di titahkan untuk menyembah kepada-Nya, ta’at
dan patuh terhadap perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya, suka atau
tidak. Ibadah yang
sering diterjemahkan dengan persembahan atau pengabdian kepada sang Khalik
merupakan harga mati, tidak bisa ditawarlagi.
Ibadah atau pengabdian menurut
Ibnu Taimiyah adalah setiap sesuatu yang mencakup ucapan, perbuatan yang
diridhoi oleh Allah swt. Perintah
salat atau ibadah lainnya yang semata-mata dilakukan karena mendekatkan diri
kepada Tuhan dengan dasar iman dan menteladani Rasulullah saw adalah pengertian
ibadah yang umum. Ibadah ada yang mahdhoh (rukun Islam) dan ada yang ghairu
mahdhoh seperti amal saleh, perbuatan yang terpuji dan ikhlas menjadi dasarnya.
Ummat Islam tidak dilarang mencari dunia,
seperti harta, tahta, wanita dan lain sebagainya, yang penting tidak
bertentangan dengan syara’. Dengan harta, seseorang bisa bersyukur dan atau
kufur. Berbahagialah mereka yang diamanati harta lalu dia pandai mensyukurinya
dengan banyak andil di pembangunan masjid, mushalla, pantai asuhan dan menolong
orang-orang yang butuh. Ternyata harta
bisa menyebabkan seseorang menjadi mulia disisi manusia dan Tuhan. Tetapi
jika hartanya diperoleh dengan haram, meskipun disedekahkan akan tertolak dan
menjadi orang yang hina di hadapan Allah swt.
Tahta yang diamanatkan kepada
para umara’ atau pejabat dikelak kemudian akan dimintak pertanggung jawaban,
sekecil apapun kedhaliman/aniaya kepada orang lain pasti mendapatkan
balasannya, demikian
juga keadilan dan kebijakan yang dilakukannya. Dengan jabatan, seseorang bisa
masuk surga atau neraka tergantung niat dan amal baiknya. Jangan seperti raja
Fir’aun, semakin lama jabatannya semakin lama pula kejahatannya, membunuh
setiap bayi laki-laki dan menolak kebanaran yang dibawa oleh nabi Musa as
bahkan menfitnahnya sampai ajal menjemputnya dalam kadaan su’ul khatimah(jelek
pungkasannya). Kedholiman dan kejahatan raja Fir’aun dapat menjadi bahan ajaran
bagi orang-orang yang ingin selamat dari siksanya Allah swt, bagi orang-orang
yang berkuasa jangan dholim seperti membenarkan yang salah atau sebaliknya,
menyengsarakan rakyat demi mengejar keuntungan yang lebih besar, menyalah
gunakan kekuasaan dan perbuatan tercela lainnya. Kedholiman di dunia akan
menyebabkan kehidupan yang suram dunia-akhirat.
Mumpung masih menjabat
bersegeralah menegakkan kebenaran, memakmurkan rakyat dan banyak beribadah
kepada-Nya. Niscaya Allah swt akan membalas dengan balasan yang lebih baik dan
mulia kepadanya dunia-aklhirat.
Sungguh merugi orang-orang yang tidak menghormat
dan memuliakan kaum wanita, khususnya kerabat dan sesama bangsa. Mengapa ? Jika kaum wanita banyak yang beriman,
beramal saleh dan patuh kepada suami yang ta’at kepada Allah swt dan Rasul-Nya
maka dapat dipastikan Allah swt memberikan hidayah kepada mereka sehingga
terwujudlah rumah tangga yang sakinah dan mawaddah. Tidak hanya rumah
tangga saja tetapi masyarakat dan bangsa akan berwibawa. Tetapi jika kaum
wanita tidak dihormat dan dimuliakan dengan pendidikan dan agama maka kehidupan
rumah tangga dan bahkan Negara akan kehilangan kewibawaannya, seperti banyak
kaum wanita yang menjual diri atau kaum laki-laki yang mendholimi mereka dengan
membayar dan merusak martabatnya, wanita tunasusila.
Dengan ibadah, kaum wanita akan berubah
menjadi hamba-hamba Allah swt yang mulia perbuatannya, mengkasihi dan
menyayangi keluarga lahir-batin. Beruntung seseorang bersanding dengan istri
yang solehah dan saling menasihati tentang kebenaran dan kesabaran, berlomba
dalam kebajikan antara keluarga guna menuju kasih-sayang Allah swt. Dengan
istri solehah, putera-puteri dapat diantarkan menjadi anak solih dan solehah
yang pada akhirnya mendapat pemahaman surga ada ditelapak kakinya. Sungguh
benar sabda Rasulullah saw yang artinya:Surga
itu ada ditelapak kaki ibu. (al-Hadis)
Dengan demikian, persembahan atau pengabdian kepada Allah swt bisa dilakukan dengan
bekal ilmu, harta, tahta atau lainnya ,
baik mahdhoh maupun ghairu mahdhoh dalam bingkai tauhid, berbuat sesuatu yang
diridhoi-Nya dan ikhlas kepada Dia.
JAKARTA 9/4/2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar