1. [1] Wahai orang yang berkemul (berselimut)[2],2.
bangunlah, lalu berilah peringatan[3]!
3. dan agungkanlah Tuhanmu[4],4. dan bersihkanlah
pakaianmu[5],
5. dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji[6],
6. dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan
maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak[7].7. Dan karena Tuhanmu,
bersabarlah[8].8. Maka apabila sangkakala ditiup[9],
9. maka itulah hari yang serba sulit,10. bagi orang-orang
kafir tidak mudah[10].Al-Mudatstsir
Muqaddimah
Surat ini di namakan Al-Mudatssir
dikenal melalui apa yang tertera dalam mushaf Al-Quran sejak dahulu, ini adalah
nama satu-satunya buat kumpulan ayat-ayat ini ( tafsir al misbah).
Kedudukan makiyah dan madaniyah :
Makiyah menurut ibnu Attok ( ruhul
ma’ani )
Makiyah menurut jumhur ulama karena
turunnya sebelum nabi hijrah ke madinah ( tafsir al misbah).
Ayat ini sebagian yakni 19 ayat
madani dan yang lainnya makiyah ( tafsir ruh al ma;ani)
Tafsir Ayat
tafsir lughowi
kata Al-mudatsir ( ÏoO£‰ßJø9$ #) terambil dari kata (iddatsara), kata ini apapun
bentuknya tidak dapat di temukan dalam Al-Qur’an keculai sekali yaitu pada awal
surat ini.
Iddstsara yang berarti mengenakan yaitu
sejenis kain yang di letakkan diatas baju yang di pakai dengan tujuan
menghangatkan (selimut) disepakati oleh para ulama tafsir bahwa yang dimaksud
dengan yang berselimut adalad Nabi Muhammad Saw.( tafsir al misbah , 548 )
Kata Al-Mudastsir dengan tasdid dal
dan sha asalnya Al-mutadassir berupa isim fail dari kata Tadassur yang berarti
memakai pakaian ketika tidur ( tafsir al munir, 87).
Kata al mudatsir aslanya Al-
mutadatssir yang di idgom kan dengan kasroh huruf dal yang artinya pakaian yang
menutupi semua badan ( ruh al-ma’ani, 144)
tafsir Riwa’iy
Diriwayatkan oleh Bukhory : telah
kerusakan (puncak) kepayahan atau dengan kata lain pada riwayat At- thobari :
aku mengira bahwa itulah kematian, yakni perasaan takut yang karen a
pandangannya kepada para malaikat yang diberi sifat oleh Al-Qur’an sebagai”yang
mempunyai kekuatan di sisi Allah, pemilik Ars ”. ( tafsir al misbah, 549).
Tafsir ijmali
Ayat ini memerintahkan nabi Muhammad
Saw : hai yang berselimut yakni Nabi Muhammad, bangkitlah dengan sempurna dan
giat, lalu berilah peringatan mereka yang lengah dan melupakan Allah. ( tafsir
al misbah, 548 ).
tasfir tafsili
ÏoO£‰ßJø9$ yakni orang yang
berselimut ( tafsir al misbah).
Almudatsir yakni tugas kenabian ( an
nukut wal uyun)
Al mudtassir yakni pakain ketika tidur
( jamiul bayan).
Asbabun Nuzul
Al-Bukhari
meriwayatkan dari dari Jabir bin Abdullah, bahwa dia pernah mendengar
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam
menuturkan masa turunnya wahyu. Beliau bersabda, “Tatkala aku sedang berjalan,
tiba-tiba kudengar sebuah suara yang berasal dari langit. Aku mendongakkan
pandangan ke arah langit. Ternyata di sana ada malaikat yang mendatangiku di
gua Hira’, sedang duduk di sebuah kursi, menggantung di antara langit dan bumi.
Aku mendekatinya hingga tiba-tiba aku terjerebab ke atas tanah. Kemudian aku
menemui keluargaku dan kukatakan, ‘Selimutilah aku, selimutilah aku!’”. Lalu
Allah menurunkan surat Al-Muddatstsir: 1 – 5. Setelah itu wahyu datang secara
berturut-turut.
Rasulullah kemudia meminta agar dikompres ubun-ubunnya dengan air dingin.
Lalu turunlah surat Al Muddatstsir ayat 1-3.
Ketiga ayat tersebut diakhiri dengan huruf ra yang sebelumnya berbunyi kasrah, maka dibaca dengan tarqiq (seperti tersenyum).
Dalam surat Al Muddatstsir Allah memanggil bukan dengan nama, melainkan dengan perbuatan Rasulullah, yang saat itu sedang berselimut. Hal itu adalah bentuk penghormatan. Seperti juga ketika Rasulullah memanggil Aisyah dengan wahai Humairah, wahai yang berpipi merah. Seperti juga ketika kita memanggil seseorang yang kita hormati dengan jabatannya.
Salah satu episode penting dalam kehidupan
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam
adalah pada saat beliau menerima wahyu dari Allah melalui perantara malaikat
Jibril. Jumhur ulama berpendapat bahwa ayat yang mula-mula turun adalah firman
Allah SWT Q.S. Al-‘Alaq: 1 – 5. Namun setelah itu wahyu terputus untuk
sementara waktu. Tentang jangka waktu terputusnya wahyu, Ibnu Sa’d meriwayatkan
dari Ibnu Abbas, yang intinya menjelaskan bahwa jangka waktunya adalah beberapa
hari. Pada masa-masa terputusnya wahyu itu, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam ketakutan dan dirundung duka, namun kedukaannya
segera sirna tatkala tanda-tanda kebenaran mulai membias, beliau menyadari
secara yakin bahwa beliau benar-benar telah menjadi utusan Allah.
Sepintas lalu, perintah yang terkandung dalam
Q.S. Al-Muddatstsir merupakan perintah-perintah yang sederhana, namun pada
hakikatnya mempunyai tujuan yang jauh, berpengaruh sangat kuat dan nyata.
Secara garis besar surat Al-Mudatsir terbagi menjadi 5 penggalan:
1.
Al-Maqto Al-Awal
a. Diawali
dengan panggilan Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk memikul urusan yang besar
b. Allah seakan
menserabut nabi saw dari keadaan berselimut menuju jihad
c. Taujih
untuk bersiap-siap
d. Taujih kepada
Rasulullah dalam memikul urusan yang besar
Bekal rasulullah dalam mengemban risalah,
memakai taujih robbani:
-
Robbaka fakabbir
-
Tsiabaka fathahhir
-
Arrujza Fahjur
-
La tamnun tastaqtsir
-
Lirobbika fasbir
2.
Al-Maqto Ats-Tsani
Ancama Allah kepada yang mendustakan hari
akhirat
3.
Al-Maqto Ats-Tsalits (mulai dari ayat 11-31)
Berisi tentang 3 hal:
* Ciri atau sifat orang yang mendustakan
a. Allah
memberikan kekayaan yang sangat banyak
b. Putra-putra
yang mash hidup yang hadir dengannya
c. Allah
melimpahkan kenikmatan dan kedudukan
d. Ia ingin agar
Allah menambah nikmatnya
e. Sangat
membangkang terhadap ayat-ayat Allah
*Penyebab Allah menyatakan perang dengan
pendusta
a. Ia telah berpikir tentang Al-qur’an,
sudah menyiapkan penilaian, berpikir sangat serius dan mendalam
b. Lalu ia
mengulangi dan mengulangi apa yang ia pikirkan
c. Wajahnya
menjadi muram dan menghitam
d. Menyombongkan
diri
e. Menyatakan
Al-qur’an adalah sihir
*Nasib atau perjalanan akhir sang pendusta
Jalan akhirnya menuju neraka
4.
Al-Maqto Al-Rabi (Mulai dari ayat 32-48)
Pembicaraan tentang neraka saqor;
a. Masyahid
kauniyah (Pemandangan alam semesta)
b. Maqom (
Kedudukan ornag-orang yang berbuat dosa)
c. Maqom
(Kedudukan Ash-shob Al-Yamin) à menanyakan kepada para pendosa akan dosa-dosa
mereka
d. Pengakuan
orang-orang yang berbuat buruk/dosa
Kesalahan:
·
Tidak melaksanakan sholat
·
Tidak mengindahkan fakir miskin
·
Suka buang-buang waktu
·
Mendustakan hari pembalasan
5.
Al-Maqto Al-Khamis (pada bagian terakhir surat)
Tentang sikap Al-Mukadzibin terhadap dakwah
(berlari dari tugas-tugas dakwah)
Penyebab:
a. Hasad
(Iri/dengki)
b. Takut kepada
Allah
Referensi:
Shirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman
Al-Mubarakfuri
Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir lainnya
JAKARTA
22/4/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar