FADHILAH Shalat sunah
rawatib
1. Shalat sunah
rawatib mu’akkadah
Muakkadah: yaitu sholat sunah yang selalu dilakukan oleh Nabi saw. Sholat
ini jumlahnya ada 10 raka’at
• Dua raka’at sebelum shalat
Dhuhur
• Dua raka’at setelah shalat
Dhuhur
• Dua raka’at setelah shalat
Maghrib
• Dua raka’at setelah shalat
Isya’
• Dua raka’at sebelum shalat
shubuh
Dari Ibnu Umar ra, ia berkata: “Aku shalat bersama Rasulallah saw dua
raka’at sebelum shalat dzuhur, dua raka’at sesudahnya, dua raka’at sesudah shalat
maghrib di rumah beliau, dua raka’at sesudah shalat isya’ di rumah beliau.”
Kemudian ia berkata: “saudaraku Hafsha pernah meriwayatkan bahwa Rasulallah saw
shalat dua raka’at ringan ketika terbit fajar (sebelum shalat subuh).” (HR
Bukhari Muslim)
2. Shalat sunah
rawatib bukan mu’akkadah
Bukan Mu’akkadah: yaitu shalat sunnah yang kadang kadang ditinggalkan
atau tidak dilakukan oleh Nabi saw. Shalat ini jumlahnya ada 12 raka’at, yaitu:
• Dua raka’at sebelum sholat
dzuhur
• Dua raka’at sesudah shalat
dzuhur
• Empat raka’at sebelum sholat
Ashar
• Dua raka’at sebelum sholat
Maghrib
• Dua raka’at sebelum sholat
Isya’
Dari Umu Habibah ra, Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang menjaga
empat rakaat sebelum dzuhur dan empat rakaat sesudahnya, Allah mengharamkannya
dari api Neraka.” (HR Abu Daud dan At-Tirmidzi, hadits hasan shahih)
Dari Ali r.a. ia berkata, “Nabi saw biasa shalat empat raka’at sebelum
ashar, beliau membaginya menjadi dua dengan ucapan salam kepada para malaikat
yang selalu dekat dengan Allah dan kepada orang-orang yang mengikuti mereka
dari kalangan kaum muslimin dan mukminin.” (HR Hasan Tirmidzi).
Dari Abdullah bin Mughaffal ra, Rasulallah saw bersabda: “Shalatlah
kalian sebelum Maghrib (beliau mengulangnya tiga kali). Diakhirnya beliau
bersabda: Bagi siapa saja yang mau melaksankannya. Beliau takut hal tersebut
dijadikan oleh orang-orang sebagai sunnah. (HR Bukhori)
Dari Abdullah bin Mughaffal ra ia berkata: Nabi saw bersabda: “Diantara
adzan dan iqomah ada sholat, diantara adzan dan iqomah ada sholat (kemudian
ketiga kalinya beliau berkata:) bagi siapa yang mau” (HR Bukhari Muslim)
Niat Sholat Rawatib
Shalat Rawatib. Adalah shalat sunnah yang dikerjakan mengiringi shalat
fardhu. Niatnya :
a. Qabliyah, adalah shalat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum shalat wajib. Waktunya : 2 rakaat sebelum shalat subuh, 2 rakaat sebelum shalat Dzuhur, 2 atau 4 rakaat sebelum shalat Ashar, dan 2 rakaat sebelum shalat Isya’. Niatnya:
a. Qabliyah, adalah shalat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum shalat wajib. Waktunya : 2 rakaat sebelum shalat subuh, 2 rakaat sebelum shalat Dzuhur, 2 atau 4 rakaat sebelum shalat Ashar, dan 2 rakaat sebelum shalat Isya’. Niatnya:
‘Ushalli sunnatadh
Dzuhri* rak’ataini Qibliyyatan lillahi Ta’aalaa’ Artinya: ‘aku
niat shalat sunnah sebelum dzuhur dua rakaat karena Allah’
* bisa diganti dengan shalat wajib yang akan dikerjakan.
b. Ba’diyyah, adalah shalat sunnah rawatib yang dikerjakan setelah shalat fardhu.
Waktunya : 2
atau 4 rakaat sesudah shalat Dzuhur, 2 rakaat sesudah shalat Magrib dan 2 rakaat sesudah
shalat Isya
atau 4 rakaat sesudah shalat Dzuhur, 2 rakaat sesudah shalat Magrib dan 2 rakaat sesudah
shalat Isya
Keutamaan
Shalat Sunnah Rawatib
Dari Ummul
Mukminin Ummu Habibah [Romlah] bin Abu Sufyan ra. ia berkata: Saya mendengar
Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seorang muslim yang mengerjakan shalat karena
Allah, setiap hari dua belas rakaat, melainkan Allah menyediakan baginya sebuah
rumah di dalam surga, atau melainkan baginya sebuah rumah di surga.” (HR
Muslim)
Dari Ibnu Umar
ra. ia berkata: Saya bersama-sama dengan Rasulullah saw. mengerjakan shalat dua
rakaat sebelum shalat Dzuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah
shalat Jum’at, dua rakaat sesudah shalat Magrib, dan dua rakaat sesudah shalat
Isya’.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Abdullah
bin Mughaffal ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Di antara setiap adzan
dan iqamah ada shalat sunnah, di antara setiap adzan dan iqamah ada shalat, di
antara setiap adzan dan iqamah ada shalat.” Setelah beliau mengucapkan yang
ketiga kalianya, beliau bersabda: “Bagi orang yang suka mengerjakannya.” (HR
Bukhari dan Muslim)
Dari ‘Aisyah
ra. bahwasannya Nabi saw. tidak pernah meninggalkan shalat sunnah empat rakaat
sebelum shalat shubuh.” (HR Bukhari)
Dari ‘Aisyah
ra. ia berkata: Nabi saw. selalu menepati di dalam mengerjakan shalat sunnah
melebihi dua rakaat fajar [sebelum shalat shubuh].” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari ‘Aisyah
ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Dua rakaat fajar [sebelum shalat shubuh]
adalah lebih baik daripada dunia seisinya.” (HR Muslim)
Dalam riwayat yang lain dikatakan: “Dua rakaat fajar itu lebih aku sukai daripada dunia sesinya.”
Dalam riwayat yang lain dikatakan: “Dua rakaat fajar itu lebih aku sukai daripada dunia sesinya.”
Dari Abdullah
[Bilal] bin Rabah ra. muadzdzin Rasulullah saw. ia datang kepada Rasulullah
saw. untuk adzan shubuh. Kemudian Bilal ditanya tentang sesuatu oleh ‘Aisyah
sampai lambat adzannya. Bilal lantas adzan dan dilanjutkan dengan iqamat. Namun
Rasulullah saw. belum juga keluar. Sesudah Nabi saw. keluar dan segera shalat
bersama orang-orang, Bilal memberitahu kepadanya kalau ia ditanya macam-macam
oleh ‘Aisyah hingga pagi benar. Kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya aku
mengerjakan dua rakaat shalat fajar lebih dulu.” Ada seorang shahabat berkata:
“Wahai Rasulallah, sesungguhnya engkau sudah berada pada waktu pagi-pagi
benar.” Beliau bersabda: “Walaupun waktu lebih pagi lagi, niscaya aku akan
tetap mengerjakan dua rakaat fajar dengan sesempurna-sempurnanya dan
sebaik-baiknya.” (HR Abu Dawud)
Dari ‘Aisyah
ra. bahwasannya Nabi saw. shalat sunnah dua rakaat yang ringan antara adzan dan
iqamat shalat shubuh.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dan di dalam riwayat yang lain dikatakan: “Beliau shalat dua rakaat fajar sangat ringan [cepat], sehingga saya bertanya pada diri sendiri: “Apakah beliau membaca al-Fatihah pada kedua rakaat itu?”
Dan di dalam riwayat Muslim dikatakan bahwa beliau mengerjakan dua rakaat dengan ringan apabila mendengar adzan.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Apabila fajar telah menyingsing.”
Dan di dalam riwayat yang lain dikatakan: “Beliau shalat dua rakaat fajar sangat ringan [cepat], sehingga saya bertanya pada diri sendiri: “Apakah beliau membaca al-Fatihah pada kedua rakaat itu?”
Dan di dalam riwayat Muslim dikatakan bahwa beliau mengerjakan dua rakaat dengan ringan apabila mendengar adzan.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Apabila fajar telah menyingsing.”
Dari Hafshah
ra. bahwasannya Rasulullah saw. apabila telah mendengar muadzdzin
mengumandangkan adzan shubuh maka beliau mengerjakan shalat dua rakaat yang
ringan.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Apabila fajar telah menyingsing, Rasulullah saw. hanya mengerjakan shalat dua rakaat yang ringan.”
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Apabila fajar telah menyingsing, Rasulullah saw. hanya mengerjakan shalat dua rakaat yang ringan.”
Dari Ibnu Umar
ra. ia berkata: Rasulullah saw. biasa shalat malam dua rakaat dua rakaat salam.
Dan pada akhir malam beliau shalat witir satu rakaat, serta shalat dua rakaat
sebelum Shubuh apabila beliau telah mendengar adzan.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Ibnu
‘Abbas ra. bahwasannya Rasulullah saw. pada rakaat pertama dari shalat fajar
membaca: Quuluu amannaa billaaHi wa maa unzila ilainaa; yang terdapat pada
surah al-Baqarah. Dan pada rakaat kedua beliau membaca: aamannaa billaaHi
wasyHad bi annaa muslimuun.”
Dalam riwayat yang lain dikatakan bahwa pada rakaat kedua beliau membaca ayat: ta-‘aalau ilaa kalimating sawaa-in bainanaa wa bainakum; yang terdapat pada surah Ali ‘Imraan. (HR Muslim)
Dalam riwayat yang lain dikatakan bahwa pada rakaat kedua beliau membaca ayat: ta-‘aalau ilaa kalimating sawaa-in bainanaa wa bainakum; yang terdapat pada surah Ali ‘Imraan. (HR Muslim)
Dari Abu
Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. pada dua rakaat fajar membaca: “Qul
yaa ayyuHal kaafiruun; dan Qul HuwallaaHu ahad.” (HR Muslim)
Dari Ibnu Umar
ra. ia berkata: “Selama sebulan saya melihat Nabi saw. pada dua rakaat fajar
selalu membaca: Qul yaa ayyuHal kaafiruun; dan Qul HuwallaaHu ahad.” (HR
Turmudzi)
Dari ‘Aisyah
ra. ia berkata: “Apabila Nabi selesai shalat dua rakaat fajar, maka beliau
berbaring pada pinggang sebelah kanan.” (HR Bukhari)
Dari ‘Aisyah
ra. ia berkata: “Nabi saw. apabila shalat sebelas rakaat di antara isya’ dan
shubuh, dimana setiap dua rakaat beliau salam serta witir satu rakaat. Apabila
muadzdzin yang mengumandangkan adzan shubuh telah selesai dan fajar telah
menyingsing serta si muadzdzin telah datang kepada Nabi, maka beliau
mengerjakan shalat dua rakaat yang ringan, kemudian berbaring pada pinggang
sebelah kanan sampai si muadzdzin mengumandangkan iqamat.” (HR Muslim)
Dari Abu
Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Apabila salah seorang di
antara kamu telah shalat dua rakaat fajar maka hendaklah ia berbaring pada
pinggang sebelah kanan.” (HR Abu Dawud dan Turmudzi)
Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Saya shalat dua rakaat sebelum shalat dzuhur dan dua rakaat sesudahnya bersama-sama dengan Rasulullah saw.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Saya shalat dua rakaat sebelum shalat dzuhur dan dua rakaat sesudahnya bersama-sama dengan Rasulullah saw.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari ‘Aisyah
ra. bahwasannya Rasulullah saw. tidak pernah meninggalkan shalat sunnah empat
rakaat sebelum shalat Dzuhur.” (HR Bukhari)
Dari ‘Aisyah
ra. ia berkata: Nabi saw. biasa shalat empat rakaat sebelum dzuhur di rumah,
kemudian beliau mengimami shalat, setelah itu beliau pulang dan mengerjakan
shalat sunnah dua rakaat di rumah. Beliau biasa mengimami shalat Maghrib,
kemudian beliau pulang dan mengerjakan shalat sunnah dua rakaat di rumah.
Beliau biasa mengimami shalat ‘Isya’, kemudian beliau pulang dan mengerjakan
shalat sunnah dua rakaat di rumah.” (HR Muslim)
Dari Ummu
Habibah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa selalu
mengerjakan shalat sunnah empat rakaat sebelum shalat dzuhur dan empat rakaat
sesudahnya, niscaya Allah mengharamkan dirinya dari api neraka.” (HR Abu Dawud
dan Turmudzi)
Dari Abdullah
bin As-Saib ra. bahwasannya Rasulullah saw. selalu shalat sunnah empat rakaat
setelah matahari tergelincir, sebelum beliau mengerjakan shalat Dzuhur. Beliau
bersabda: “Sesungguhnya saat-saat seperti ini pintu-pintu langit sedang dibuka,
oleh karena itu aku ingin agar amal kebaikanku naik ke atas pada saat-saat
seperti ini.” (HR Turmudzi)
Dari ‘Aisyah
ra. bahwasannya apabila Nabi saw. tidak mengerjakan shalat empat rakaat sebelum
Dzuhur, maka beliau mengerjakannya sesudah shalat Dhuhur.” (HR Turmudzi)
Dari Ali bin
Abu Thalib ra. ia berkata: Nabi saw. selalu shalat sunnah empat rakaat sebelum
shalat asyar, dimana beliau memisahkannya dengan salam yang ditujukan kepada
malaikat Muqarrabin dan kaum muslimin dan kaum mukminin yang mengikutinya.” (HR
Turmudzi)
Dari Ibnu Umar
ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Semoga Allah selalu memberikan rahmat
kepada seseorang yang suka mengerjakan shalat sunnah empat rakaat sebelum
shalat Asyar.” (HR Abu Dawud dan Turmudzi)
Dari Ali bin
Abi Thalib ra. bahwasannya Nabi saw. sering shalat sunnah dua rakaat sebelum
shalat Asyar.” (HR Abu Dawud)
Dari Abdullah
bin Mughaffal ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Shalatlah kalian, sebelum
mengerjakan shalat maghrib.” Kemudian pada perintah yang ketiga kalinya, beliau
bersabda: “Bagi orang yang mau mengerjakannya.” (HR Bukhari)
Dari Anas ra.
ia berkata: “Saya melihat tokoh-tokoh sahabat Rasulullah saw. selalu
terburu-buru untuk mengerjakan shalat sunnah maghrib.” (HR Bukhari)
Dari Anas ra.
ia berkata: “Pada masa Rasulullah saw. kami biasa shalat sunnah dua rakaat
sesudah matahari terbenam dan sebelum mengerjakan shalat maghrib.” Kemudian ada
seseorang bertanya: “Apakah Rasulullah saw. mengerjakan shalat sunnah itu?”
Anas menjawab: “Beliau melihat kami mengerjakan shalat sunnah itu, beliau tidak
menyuruh dan melarang kami.” (HR Muslim)
Dari Anas ra.
ia berkata: “Ketika kami di Madinah, apabila muadzdzin telah mengumandangkan
adzan Maghrib maka orang-orang selalu terburu-buru untuk mengerjakan shalat
sunnah dua rakaat, sehingga kalau ada orang asing masuk ke masjid itu amka ia
akan menyangka bahwa shalat maghrib telah dikerjakan karena banyaknya orang
yang mengerjakan shalat sunnah itu.” (HR Muslim)
Dari Abu
Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Apabila salah seorang di
antara kalian mengerjakan shalat Jum’at maka hendaklah ia mengerjakan shalat
sunnah empat rakaat sesudahnya.” (HR Muslim)
Dari Ibnu Umar
ra. bahwasannya Nabi saw. tidak mengerjakan shalat sunnah sesudah shalat Jumat
sehingga beliau pulang, kemudian beliau shalat sunnah dua rakaat di rumahnya.”
(HR Muslim)
JAKARTA 19/6/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar