Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (1)
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (2) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (3)
وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (4) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
(5) لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (6)
“Katakanlah: "Hai
orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu
bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah
apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang
aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. Al Kaafirun:
1-6)imah
Muqaddimah
Surat Al-Kaafiruun merupakan surat
Makkiyah yang terdiri dari enam ayat. Surat ini memutus keinginan orang-orang
kafir dan menjelaskan perbedaan antara ibadah mereka dan ibadah Nabi SAW yang
lebih luas.
Surat ini adalah surat Makkiyah
(yang turun sebelum hijroh).
Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia
mengatakan,
كَانَ يَقْرَأُ فِى الرَّكْعَتَيْنِ
(قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) وَ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ)
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
biasa membaca di shalat dua raka’at thowaf yaitu surat Qul Huwallahu Ahad (Al
Ikhlas) dan surat Qul Yaa Ayyuhal Kaafirun (Al Kaafirun).” (HR. Muslim no.
1218)
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- قَرَأَ فِى رَكْعَتَىِ الْفَجْرِ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَ
(قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ)
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam biasa membaca di dua raka’at sunnah Fajr (Qobliyah Shubuh) yaitu surat
Qul Yaa Ayyuhal Kaafirun (Al Kaafirun) dan surat Qul Huwallahu Ahad (Al
Ikhlas).” (HR. Muslim no. 726)
Dari Ibnu ‘Umar, ia mengatakan,
رَمَقْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْبَعًا وَعِشْرِينَ مَرَّةً ، أَوْ خَمْسًا وَعِشْرِينَ
مَرَّةً يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ وَبَعْدَ الْمَغْرِبِ
{قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ} ، {وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ}.
“Saya melihat Nabi
Shallallahu'alaihi wa sallam shalat sebanyak dua puluh empat atau dua puluh
lima kali. Yang beliau baca pada dua rakaat sebelum shalat subuh dan dua rakaat
setelah maghrib adalah surat Qul Yaa Ayyuhal Kaafirun (Al Kaafirun) dan surat
Qul Huwallahu Ahad (Al Ikhlas).” (HR. Ahmad 2/95. Syaikh Syu;aib Al Arnauth
mengatakan, sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim)
Aqidah Islamiyah Berbeda Dengan Agama Lian
Ya Muhammad, katakan kepada
orang-orang kafir yang tidak ada kebaikannya sedikit pun pada mereka dan tidak
ada harapan untuk beriman. Katakan kepada mereka, aku tidak menyembah apa yang
kalian sembah. Sebab kalian menyembah tuhan-tuhan yang kalian jadikan sebagai
perantara kepada Allah yang Esa lagi Maha Perkasa. Kalian menyembah tuhan-tuhan
yang kalian kira terwujud dalam bentuk patung atau berhala. Sedangkan aku
menyembah Tuhan yang Esa, Satu, Tunggal, Tempat bergantung yang tidak perlu
istri dan anak, tiada yang menyamai dan tiada pesaing. Tidak terwujud dalam
fisik atau pribadi seseorang. Tidak membutuhkan perantara dan tidak ada yang
mendekati-Nya melalui makhluk. Sarana yang mendekatkan seseorang kepada-Nya
hanyalah ibadah. Jadi, antara apa yang aku sembah dan kalian sembah sangat
berbeda. Maka aku tidak menyembah apa yang kalian sembah dan kalian tidak
menyembah apa yang aku sembah.
Hai orang-orang kafir yang mantap
dengan kekafiran. Aku tidak menggunakan cara ibadah kalian dan kalian tidak
menggunakan cara ibadahku. Ayat 2 dan 3 menunjukkan perbedaan antar kedua Tuhan
yang disembah. Nabi menyembah Allah sedangkan mereka menyembah patung dan
berhala berikut perantara lainnya. Sementara ayat 4 dan 5 menunjukkan perbedaan
ungkapan. Ibadah Nabi itu murni dan tidak terkontaminasi oleh kesyirikan serta
jauh dari ketidaktahuan tentang Tuhan yang disembah itu. Ibadah kalian penuh
dengan kesyirikan juga tawasul tanpa usaha. Bagaimana mungkin kedua jenis
ibadah ini bisa bertemu. Sebagian ulama berkata, membantah pengulangan pada
surat ini. Pengertiannya, aku tidak menyembah apa yang kalian di masa lalu
demikian pula kalian, tidak menyembah apa yang aku sembah. Jelas dan akhirnya
sama.
Bagi kalian agama kalian termasuk
dosanya kalian tanggung sendiri dan bagi kami agama kami, aku bertanggung jawab
terhadap memikul bebannya. Kedua ungkapan untuk menguatkan ungkapan sebelumnya.
Tafsir
Surat Al Kaafirun
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
“Untukmu
agamamu, dan untukkulah, agamaku.” Maksud ayat ini sebagaimana firman
Allah,
وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي عَمَلِي
وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا
تَعْمَلُونَ
“Jika mereka mendustakan kamu,
maka katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas
diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang
kamu kerjakan.” (QS. Yunus: 41)
لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ
أَعْمَالُكُمْ
“Bagi kami amal-amal kami dan
bagi kamu amal-amal kamu.” (QS. Asy Syura: 15)
Imam Al Bukhari mengatakan,
( لَكُمْ دِينُكُمْ ) الْكُفْرُ . ( وَلِىَ دِينِ ) الإِسْلاَمُ
وَلَمْ يَقُلْ دِينِى ، لأَنَّ الآيَاتِ بِالنُّونِ فَحُذِفَتِ الْيَاءُ كَمَا
قَالَ يَهْدِينِ وَيَشْفِينِ . وَقَالَ غَيْرُهُ ( لاَ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ )
الآنَ ، وَلاَ أُجِيبُكُمْ فِيمَا بَقِىَ مِنْ عُمُرِى ( وَلاَ أَنْتُمْ
عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ) . وَهُمُ الَّذِينَ قَالَ ( وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيرًا
مِنْهُمْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ طُغْيَانًا وَكُفْرًا )
“Lakum diinukum”, maksudnya
bagi kalian kekafiran yang kalian lakukan. “Wa liya diin”, maksudnya
bagi kami agama kami. Dalam ayat ini tidak disebut dengan (دِينِى) karena kalimat tersebut sudah
terdapat huruf “nuun”, kemudian “yaa” dihapus sebagaimana hal ini
terdapat pada kalimat (يَهْدِينِ) atau (يَشْفِينِ). Ulama lain mengatakan bahwa ayat (لاَ أَعْبُدُ مَا
تَعْبُدُونَ), maksudnya adalah aku tidak menyembah apa yang kalian
sembah untuk saat ini. Aku juga tidak akan memenuhi ajakan kalian di
sisa umurku (artinya: dan seterusnya aku tidak menyembah apa yang kalian
sembah), sebagaimana Allah katakan selanjutnya (وَلاَ أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا
أَعْبُدُ). Mereka mengatakan,
وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ مَا
أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ طُغْيَانًا وَكُفْرًا
“Dan Al Quran yang diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran
bagi kebanyakan di antara mereka.” (QS. Al Maidah: 64). Demikian yang
disebutkan oleh Imam Al Bukhari.
selain Allah. Tafsiran yang terakhir ini pula
adalah tafsiran yang bagus. Wallahu a’lam.
Faedah Berharga dari Surat
Al Kafirun
- Dalam ayat ini dijelaskan adanya penetapan aqidah meyakini takdir Allah, yaitu orang kafir ada yang terus menerus dalam kekafirannya, begitu pula dengan orang beriman.
- Kewajiban berlepas diri (baro’) secara lahir dan batin dari orang kafir dan sesembahan mereka.
- Adanya tingkatan yang berbeda antara orang yang beriman dan orang kafir atau musyrik.
- Ibadah yang bercampur kesyirikan (tidak ikhlas), tidak dinamakan ibadah.
Alhamdulillahilladzi bi ni'matihi
tatimmush sholihaat.
Referensi:
Aysarut Tafasir, Abu Bakr Jabir Al Jazairi
Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, Muassasah Qurthubah
Taysir Karimir Rahman, ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, Muassasah Ar Risalah.
JAKARTA 13/4/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar