MANUSIA DALAM BENTUK Yang
Sebaik-Baiknya ?
وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ {1} وَطُورِ سِينِينَ {2} وَهَذَا الْبَلَدِ
اْلأَمِينِ {3} لَقَدْ خَلَقْنَا اْلإِنسَانَ فيِ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ {4} ثُمَّ
رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ {5} إِلاَّالَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ {6} فَمَايُكَذِّبُكَ بَعْدُ
بِالدِّينِ {7} أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ {8}
- Demi Tin dan Zaitun
- dan demi bukit Sinai,
- dan demi kota (Mekah) ini yang aman,
- sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
- Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
- kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
- Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?
- Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?
Muqaddimah
At-Tin
artinya buah tin. Surat ini terdiri atas delapan ayat, termasuk golongan surat
Makiyyah karena diturunkan sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Dinamai
At-Tin karen kata ini disebutkan pada awal surat. Inti pesannya yaitu
memberikan penjelasan bahwa manusia merupakan makhluk terbaik secara jasmaniah
dan rohaniah. Namun akan meluncur ke derajat yang lebih rendah dari binatang
apabila dia tidak mampu mempertahankan kemuliaannya.
Kata Tin dalam Al Qur’an hanya
disebut satu kali, yaitu dalam surat ini. Ada ahli tafsir yang menyebutkan
bahwa Tin adalah sejenis buah yang terdapat di Timur Tengah. Apabila telah
matang, berbiji seperi tomat, warnanya coklat, rasanya manis, berserat tinggi,
dan dapat digunakan sebagai obat penghancur batu pada saluran kemih dan obat
wasir. Oleh sebab itu, Al-Qur’an terjemahan departemen agama, kalimat ”wattini”
diartikan dengan ”Demi Buah Tin”. Kata zaitun disebut empat kali dalam
Al-Qu’ran, Zaitun adalah sejenis tumbuhan yang banyak tumbuh di sekitar laut
tengah, pohonnya berwarna hijau, buahnya pun berwarna hijau, namun ada pula
yang berwarna hitam pekat, bentuknya seperti anggur, dapat dijadikan asinan dan
minyak yang sangat jernih. Zaitun dinamai Al –Quran sebagai syajarah mubaarakah
(tumbuhan yang banyak manfaatnya). (QS An-Nur 24:335)
Tidak semua ahli tafsir berpendapat
bahwa yang dimaksud Tin dan Zaitun adalah nama buah. Ada juga yang berpendapat
bahwa ini adalah nama bukit tempat nabi Ibrahim AS menerima wahyu, sedangkan
Zaitun adalah nama bukit di daerah Yerusalem tempat Nabi Isa menerima Wahyu.
Jadi, Tin dan Zitun adalah dua tempat yang dianggap bersejarah, karena di tempt
itulah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Isa AS menerima wahyu.
Kedua pendapat tersebut sama-sama
memiliki alasan yang kuat. Namun, kalau kita cermati konteks ayatnya,
kelihatannya pendapat terakhir lebih logis karena pada ayat berikutnya, yaitu
ayat kedua dan ketiga, Allah SWT. Berfirman tentang bukit Sinai dan Kota Mekah.
Hampir seluruh ahli tafsir sependapat kalau yang dimaksud Thuur Shinin pada
ayat tersebut adalah bukit Tursina atau lebih dikenal dengan nama bukit Sinai,
yaitu bukit yang berada di Palestina, sementara yang dimaksud Baladil Amiin
adalah kota Mekkah.
Ar-Raghhib Asfahani, seorang pakar
bahasa Al-Qur’an meyebutkan bahwa kata taqwiim pada ayat ini merupakan isyarat
tentang keistimewaan manusia dibanding binatang, yaitu dengan dikaruniainya
akal, pemahaman dan bentuk fisik yang tegak lurus. Jadi ahsani taqwiim berarti
bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya.
Kedudukan manusia di antara makhluk
SWT lainnya pun menempati peringkat tertinggi, melebihi kedudukan malaikat,
”Dan sesungguhnya Kami memuliakan anak Adam (manusia)dan Kami angkut mereka di
darat dan di laut, dan Kami melebihkan mereka atas makhluk-makhluk yang Kami
ciptakan, dengan kelebihan yang menonjol. ”(QS. Al-Isra 17:70).
Surat ini ditutup dengan ”Alaisallahu
biahkamil haakimiin (”Bukankah Allah itu hakim yang seadil-adilnya”).
Seolah-olah ayat ini mengatakan, ”Pikirkanlah wahai manusia, hanya Allah SWT.
Hakim yang Maha Adil dan Maha Mengetahui kebutuhan kamu. Oleh sebab itu, hanya
aturan-aturan-Nya yang bisa memenuhi kebutuhamu!”. semoga kita menjadi
orang-orang yang taat menjaga kemuliaan yang Allah SWT berikan dengan selalu
meningkatkan iman dan mengerjakan amal saleh. Amin.
Tafsir Ayat
(1) Allah SWT bersumpah dengan
dua pohon yang terkenal ini, yaitu Tin dan Zaitun, karena buah dan pohonnya
mempunyai banyak manfaat. Dan juga karena keduanya berada di tanah Syam, tempat
kenabian Isa ibn Maryam AS
(2) Dan Allah SWT bersumpah dengan bukit Sinai (tempatnya di Mesir),
tempat kenabian Musa AS
(3) Kemudian Allah bersumpah dengan Makkah Al-Mukarramah tempat kenabian
Muhammad SAW yang telah dijadikannya sebagai tempat yang aman dan dijamin aman
pula orang yang berada di dalamnya. Allah SWT telah bersumpah dengan tiga
tempat suci itu yang telah Dia pilih dan Dia munculkan darinya sebaik-baik dan
semulia-mulia kenabian
(4) Sedangkan obyek yang disumpahkan adalah firman-Nya berikut ini, sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna, anggota badannya serasi dan tegak, tidak kehilangan sesuatu yang dibutuhkannya baik lahir maupun batin
(4) Sedangkan obyek yang disumpahkan adalah firman-Nya berikut ini, sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna, anggota badannya serasi dan tegak, tidak kehilangan sesuatu yang dibutuhkannya baik lahir maupun batin
(5) Meskipun terdapat nikmat-nikmat yang besar itu, yang seharusnya wajib
disyukuri, tapi kebanyakan manusia tidak mensyukurinya. Mereka justru sibuk
dengan permainan, mereka lebih memilih hal-hal yang tidak berguna dan akhlak
yang rendah. Maka kelak di akhirat, Allah SWT akan mengembalikan mereka ke
dasar neraka, tempat orang-orang bermaksiat yang membangkang kepada Rabb mereka
(6) Kecuali orang yang telah Allah berikan kepadanya anugerah iman, amal
shalih dan akhlak yang mulia. Maka dengan itu mereka akan mendapat tempat yang
tinggi di surga dan pahala yang tiada putus-putusnya. Yang ada adalah kelezatan
yang melimpah, kesenangan yang tak henti-henti dan kenikmatan terus bertambah,
untuk selama-lamanya. Buahnya tak ada henti-hentinya, demikian pula dengan
naungannya
(7) Lalu Allah SWT menutup surat ini dengan melontarkan sebuah pertanyaan
kepada hamba-Nya: Wahai manusia, apa gerangan yang menyebabkan kamu mendustakan
hari pembalasan atas semua amal perbuatan? Sedangkan kamu telah melihat banyak
tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang dapat memberimu keyakinan dan
nikmat-nikmat Allah yang menuntut kamu untuk tidak ingkar terhadap setiap
sesuatu yang Dia kabarkan kepadamu
(8) Bukankah Allah SWT adalah Hakim yang paling adil yang memberikan
keputusan di antara hamba-hamba-Nya? Dia tidak menzhalimi mereka dan tidak
berbuat curang. Apakah pantas Kemahabijaksanaan-Nya lalu berarti membiarkan
mereka sia-sia begitu saja; tidak diperintahkan dan dilarang serta tidak diberi
pahala dan tidak disiksa? Atau bahwa Dzat yang telah menciptakan manusia
jenjang demi jenjang, melimpahkan bagi mereka nikmat dan kebaikan yang
terhingga dan mendidik mereka dengan sebaik-bainya, harus mengembalikan mereka
ke suatu tempat yang menjadi tempat menetap mereka, yang kepadanya mereka
menuju?
(SUMBER: at-Tafsiir al-Yasiir karya Yusuf bin Muhammad
al-Owaid, tafsir surat at-Tiin)
JAKARTA 13/4/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar