IMAM ATHTHABARI
Muhammad bin Jarir bin Yazid bin
Katsir seorang imam, ulama’ dan mujtahid, ulama’ abad ini, kunyahnya Abu Ja’far
Ath Thobari. Beliau dari penduduk Aamuly, bagian dari daerah Thobristan, karena
itulah sesekali ia disebut sebagai Amuli selain dengan sebutan yang masyhur
dengan at-Thabari. Uniknya Imam Thabari dikenal dengan sebutan kuniyah Abu
Jakfar, padahal para ahli sejarah telah mencatat bahwa sampai masa akhir
hidupnya Imam Thabari tidak pernah menikah.[1] Beliau dilahirkan pada akhir tahun 224
H awal tahun 225.
Ibnu Jarir at-Tabari adalah seorang
ahli tafsir terkenal dan sejarawan terkemuka.[1] Nama lengkap at-Tabari adalah Abu Ja’far Muhammad
Ibnu Ja’far Ibnu Yazid Ibnu Kas|ir.[2] Ibnu Ghalib at-Tabari (selanjutnya disebut dengan
at-Tabari). Ia di lahirkan di Amul ibu kota T{abaristan,[3] kota ini merupakan salah satu propinsi di Persia
dan terletak di sebelah utara gunung Alburz, selatan laut Qazwin.[4] Pada tahun 224/225H atau sekitar tahun
839-840.[5] ketidakpastian tahun kelahirannya disebabkan
sistem penanggalan tradisional saat itu menggunakan kejadian-kejadian besar dan
bukan dengan angka. Ia memperoleh gelar Abu Ja’far sebagai tanda penghormatan
atas kepribadiannya yang sesuai dengan tradisi orang-orang yang menggelari para
pemuka dan para pemimpin mereka. Sedangkan kata Ja’far merupakan sebutan bagi
sungai yang besar dan luas.[6]
Imam al-Nawawi menambahkan sejumlah
nama guru al-Thabari lainnya, terutama mereka yang juga menjadi guru al-Bukhari
dan Muslim dalam bidang hadits, seperti Abd al-Malik ibn Abu al-Syawarib, Ahmad
ibn Mani` al-Baghawi, al-Walid ibn Syuja`, Abu Kuraib Muhammad ibn al-`Ala’,
Ya`qub ibn Ibrahim al-Dauraqi, Abu Sa`id al-Asyaj, `Amr ibn Ali, Muhmmad ibn
al-Mutsanna dan Muhammad ibn Yasar.[4]
AMALKAN AL-QUR'AN |
Al-Thabari dapat dikatakan sebagai ulama multi talenta dan
menguasai berbagai disiplin ilmu. Tafsir, qira’at, hadits, ushul al-din, fiqih
perbandingan, sejarah, linguistik, sya`ir dan `arudh (kesusateraan) dan debat
(jadal) adalah sejumlah disiplin ilmu yang sangat dikuasainya. Namun tidak
hanya ilmu-ilmu agama dan alat, al-Thabari pandai ilmu logika (mathiq),
berhitung, al-Jabar, bahkan ilmu kedokteran.
Abu Sa’id berkata: “Muhammaad bin Jarir berasal dari daerah Aamal,
menulis di negri mesir. Lalu pulang ke Bagdad, dan telah mengarang beberapa
kitab yang monumental, dan itu menunjukkan luasnya ilmu beliau. »
Al Khotib berkata: “Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin
Gholib: “Beliau adalah salah satu Aimmah Ulama’ (sesepuh ulama’), perkataannya
bijaksana dan selalu dimintai pendapatnya karena pengetahuannya dan
kemulyaannya. Beliau telah mengumpulkan ilmu-ilmu yang tidak penah ada
seorangpun yang melakukannya semasa hidupnya. Beliau adalah seorang Hafidz,
pandai ilmu Qiro’at, ilmu Ma’ani faqih tehadap hukum-hukum Al Qur’an, tahu
sunnah dan ilmu cabang-cabangnya, serta tahu mana yang shohih dan yang cacat,
nasikh dan mansukhnya, Aqwalus Shohabah dan Tabi’in, tahu sejarah hidup Manusia
dan keadaanya. Beliau memiliki kitab yang masyhur tentang “sejarah umat dan
beografinya” dan kitab tentang “tafsir” yang belum pernah ada mengarang
semisalnya dan kitab yang bernama “Tahdzibul Atsar” yang belum pernah aku (Imam
Adz Dzahabi) lihat semacamnya, namun belum sempurna. Beliau juga punya
kitab-kitab banyak yang membahas tentang “Ilmu Ushul Fiqih” dan pilihan dari
aqwal para Fuqoha’.[6]
Imam Adz Dzahabi berkata: “Beliau adalah orang Tsiqoh, jujur,
khafidz, sesepuh dalam ilmu tafsir, imam (ikutan) dalam ilmu fiqh, ijma’ serta
(hal-hal) yang diperselisihkan, alim tentang sejarah dan harian Manusia, tahu
tentang ilmu Qiro’at dan bahasa, serta yang lainnya.
Penghargaan Ulama Terhadap Hasil Karya al-Imam at-Thabari
Banyak didapati pengakuan terhadap Imam Thabari dalam usahanya
mengembangkan Tafsir, seperti berikut ini:
Imam An Nawawi dalam Tahdzibnya mengemukakan: “Kitab Ibnu Jarir dalam
bidang tafsir adalah sebuah kitab yang belum seorangpun ada yang pernah
menyusun kitab yang menyamainya.[14] Beliau juga pernah mengatakan: “”Umat
telah bersepakat tidak ada yang menyamai tafsir beliau ini.” [15]
Imam as-Suyuthi, seorang mufasir menyatakan seperti berikut:
“Kitab ibnu Jarir adalah kitab tafsir paling agung (yang sampai kepada kita).
Didalamnya beliau mengemukakan berbagai macam pendapat dan mempertimbangkan
mana yang lebih kuat, serta membahas I’rob dan istimbat. Karena itulah ia
melebihi tafsir-tafsir karya para pendahulu.” [16]
Syaikh Islam Ibnu Taimiyah telah memuji Imam Thabari, antara lain
mengatakan: “Adapun tafsir-tafsir yang ditangan manusia, yang paling dahulu
adalah tafsir Ibnu Jarir Ath thobari, bahwa beliau (Ibnu jarir) menyebutkan
perkataan salaf dengan sanad-sanad yang tetap, dan tidak ada bid’ah sama
sekali, dan tidak menukil dari orang yang Muttahim, seperti Muqotil bin Bakir[17] dan Al Kalbi.” [18]
As-Suyuthi telah meneliti thabaqah mufasir sejak awal kemunculan
ilmu ini, dan ketika sampai pada Abu Jafar, ia menempatkannya pada thabaqah
(tingkatan) yang pertama, kemudian ia berkata: “jika engkau bertanya: Tafsir
apa yang engkau sarankan dan dijadikan sebagai bahan rujukan? Maka aku katakan:
Tafsir Ibnu Jarir, yang para ulama telah bersepakat bahwa belum ada kitab
tafsir
Mazhab dan Aqidah Imam ath-Thabari
Al Faroghi berkata: “Harun bin Abdul Aziz bercerita kepadaku:” Abu
Ja’far At Thobari berkata: “aku memilih Madzhab imam Syafi’I, dan aku ikuti
beliau di Bagdad selama 10 tahun
As Suyuthi berkata dalam kitab “Thobaqotul Mufassirin” hal: 3:
“Pertama, beliau bermadzhab Syafi’I, lalu membuat madzhab sendiri, dengan
perkataan-perkataan dan petikan-petikan sendiri, dan beliau mempunyai pengikut
yang mengikutinya. Dan aqidahnya adalah Aqidah Salaf as-Shalih
Imam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawanya mengatakan bahwa Imam
Thabari adalah imam Ahlu Sunnah, hal ini beliau katakana ketika membahas
mengenai al-Quran kalamullah.
Imam Ibnu Qayyim mengatakan, yang maknanya adalah bahwa Imam
Thabari adalah Ahlu Sunnah. Hal ini dapat diketahui dari tulisan beliau Sharih
as-Sunnah. Dan masih banyak lagi pernyataan para ulama mengenai aqidah beliau.
ang semisalnya.” [19]
Ibnu Jarir at-Tabari adalah seorang
ahli tafsir terkenal dan sejarawan terkemuka.[1] Nama lengkap at-Tabari adalah Abu Ja’far Muhammad
Ibnu Ja’far Ibnu Yazid Ibnu Kas|ir.[2] Ibnu Ghalib at-Tabari (selanjutnya disebut dengan
at-Tabari). Ia di lahirkan di Amul ibu kota T{abaristan,[3] kota ini merupakan salah satu propinsi di Persia
dan terletak di sebelah utara gunung Alburz, selatan laut Qazwin.[4] Pada tahun 224/225H atau sekitar tahun
839-840.[5] ketidakpastian tahun kelahirannya disebabkan
sistem penanggalan tradisional saat itu menggunakan kejadian-kejadian besar dan
bukan dengan angka. Ia memperoleh gelar Abu Ja’far sebagai tanda penghormatan
atas kepribadiannya yang sesuai dengan tradisi orang-orang yang menggelari para
pemuka dan para pemimpin mereka. Sedangkan kata Ja’far merupakan sebutan bagi
sungai yang besar dan luas.[6]
Karya-karya Ibnu Jarir at-Tabari
Dalam dunia ilmu pengetahuan, ia terkenal
tekun mendalami bidang-bidang ilmu yang dimilikinya, juga gigih dalam menambah
ilmu pengetahuan. Sehingga dengan itu, banyak bidang ilmu yang dikuasainya. Di
samping itu, ia mampu menuangkan ilmu-ilmu yang dikuasainya ke dalam bentuk
tulisan. Kitab-kitab karangannya mencakup berbagai disiplin ilmu, seperti
tafsi>r, hadis|, fikih, tauhid, us}ul fikih, dan ilmu-ilmu bahasa Arab, juga
ilmu kedokteran.[9] Akan tetapi, tidak diperoleh
informasi yang pasti berapa banyak buku yang pernah ditulisnya, Karena
karya-karya at-Tabari tidak semuanya sampai ke tangan kita sekarang. Diperkirakan
banyak karyanya yang berkaitan dengan hukum lenyap bersamaan dengan lenyapnya
Madzhab Jaririyah.[10]
Diantara karya-karyanya yang sampai pada kita
adalah:
- Adab al-Mana>sik
- Tari>kh al-Umam wa al-Muluk atau kitab Ikhba>r ar-Rasu>l al-Muluk.[11]
- Ja>mi’ al-Baya>n ‘An Ta’wi>l A<y al-Qur’a>n atau dikenal pula dengan Ja>mi’ al-Baya>n ‘An Tafsi>r A<y al-Qur’a>n. Kitab ini dicetak menjadi 30 juz di Kairo pada tahun 1312 H. oleh al-Mathba’ah al-Maimunah, kemudian dicetak kembali yang lebih bagus oleh al-Mathba’ah al-Umairiyah antara tahun 1322-1330 H. sebagaimana yang diterbitkan oleh Dar al-Ma’a>rif Mesir edisi terbaru yang ditahqiq oleh Muhammad Mahmud Syakir menjadi 15 jilid.[12]
- Ikhtila>f Ulama’ al-Amsar f>i Ahka>m Syara’>i al-Isla>m. Manuskrip ini ditemukan diperpustakaan Berlin. Kitab tersebut telah disebarluaskan oleh Doktor Frederick dan dicetak oleh percetakan al-Mausu’at di Mesir pada tahun 1320 H / 1902 M dengan jusul Ikhtilaf Fuqaha’.[13] Dan berjumlah 3000 lembar.[14]
- Tahdzi>b al-Asar wa Tafsi>l al-Sabit ‘an Rasulillah min al-Akba>r, yang dinamakan oleh al-Qathi dengan Syarh al-Asar.[15]
- al-Ja>mi’ f>i al-Qira’at
- Lati>f al-Qaul fi ahka>m al-Sura’>i al-Isla>m. Yang berjumlah 2500 lembar.[16]
- al-Basi>r (aw al-Tabs>ir) f>i Ulu>m al-Di>n.
- Kitab al-fadha>’il
- Kitab al-‘Adad wa al-tanzi>l
- al-Musnad al-Mujarrad
- Mukhtasar al-Fara>id
- Adab al-Nufu>s al-Jayyidah wa al-Akhla>k al-Nafi>sah, didalamnya tercakup beberapa perkara seperti, sikap wara’, ikhlas, syukur, sombong, khusyu’, sabar, dan lain sebagainya. Kitab tersebut berjumlah 500 lembar, yang terdiri dari 4 juz. Kitab tersebut mulai ditulis tahun 310 H. dan sampai beliau wafat, kitab tersebut belum sempurna.[17]
- Sari>h al-Sunah. Kitab tersebut telah diedarkan di Bombay, India. Pada tahun 1277-1311 H.[18]
- Kitab Zail al-Muzail, menjelaskan tentang sejarah sahabat, tabi’in, tabi’at-tabi’in sampai masa at-Tabari. Kitab tersebut berjumlah 1000 lembar.
- Kitab Adab al-Qudah.
- Kitab al-Radd ‘ala |zi al-Asa>taz|.
- Kitab al-Mufi>z} f>i al-Usu>l.
- Kitab Qira’at wa al-Tanzi>l al-Qur’an.
- Kitab Ulinnuha wa Ma’a>lim al-Huda.
JAKARTA 5/4/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar