KEAGUNGAN ORANG MISKIN YANG Sabar
Allah
swt berfirman,“Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah adalah yang
paling bertakwa diantara kalian” (QS. Al-Hujurat: 13).
Muqaddimah
Sesuatu yang perlu
dikaji, kenapakah di dalam syurga ramai kaum fakir dan miskin? Di mana orang
kaya? kenapa orang kaya tidak ramai di syurga? Apa pula kelebihannya si fakir
dan miskin sehingga mereka pula menjadi penghuni yang ramai di syurga?
Daripada Ibnu Abbas dan ‘Imran bin Hussain r.a, bahawasanya Rasulullah
SAW telah bersabda: “Aku melihat ke dalam syurga, maka aku dapat melihat
kebanyakan penghuninya adalah terdiri daripada kalangan orang-orang fakir
miskin. Dan (apabila) aku melihat ke dalam neraka, maka aku dapat melihat
kebanyakan penghuninya adalah terdiri daripada golongan perempuan.” (Hadis
riwayat Muttafaqun ‘alaih)
Usamah bin Zaid
menceritakan, bahawa Rasulullah SAW. bersabda yang bermaksud: "Aku berdiri
di atas syurga, kebanyakan yang masuk ke dalamnya adalah golongan miskin dan
orang kaya tertahan di luar pintu syurga kerana dihisab. Selain daripada itu
ahli neraka diperintahkan masuk ke dalam neraka, dan aku berdiri di atas pintu
neraka, aku lihat kebanyakan yang masuk ke dalam neraka adalah perempuan."
Kabar Gembira Buat Orang Miskin
Nabi Muhammad SAW. bersabda: “Sampaikan kepada orang fakir
daripadaku, bahawa sesiapa yang sabar daripada kamu dan mengharapkan pahala
daripada Allah SWT, maka ia akan mendapat tiga kelebihan yang tidak boleh
didapati oleh orang-orang yang kaya iaitu:
1. Di dalam syurga
(kelak) ada kamar dari yaqut yang merah, penghuni syurga melihat tempat itu
seperti melihat bintang di langit semasa di dunia, tidak dapat masuk ke tempat
itu kecuali Nabi yang fakir atau orang yang mati syahid yang fakir atau seorang
mukmin yang fakir.
2. Orang fakir yang
(kelak dapat) memasuki syurga (lebih awal) sebelum orang kaya dengan kadar
setengah hari, iaitu kira-kira lima ratus tahun. Mereka bersuka-suka dengan
bebas di dalamnya. Dan Nabi Sulaiman bin Daud a.s. akan memasuki syurga sesudah
nabi-nabi yang lain memasukinya kira-kira empat puluh tahun disebabkan oleh
kerajaan yang diberikan Allah SWT. kepadanya (Nabi Sulaiman ialah nabi yang
diberikan kekayaan dan kekuasaan di dunia).
3. Jika orang fakir
membaca: "Subhaballah walhamdulillah walaa ilaha illalah wallahu akbar"
dengan tulus ikhlas; dan orang kaya juga turut membaca kalimah itu, maka orang
kaya itu tidak dapat mengejar (pahala) orang fakir meskipun ditambah dengan
sedekah sepuluh ribu dirham. Demikian jugalah amal-amal kebaikan yang lain
(yang dilakukan oleh si fakir)."
Keutamaan Orang Miskin
Orang miskin yang bersabar lebih utama. Riwayat ini dipilih oleh Abū Ishāq Ibn Syāqilā
dan al-Qādhī Abū Ya`lā. Pendapat ini juga dipilih oleh mayoritas Shūfiyyah dan
banyak ahli fiqh. Termasuk dalam kelompok ini adalah al-Junaid. Di antara
alasan yang digunakan adalah, bahwa cobaan kemiskinan lebih berat untuk
dirasakan dibandingkan cobaan kekayaan.
Imam
al-Ghazāli berpendapat bahwa secara umum kefakiran lebih afdhal
dibandingkan kekayaan [al-Ihyā', vol. III, hal. 264]. Meski
beliau berkata di tempat lain, “Berapa banyak orang faqir yang bersabar lebih
afdhal dibandingkan orang kaya yang bersyukur. Dan (begitu pula sebaliknya),
berapa banyak orang kaya yang bersyukur lebih afdhal dibandingkan orang faqir
yang sabar. Itulah orang kaya yang memberlakukan dirinya seperti orang faqir.
Ia tidak memegang harta untuk dirinya kecuali sebatas kebutuhan darurat, dan
selebihnya ia berikan untuk hal-hal kebaikan.” [Lihat al-Ihyā',
vol. IV, hal. 140.]
Dari Abū Hurairah, Nabi
bersabda:
يَدْخُل فُقَرَاءُ الْمسْلمِينَ الْجنّةَ قَبْلَ أغْنِيَائِهِم بِنِصْفِ
يَوْمٍ، وَهُوَ خَمْسُمِائَة عَامٍ
“Orang-orang faqir kaum
muslimin mendahului orang-orang kaya mereka dalam hal masuk surga selama
setengah hari (di akhirat), yaitu lima ratus tahun.” [Lihat Shahīh
al-Jāmi` no. 8076.]
Pendapat Ulama
Sedangkan ketaqwaan dibangun di atas dua landasan : sabar
dan syukur. Apakah dia orang kaya atau pun orang miskin, harus menyempurnakan
kedua-duanya. Barangsiapa sabar dan syukurnya lebih sempurna, maka dia lebih
utama.
Jika kita runut kebelakang, kita akan temukan orang-orang miskin yang
sabar, bahkan yang berpredikat nabi sekalipun. Mereka adalah: Isa bin Maryam
AS, Yahya bin Zakaria AS, Ali bin Abi Thalib, Abi Dzar Al-Ghifari, Mush’ab bin
Umair, Salman Al-Farisi Radhiyallahu ‘Anhum. Sebaliknya juga ada orang-orang
kaya yang bersyukur, seperti: Ibrahim AS, Ayub AS, Dawud AS, Sulaiman AS, Usman
bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Talhah, Zubeir, Sa’ad bin Muadz Radhiyallahu
‘Anhum, dan masih banyak lagi. Lalu mana yang paling baik?
Ibnul Qayyim mengatakan :
"Jika telah diketahui demikian, maka sabar dan syukur saling berkaitan
erat satu dengan yang lainnya, tidak mungkin ada salah satunya tanpa yang lain.
Hanya saja kadang-kadang diungkapkan dengan salah satunya karena dianggap lebih
dominan dalam keadaan tertentu."
Kita bisa contohkan dengan ungkapan di atas "orang kaya yang bersyukur" karena memang yang menonjol pada orang kaya adalah rasa syukurnya, walaupun sesungguhnya dia harus bersabar dengan cobaan dunia dan kekayaan. Sebaliknya diungkapan pula "orang yang miskin yang sabar" karena memang yang menonjol pada orang miskin adalah kesabarannya. Walau pun dia tetap dituntut untuk syukur karena selamatnya dia dari cobaan dunia dan walau pun terlihat sedikit dia telah mendapatkan kenikmatan besar yang harus disyukuri.
Lebih jelasnya kita lihat firman-firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang menunjukkan bahwa kekayaan dan kemiskinan, kesusahan dan kemudahan, kebaikan dan kejelekan semuanya merupakan cobaan dan ujian yang harus dihadapi dengan sabar :
"Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)." (Q.S. Al-Anbiya' : 35)
Kita bisa contohkan dengan ungkapan di atas "orang kaya yang bersyukur" karena memang yang menonjol pada orang kaya adalah rasa syukurnya, walaupun sesungguhnya dia harus bersabar dengan cobaan dunia dan kekayaan. Sebaliknya diungkapan pula "orang yang miskin yang sabar" karena memang yang menonjol pada orang miskin adalah kesabarannya. Walau pun dia tetap dituntut untuk syukur karena selamatnya dia dari cobaan dunia dan walau pun terlihat sedikit dia telah mendapatkan kenikmatan besar yang harus disyukuri.
Lebih jelasnya kita lihat firman-firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang menunjukkan bahwa kekayaan dan kemiskinan, kesusahan dan kemudahan, kebaikan dan kejelekan semuanya merupakan cobaan dan ujian yang harus dihadapi dengan sabar :
"Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)." (Q.S. Al-Anbiya' : 35)
Kesimpulannya Ibnul Qayyim rahimahullah
mendudukkan kedua-duanya seimbang. Dan kedua-duannya saling berkaitan. Tidak
sempurna syukur tanpa sabar dan tidak pula sempurna sabar tanpa syukur. Beliau
berkata : "Kesimpulannya, yang paling utama di antara keduanya adalah
yang paling taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, apakah dia orang kaya atau
pun orang miskin. Jika keduanya sama ketaqwaannya maka sama pula keutamaannya.
Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak mengutamakan seseorang dengan kekayaan
atau kemiskinan, tidak pula dengan bencana atau pun keselamatan. Tetapi Allah
memuliakan seseorang dengan ketaqwaan. "Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di
antara kamu." (Q.S. Al-Hujurat : 13)
JAKARTA 26/6/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar