(Tafsir Surat
Al-Baqarah 284-286)
لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا
فِي الْأَرْضِ وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ
بِهِ اللَّهُ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(*)ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ
وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ
لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا
غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ(*)لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا
إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا
تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا
إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا
تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا
وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang
ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada
di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat
perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa
yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.
Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain)
dari rasul rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami ta`at”.
(Mereka berdo`a): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat
kembali“. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia
mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a): “Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau
bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma`aflah kami;
ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah
kami terhadap kaum yang kafir”.. Qs.2:283
Muqaddimah
1. Diriwayatkan dari Ibn Abbas, secara historis ayat ini
turun berkaitan dengan hukum menyembunyikan kesaksian. Orang yang
menyembunyikan isi hatinya bakal diketahui Allah SWT, karena tidak ada yang
tersembunyi bagi-Nya.[1]
2. Banyak ahl al-Kitab yang memperhatikan wahyu yang
disampaikan pada mereka, tapi tidak mereka perhatikan sebagaimana dilukiskan
pada ayat berikut.
مِنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ
مَوَاضِعِهِ وَيَقُولُونَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ
وَرَاعِنَا لَيًّا بِأَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِي الدِّينِ وَلَوْ أَنَّهُمْ
قَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ
وَأَقْوَمَ وَلَكِنْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُونَ إِلَّا
قَلِيلًا
Di antara orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan
dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: “Kami mendengar”, tetapi kami tidak mau
menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): “Dengarlah” sedang kamu sebenarnya
tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): “Raa`ina”, dengan
memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: “Kami
mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami”, tentulah itu lebih
baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena
kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis. Qs.4:46
Ayat 285-286 secara historis merupakan peringatan bagi
kaum muslimin jangan smapai ketularan penyakit kaum yahudi tersebut.
Kaitan ayat 284 dengan Ayat Sebelumnya
1. Pengunci ayat 283 menandaskan bahwa Allah SWT Maha
mengatahui atas segala sesuatu. Ayat 284 ini seakan menegaskan bagaimana
mungkin Allah tidak akan tahu segalanya, karena DIA pemiliknya.[2]
2. Pada ayat sebelumnya dikemukan bahwa orang yang
melanggar aturan dalam mu’amalat, seperti menyembunyikan kesaksian, atau
berbuat curang akan diperhitungan oleh Allah SWT. Ayat 284 ini menegaskan bahwa
Allah SWT memiliki segalanya, maka sudah pasti mengetahui siapa yang melanggar
dan siapa yang menaati aturan. [3]
Tafsir Kalimat
1. لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ
وَمَا فِي الْأَرْضِ Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi.
Segala yang ada di langit dan di bumi milik Allah. Oleh
karena Dialah yang mengatur segalanya, tidak sepatutnya makhluq membangkang
atas perintah-Nya, atau melanggar aturan-Nya. Manusia hidup di dunia hanya
berhak memanfaatkan fasilitas yang diberikan-Nya untuk ibadah pada-Nya.
Fasilitas yang digunakan itu akan dikembalikan kepada pemiliknya, dan dimintai
pertanggung jawaban.
2. وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي
أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ Dan
jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya,
niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu.
Segala fasilitas itu, baik yang digunakan secara
terang-terangan ataukah secara sembunyi, oleh manusia bakal diketahui Allah SWT
dan diperhitngkan-Nya. Tidak ada yang tersembunyi bagi Allah SWT.
يَعْلَمُ
خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ
Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang
disembunyikan oleh hati. Qs.40:19
Ayat ini memberi bahwa yang dierhitungkan di yaum
al-Hisab, amal manusia bukan hanya yang bersifat lahiriah seperti ucap, sikap
dan tindakan, tapi juga rasa, rasio keyakinan yang sifatnya tidak nampak.
3. فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ
وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ Maka Allah mengampuni siapa yang
dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya;
Allah SWT sebagai pemilik segalanya berwenang untuk
mengampuni atau menghukum yang berbuat salah, sesuai dengan kehendak-Nya. Oleh
karena itu taubat manusia ada yang diterima ada pula yang ditolak.[4] Namun
Allah SWT telah mewajibkan pada Diri-Nya untuk memberi rahmat pada hamba-Nya.
Dia mengampuni manusia yang benar-benar taubat, dan menyiksa orang yang berbuat
dosa tanpa taubat.
4. وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Allah SWT berkuasa atas segalanya. Namun Ia telah
menetapkan diri-Nya Maha Adil dan Pemberi rahmat, penuh kasih sayang. Bukti
keadilan-Nya adalah menghukum yang bersalah sesuai kesalahannya. Bukti
keutamaan dan Maha pemurah adalah melipatgandakan pahala yang beramal shalih.
Orang yang beramal shalih dilipatgandakan pahalanya, sedangkan yang bersalah
tidak dilipatgandalan siksaanya.[5]
5. ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَا
أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ Rasul telah beriman kepada Al
Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, وَالْمُؤْمِنُونَ
كُلٌّ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ demikian
pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.
Rasul SAW dan orang-orang mu`min telah beriman kepada apa
yang diturunkan Allah SWT. Mereka bertauhid menolak syirik, mengimani para
nabi, mala`ikat dan membenarkan semua kitab tanpa membedakan dalam keimanannya.[6]
7. لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ
مِنْ رُسُلِهِ (Mereka
mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain)
dari rasul rasul-Nya”,
Inilah perbedaan antara keimanan mu`min dengan
kepercayaan yahudi dan nashrani. Yahudi dan nasharani mempercayai kitab taurat
dan injil, tapi menolak al-Qur`an, mempercayai nabi terdahlu tapi menolak Nabi
Muhammad SAW. Orang mu`min adalah yang beriman kepada seluruh rasul dan seluruh
kitab yang diturunkan Allah, tanpa membedakan dalam keimanan. Menolak salah
satu dari kitab, sama dengan menolak ketentuan Allah SWT. Iman mesti percaya
penuh tanpa memilah-milah tanpa membedakan antara yang satu dengan yang lain
yang mesti diimani.
8.. وَقَالُوا سَمِعْنَا
وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ dan
mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami ta`at”. (Mereka berdo`a): “Ampunilah
kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali
Keimanan mesti dibuktikan dalam sikap dan perbuatan.
Ikrar سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا kami mendengar dan kami menaati merupakan bukti kesetiaan pada
apa yang telah ditetapkan Allah SWT. Dengan merasa puas orang mu`min itu
mematuhi segala ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya. Namun karena menyadari akan
kelemahan dan kekurangmampuan memenuhi segala ketentuan, maka segera mohon
ampunan pada Allah SWT, dengan kesadaran penuh akan kembali kepada-Nya.
9. لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا
إِلَّا وُسْعَهَا “Allah
tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya.
Keimanan dibuktikan dengan kesiapan menjalankan segala
perintah dan menjauhi segala larangan Allah SWT, jangan merasa enggan
sedikitpun untuk menaatinya, karena tidak ada yang memberatkan. Apa yang
diperintahkan Allah sudah disesuaikan dengan kemampuan manusia untuk
menjalankannya. Aapa yang dilarang Allah sudah sesuai dengan kemampuan manusia
untuk menjauhinya. Jika ada suatu perintah dirasakan berat, bukan bobot perintahnya
yang berat, tapi hati dan keadaan yang mempengaruhinya. Berat atau ringannya
menjalankan tugas, sangat dipengaruhi oleh persepsi individu dalam mengemban
tugas tersebut.
Terdapat enam kali dalam al-Qur`an yang isinya senada
dengan ayat ini yaitu (1) لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا
وُسْعَهَا /Qs.2:233, (2) لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا/Qs.2:286, (3) وَلَا
نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
/ Qs.23:62, (4) لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا / Qs.6:152, (5) لَا
نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
/ Qs.7:52, (6) لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا
مَا ءَاتَاهَا / Qs.65:
7.
Semua itu mengisyaratkan bahwa setiap aturan syari’ah
sudah sesuai dengan kemampuan manusia. Bila ada sutu perintah yang berat dalam
situasi tertentu, maka Allah memberikan solusi mengatasinya.
10. لَهَا مَا كَسَبَتْ
وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ Ia mendapat pahala (dari
kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya.
Setiap individu memperoleh hasil dari apa yang
diusahakannya, Tangan menjinjing bahulah yang memikulnya. Orang yang beramal
baik, akan mendapatkan manfaat dari kebaikannya. Orang yang beramal buruk akan
bertanggung jawab atas keburukannya. Berbuatlah baik, kalau ingin mendapatkan
kebaikan. Jangan berbuat buruk, bila tidak ingin memikul akibat keburukan.
Allah SWT akan memperhitungkan apa yang diperbuat manusia, apakah kebaikan
ataukah keburukan. Ditandaskan pula dalam ayat lainnya:
فَمَنْ
يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ () وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ
شَرًّا يَرَهُ
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula. Qs.99:7-8
11.رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا
إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا
حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا
طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ
مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (Mereka berdo`a): “Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau
bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma`aflah kami;
ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami
terhadap kaum yang kafir”..
Orang yang beriman menghadapi perintah apapun selalu siap
menjalankannya. Demikian pula bila menerima cegahan, maka mereka siap
meninggalkannya. Bila ternyata larangan dan periitah tersebut ada yang
dirasakan berat, maka tetap tidak menolaknya melainkan bermohon kepada Allah
untuk mendapatkan keringanan. Inti do’a ini adalah ungkapan keyakinan bahwa
segala yang diperintahkan Allah itu sudah disesuaikan dengan kemampuan manusia.
Jika dirasakan ada yang berat, itu merupakan kelemahan diri. Oleh karena itu
mohon diberi keringanan, bila terlanjur berbuat kesalahan, agar diganti dengan
rahmat dan maghfirah. Kemudian karena dalam melaksanakan syari’ah itu banyak
tantangan dari kalangan kafirin, maka bermohon pada-Nya agar mampu mengalahkan
kafirin.
Asbabul Nuzul Ayat
Imâm Muslim meriwayatkan dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh li
Muslimnya(2/145):
Muhammad bin Minhal adl-Dlarir dan Umayyah bin Bistham
al-‘Aisyi, dan ini lafadz Umayyah, telah bercerita kepada saya(Imâm Muslim),
kata keduanya(Muhammad bin Minhal adl-Dlarir dan Umayyah bin Bistham
al-‘Aisyi): “Yazid bin Zurai’ telah bercerita kepada kami(Muhammad bin Minhal
adl-Dlarir dan Umayyah bin Bistham al-‘Aisyi), katanya(Yazid bin Zurai’): “Rauh
yaitu Ibnul Qasim telah bercerita kepada kami(Yazid bin Zurai’) dari al-‘Ala dari
ayahnya(al-‘Ala) dari Abu Hurairah, katanya: “ketika turun kepada Rasulullah
SAW (Surat al-Baqarah(2), ayat: 284)):
لِلَّهِ مَا فِي
السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ
يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٢٨٤)
284. Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit
dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu
atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu
tentang perbuatanmu itu. maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan
menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
“Kata Rawi(Abu Hurairah): “hal itu terasa berat bagi para
Sahabat Rasulullah SAW, lalu mereka(para Sahabat Rasulullah) datang kepada
Rasulullah SAW dan berlutut di atas lutut-lutut mereka seraya berkata: “Wahai
Rasulullah, kami dibebani amalan yang kami sanggup mengerjakannya seperti:
Shalat, Puasa, Jihad dan Sedekah. Sekarang telah diturunkan kepada anda ayat
ini(Surat al-Baqarah(2), ayat: 284), dan kami tidak sanggup.”
“Rasulullah SAW bersabda: “Apakah kamu ingin mengucapkan
apa yang sudah diucapkan kedua golongan ahli kitab(Yahudi dan Nasrani) sebelum
kamu; “kami dengar dan kami durhakai?” Bahkan hendaklah kamu katakan: “kami
dengar dan kami taati, ampunilah kami ya Rabb kami, dan kepada Engkaulah tempat
kembali.”
“Mereka(para Sahabat Rasulullah)pun mengatakan: “kami
dengar dan kami taati, ampunilah kami ya Rabb kami, dan kepada Engkaulah tempat
kembali.”
“Ketika mereka membacanya(maksudnya membaca ayat: kami
dengar dan kami taati, ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat
kembali), lisan mereka(para Sahabat Rasulullah)pun terbiasa mengucapkannya,
maka Allah turunkan sesudah itu (Surat al-Baqarah(2), ayat: 285):
آمَنَ الرَّسُولُ
بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ
وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا
وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ (٢٨٥)
285. Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan
kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya
beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya dan
Rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara
seseorangpun (dengan yang lain) dari Rasul-rasul-Nya", dan mereka
mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa):
"Ampunilah Kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."
“Mereka(para Sahabat Rasulullah) berdoa: “Ampunilah kami
ya Rabb kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali”, sesudah mereka
melaksanakannya(maksudnya: melaksanakan perintah Surat al-Baqarah(2), ayat:
285), kemudian Allah SWT menghapusnya(maksudnya: menasakh Surat al-Baqarah(2),
ayat: 285), dan menurunkan(Surat al-Baqarah(2), ayat: 286):
لا يُكَلِّفُ اللَّهُ
نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لا
تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا
كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لا
طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلانَا
فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (٢٨٦)
286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya
dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa):
"Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami
salah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami,
janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya.
Ma'afkanlah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami,
maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."
“Mereka(para Sahabat Rasulullah) berdoa: “Ya Rabb kami,
janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah”.
“Allah SWT berfirman: “Ya”.
“Mereka(para Sahabat Rasulullah) berdoa pula:
.........رَبَّنَا وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنَا
إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا.........
…………. “Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada
Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum
kami………………….
“Dia(Allah SWT) berfirman: “Ya”.
“Mereka(para Sahabat Rasulullah) berdoa pula:
............رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا
مَا لا طَاقَةَ لَنَا بِهِ.................
………………. “Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada
Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya……………………….
“Dia(Allah SWT) berfirman: “Ya”.
“Mereka(para Sahabat Rasulullah) berdoa pula:
....................وَاعْفُ عَنَّا
وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
…………………. “Ma'afkanlah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, maka tolonglah Kami terhadap kaum
yang kafir."
Allah SWT berfirman: “Ya”.
Daftar Pustaka
[1] Ibn
Hajar al-Asqalani, al-’Ijab fi Bayan al-asbab, I h.644
[2] Wahbah
al-Zuhayli, al-Tafsir al-Munir, III h.127
[3] Ahmad
Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, III h.79
[4]
Perhatikan Qs.4:17-18
[5] tafsir
al-Maraghi, III h.82
[6] Tafsir
Ibn Katsir, I h.343
Al-Jâmi’ ash-Shahîh li Muslim( Imâm
Muslim/al-Imâm Abî al-Husain Muslim bin al-
Haĵâj Ibnu Muslim al-Qusyairî an-Naisâbûrî).
Jâmi’ul Bayâni Fit Ta’wîlil Qur’âni(Ibnu Jarîr/Abu
Ja’far ath-Thabarî Muhammad bin
Jarîr bin Yazîd bin Katsîr bin Ghâlib
al-Âmalî).
Lubâb
an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûli(as-Suyûthî/Imâm Jalâludin ash-Suyûthî).
Musnad
al-Imâm Ahmad bin Hanbal(Imam
Ahmad/Ahmad bin Hanbal Abû ‘Abdullah
as-Syaibâni).
Syu’abul
Iman(Imâm al-Baihaqî).
JAKARTA
10/4/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar