Artinya:
- Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan (yang dahsyat),
- Dan bumi Telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,
- Dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?”,
- Pada hari itu bumi menceritakan beritanya,
- Karena Sesungguhnya Tuhanmu Telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.
- Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka,
- Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
- Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. ZALZALAH
Muqaddimah
Surat ini Madaniyyah dan terdiri
dari 8 ayat. Di dalamnya Allah menegaskan bahwa kebaikan, apapun adanya, Allah
akan membalas pelakunya. Dan kejahatan, apapun adanya, pelakunya juga akan
dibalas. Semua itu terjadi pada hari Kiamat.
Apabila Allah hendak menyudahi dunia
ini dan memulai Kiamat, Allah memerintahkan bumi dan ia pun terguncang dengan
sangat keras, tidak seperti biasanya. Semua yang tersimpan di dalamnya keluar;
api, air, tambang, dan sisa-sisa bangkai. Saat itu, orang yang menyaksikannya
berkata, “Apa ini?” Maksudnya, apa yang terjadi dengan bumi ini. Ini tidak
seperti biasanya dan tidak diketahui sebabnya. Pada saat itu bumi menceritakan,
berbicara dengan kejadian itu dan bukan dengan kata-kata. Sebagaimana yang
dikatakan Al-Allamah At-Thabari dalam tafsirnya, “Ia melaksanakan perintah. Apa
yang terjadi di muka bumi dan tidak biasa terjadi disebabkan karena Tuhanmu
menitahkan kepadanya. Perintah-Nya yang sampai kepada bumi. Perintah semacam
itu merupakan perintah kejadian. Semua yang terjadi di alam semesta ini akibat
dari perintah kejadian yang datang dari Allah. Hanya saja ada peristiwa yang terjadi
tanpa sebab lahiriah maka ia dinisbatkan kepada perintah kejadian, sedangkan
yang terjadi akibat perkara biasa ia tidak dinisbatkan kepadanya, walaupun
sejatinya ia juga bersumber dari Allah.
Tafsir Ayat
“Apabila telah digempakan bumi itu
segempa-gempanya.” (ayat 1). Dengan diujungi “segempa-gempanya”, atau
sehebat-hebatnya, dapatlah kita fahamkan bahwa gempa itu bukanlah lagi gempa
setumpak, melainkan seluruh permukaan bumi. Bukan lagi karena letusan sebuah
gunung, melainkan bumi itu seluruhnya atau kesebuahannya telah tergoncang dari
falak tempat jalannya.
“Dan mengeluarkan bumi itu akan
segala isi-isinya.” (ayat 2).
Ini pun menambah lagi pengertian kita
atas kuat dan hebatnya gempa besar itu, sehingga goncangan bumi yang sedemikian
hebat, menjadikan bumi laksana dihindang dan dihayunkan, sehingga segala isi
yang tersimpan di sebalik bumi itu terbongkar keluar, tidak ada lagi yang
tersembunyi, sampai pun tulang-tulang manusia yang beratus ribu tahun telah
terkubur dibalik kulit bumi itu akan terbongkar keluar.
Menurut Al-Qurthubi
ada juga orang yang mentafsirkan segala isi-isi yang berat dalam bumi bukan
saja tulang-tulang manusia, melainkan perbendaharaan emas perak yang menjadi
kekayaan bumi pun terbongkar. Dengan tafsiran demikian itu, kita di zaman
sekarang yang telah melihat betapa banyaknya kekayaan terpendam di dalam bumi,
sejak dari bensin dan minyak tanah, akan dapat menggambarkan betapa hebatnya
pada waktu itu. Kalau isi bumi terbongkar keluar, lahar tanah, bayangkanlah,
alangkah dahsyat pada waktu itu.
Kiamat pasti datang. Dia bukan
semata-mata kepercayaan yang diajarkan oleh sekalian agama langit. Bahkan telah
menjadi pengetahuan manusia. Penyelidikan akan kemungkinan kiamat telah
dinyatakan secara Teori ilmiah sebaca tersebut di bawah ini.
Jadi orang-orang yang meminta
penyaksian Ilmiah manusia apa yang disabdakan Tuhan, sudah boleh tenteram hati
menerima wahyu-wahyu Ilahi. Padahal sehendaknya bagi orang yang beriman,
pengetahuan manusia belum dapat sekaligus diterimanya kalau belum sesuai dengan
firman Tuhan.
“Dan berkata manusia: “Apa halnya?” (ayat 3). Artinya: apa halnya bumi maka
jadi begini? Apa yang telah terjadi? Menunjukkan bahwa manusia pada waktu itu
tanya bertanya di dalam kegugupan dan bingung.“Di hari itu dia akan menceriterakan khabar-khabarnya.” (ayat 4). Artinya bahwa di hari itu bumi itu sendiri akan menceriterakan sendiri khabar berita tentang dirinya. Yaitu meskipun bukan bumi berkata dengan lidah, tetapi keadaan yang telah terjadi itu, yang kian lama kian hebat dahsyat dan menakutkan, telah menjawab sendiri pertanyaan yang timbul di hati manusia. Yaitu bahwa inilah permulaan hari kiamat: Dunia lama mulai dihancurkan dan zaman akhirat telah mulai datang. “Bahwa Tuhan engkau telah memerintahkannya.” (ayat 5). Artinya bahwa segala yang tengah terjadi itu adalah suatu ketentuan yang pasti dari Allah, qadar yang telah ditentukan, atau ajal yang telah sampai pada waktunya, bilangan dunia sudah sampai!
Al-Qasyani menegaskan: “Artinya Tuhanlah yang memerintahkan bumi itu bergoncang dan rusak dan hancur dan runtuh dan mengeluarkan segala isinya yang terpendam,” (sebagai disebutkan di ayat 2).
“Di hari itu manusia akan pergi berpisah-pisah.” (pangkal ayat 6). Berpisah-pisah dibawa untung masing-masing, keluar dari kampung halaman atau rumah tangganya, sehingga terpisah-pisahlah di antara satu dengan yang lain, tidak dapat berkelompok lagi. Hal ini pun diterangkan lebih jelas dalam Surat 80, ‘Abasa ayat 34 sampai 37, bahwa di hari itu orang lari dari saudaranya, dari ibunya dan ayahnya, dari isterinya dan anak-anaknya, karena masing-masing orang menghadapi urusannya sendiri: “Untuk diperlihatkan kepada mereka amal-amal mereka.” (ujung ayat 6).
Itulah pula yang dinamai “Yaumal-Hisab”, Hari Perhitungan, atau “Yaumal-Mizan”, Hari Penimbangan. Akan diselidiki satu demi satu amal perbuatan, kegiatan dan usaha selama hidup di atas duni, baiknya dan buruknya. Dan semuanya akan diperlakukan dengan adil dan tidak ada yang tersembunyi.
“Maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan setimbang debu pun, niscaya dia akan melihatnya.” (ayat 7). “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan setimbang debu pun, niscaya dia pun akan melihatnya.” (ayat 8).
Di dalam kedua ayat ini disebut dzarrah, yang supaya lebih popular kita artikan saja dengan debu. Padahal dzarrah adalah lebih halus dari debu. Di zaman modern ini, setelah orang menyelidiki tenaga atom dan telah dapat memanfaatkannya, maka atom itu dipakai dalam bahasa seluruh dunia dengan memakai kalimat dzarrah. Ahli-ahli fisika Arab menyebut juga dzarrah itu dengan Al-Jauharul-fard, benda yang sangat halus yang tidak dapat dibagi lagi. Lantaran itu boleh jugalah kita artikan: “Dan barangsiapa yang mengerjakan setimbang atom pun dari kebaikan, niscaya dia akan melihatnya.” Jadi bukti bahwa tidak ada satu pun yang tersembunyi di sisi Tuhan dari hal amalan manusia dan kegiatan hidupnya, supaya dibalas dan diganjari setimpal dengan perbuatannya.
Syaikh Muhammad Abduh dalam tafsirnya menegaskan “ayat ini telah menyatakan bahwa segala amalan dan usaha, baiknya dan buruknya, besarnya dan kecilnya akan dinilai oleh Tuhan. Baik yang berbuatnya itu orang beriman ataupun kafir. Tegasnya lagi, amal kebaikan orang yang kafir dihargai Tuhan, meskipun dia dengan demikian tidak terlepas daripada hukuman kekafirannya.”
Beliau kemukakan sebuah ayat di dalam Surat 21, Al-Anbiya’ ayat 47: “Bahwa di hari kiamat itu alat-alat penimbang akan diletakkan dengan sangat adil, sehingga tidak ada satu diri pun yang akan teraniaya, walaupun sebesar biji daripada hama (telur hama), semuanya akan dipertimbangkan.”
Dengan demikian orang yang telah mengaku beriman kepada Allah dan Rasul pun begitu. Meskipun dia telah mengaku beriman, namun dosanya atau kesalahan dan kejahatannya pun akan dipertimbangkan dan diperlihatkan. Syukurlah dia tidak mempersekutukan yang lain dengan Allah, sehingga siksaan yang akan diterimanya tidaklah seremuk sehina orang yang kafir.
Maka tersebutlah bahwa Hatim Ath-Thaaiy, dermawan Arab yang beragama Nasrani yang terkenal di zaman jahiliyah akan diringankan azabnya di neraka karena di kala hidupnya dia sangat dermawan. Dan Abu Lahab paman Rasulullah SAW yang sangat terkenal benci kepada anaknya yang menjadi Nabi itu, pun akan ada satu segi yang akan meringankan azabnya. Karena beliau sangat bersukacita ketika Rasulullah SAW lahir ke dunia, sampai disediakannya jariahnya bernama Tsaaibah yang akan menyusukan Nabi, sebelum disusukan oleh Halimatus-Sa’diyah.
Dan sudah tentu azab siksaan yang akan diterima Abu Thalib yang mengasuh Nabi SAW sampai beliau menjadi Rasul dan membelanya sampai akhir hayatnya tidaklah akan disamakan dengan azab siksaan yang akan diterima oleh Abu Jahal. Selanjutnya tidaklah akan sama azab terhadap ahlul-kitab yang terang mempercayai Nabi-nabi dengan azab terhadap orang-orang yang sama sekali tidak mempercayai adanya Allah. Dan keringanan yang akan diterima oleh Thomas Alva Edison tentu tersedia, karena jasanya mendapatkan alat-alat listrik yang dapat dipergunakan untuk melakukan da’wah Islam.
Selain dari itu, ayat ini pun menjadi obat yang jadi sitawar-sidingin bagi orang-orang yang beramal dengan ikhlas untuk agama, untuk bangsa dan perikemanusiaan, tetapi mereka dilupakan orang, misalnya karena pertentangan politik. Meskipun di dunia mereka dilupakan orang, namun kebajikan dan jasanya di kala hidupnya tetap tercatat di sisi Allah dan akan dihadapinya kelak di hari akhirat.
Tersebut di dalam sebuah Hadis yang dirawikan oleh Termidzi dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW pernah mengatakan bahwa Surat “Idza Zulzilati” adalah setimbang dengan separuh Al-Qur’an, dan “Qul Huwallaahu Ahad” setimbang dengan sepertiga Al-Qur’an, dan “Qul Yaa Ayyuhal Kaafiruuna” setimbang dengan seperempat Al-Qur’an.
Rujukan 1.Tafsir HAMKA. 2.Tafsir lainnya
Jakarta 19/4/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar