Rabu, 17 April 2013

TAFSIR AL-KAUTSAR





                    TELAGA KAUTSAR

1. sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al Kautsar

2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.

3. Sesungguhnya orang-orang yang membencimu kamu dialah yang al abtar.AL-KAUTSAR

Penamaan surat

Dinamakan surat Al Kautsar karena dibuka dengan firman Allah Subhanahuwata’ala yang ditunjukan pada nabiNya shallallahu ‘alaihi wa sallam :

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ

“ sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu Al Kautsar “

Al Kautsar adalah sebuah telaga di surga, sedangkam menurut pendapat yang lain, kebaikan yang banyak dan terus -  menerus di dunia hingga akherat.

Sebab turun

Surat ini turun sebagai bantahan atas sebagian musyirikin yaitu Al Ash bin Wail yang berkata tentang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.  Saat anak beliau dari khadijah yang bernama Abdullah meninggal. Bahwa beliau abtar. Riwayat ini adalah pendapat Ibnu Abass, Muqatil Al Kalaby, dan ahli tafsir secara umum. Al abtar dari kaum lelaki ialah yang tidak mempunyai anak ( berdasarkan riwayat di atas, ini adalah salah satu penafsirannya-pent)

Tafsir Ayat

ا نا اءطينك ا اكؤ شر

Ayat ini menunjukkan keluasan karunia tanpa batas, dan kenikmatan yang besar lagi melimpah. Seperti firman-Nya

وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى

Dan kelak pasti Rabb-mu memberikan karuniaNya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. [Adh Dhuha : 5]

Karunia yang besar ini berasal dari Dzat Pemberi karunia Yang Besar, kaya, lagi luas anugerahnya. Oleh karena itu, kata ganti pertama (mutakallim) dalam ayat ini, bentuknya dijama`kan, menjadi innaa (إِنَّآ) yang menandakan keagungan Sang Rabb, Dzat Yang Maha Pemberi.

Karunia ini ini utuh dan berkesinambungan sebab kalimat pada ayat ini diawali dengan kata inna yang menunjukkan penegasan dan realisasi kandungan berita layaknya fungsi sumpah. Demikian juga, Allah menggunakan fi'il madhi (kata kerja lampau) dalam kalimat ini, yang bertujuan sebagai penekanan kejadian peristiwa. Sebab obyek yang sifatnya harapan yang berasal dari Dzat Yang Maha Mulia, terhitung sebagai perkara yang pasti terjadi.

Kata Al-Kautsar berbentuk wazan fau'al seperti kata naufal. Bangsa Arab menamakan segala sesuatu yang melimpah baik kuantitasnya, atau besar kedudukan dan urgensinya dengan nama kautsar.

Para ulama tafsir berselisih pendapat dalam menafsikan Al Kautsar yang diberikan kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Pendapat mereka terangkum dalam keterangan berikut ini :

Pertama, sungai di surga.

Kedua, telaga Nabi di Mahsyar.

Ketiga, kenabian dan kitab suci.

Keempat, Al Qur`an.

Kelima, Islam.

Keenam, kemudahan memahami Al Qur`an dan aturan syariat.

Ketujuh, banyaknya sahabat, ummat dan kelompok-kelompok pembela.

Kedelapan, pengutamaan Nabi diatas orang lain

Kesembilan, meninggikan sebutan Nabii

Kesepuluh, sebuah cahaya dihatimu mengantarkanmu kepada-Ku, dan menghalangimu dari selain-Ku

Kesebelas, syafaat.

Keduabelas, mukjizat-mukjizat Allah yang menjadi sebab orang-orang meraih hidayah melalui dakwahmu.

Ketigabelas, tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah, Muhammad adalah utusan Allah.

Keempatbelas, memahami agama.

Kelimabelas, shalat lima waktu.

Keenambelas, perkara yang agung.

Ketujuhbelas, kebaikan yang merata yang Allah berikan kepada Beliau.

Al Wahidi berkata,”Kebanyakan ahli tafsir berpendapat, bahwa Al Kautsar adalah sungai di surga.” [4]

Panutan para ulama tafsir, Ibnu Jarir At Thabari berkata: “Pendapat yang paling utama menurutku adalah pendapat orang yang mengatakan Al Kautsar adalah nama sungai di surga yang dianugerahkan Rasulullah di surga kelak. Allah menyebutkan ciri khasnya dengan sifat katsrah (melimpah ruah) sebagai pertanda ketinggian kedudukannya.

Kami mengatakan itu sebagai tafsiran yang paling utama lantaran banyaknya riwayat dari Rasulullah yang menjelaskannya" [5]

Al Qurtubi berkata , ”Penjelasan yang paling benar adalah perkataan yang pertama dan kedua, karena kedua perkataan tersebut ditetapkan oleh Nabi dalam sebuah nas tentang Al Kautsar.”[6]

Asy Syaukani mengatakan,”Tafsir ini dari Ibnu Abbas, pandangannya bertumpu pada maknanya secara bahasa. Akan tetapi Rasulullah telah menafsirkannya sebagai sungai di surga dalam haditsnya yang shahih".

Aku (Syaikh Salim) berkata: Keterangan-keterangan yang dikemukakan oleh mayoritas ulama tafsir merupakan kebenaran yang nyata, karena beberapa perkara berikut ini:

Pertama : Telah diriwayatkan dari Rasulullah , bahwasanya Beliau menafsirkan Al Kautsar sebagai sungai di surga dalam beberapa hadits. Diantaranya.

Dari Anas, dia berkata: Pada suatu hari ketika Rasulullah berada di tengah kami, Beliau mengantuk sekejap. Kemudian Beliau mengangkat kepalanya dengan senyum. Maka kami bertanya: “Apa yang membuatmu tertawa, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab,”Baru saja turun kepadaku sebuah surat,” maka Beliau membaca surat Al Kautsar. Kemudian Rasulullah bersabda,”Apakah kalian tahu apakah Al Kautsar itu?” Maka kami berkata,”Allah dan RasulNya lebih mengetahui.” Rasulullah bersabda,”Al Kautsar adalah sungai yang dijanjikan Rabbku Azza wa Jalla untukku. Disana terdapat kebaikan yang banyak. Ia adalah telaga yang akan didatangi umatku pada hari Kiamat. Jumlah bejananya sebanyak bintang-bintang...." [7]



Kedua. Keterangan-keterangan yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas tidak bertentangan dengan nash hadits yang shahih.

Dari Abi Basyar dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas, sesungguhnya dia berkata tentang Al Kautsar. Ia adalah limpahan kebaikan yang Allah berikan kepada Rasulullah. Abu Bisyr berkata kepada Said bin Jubair ‘Sesungguhnya orang-orang menyangkanya sungai di surga’. Maka Said berkata,”Sungai di surga merupakan bagian dari kebaikan yang Allah berikan kepada Rasulullah" [8].

Ibnu Athiyah menyatakan : "Alangkah indahnya pernyataan yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas dan alangkah baiknya penyempurnaan keterangan dari Ibnu Jubair. Masalah tentang sungai (di surga) telah ditetapkan dalam hadits Isra (mi'raj) dan hadits lainnya. Semoga Allah senantiasa mencurahkan shalawatNya kepada Muhammad dan semoga Allah memberikan manfaat kepada kita semua dengan hidayahNya.” [9]

Ibnu Katsir menjelaskan : “Penafsirannya bisa dengan sungai dan selainnya. Karena Al-Kautsar berasal dari kata Al Katsrah, yaitu kebaikan yang melimpah ruah. diantaranya adalah berbentuk sungai tersebut... Telah diriwayatkan dalam riwayat yang shahih dari Ibnu Abbas, bahwasanya dia menafsirkannya dengan makna sungai juga.

Ibnu Jarir berkata : “Abu Kuraib telah menceritakan kepada kami (ia berkata), Umar bin Ubaid telah menceritakan kepada kami dari Atha`dari Said bin Jubair dari Ibnu Abba, ia berkata:"Al-Kautsar adalah sungai di surga. Kedua tepi sungai tersebut adalah emas dan perak, mengalir di atas yaqut (sejenis batu mulia) dan mutiara, airnya putih berasal dari salju dan lebih manis daripada madu."[10]

Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: "Jadi, kutipan Said bin Jubair terhadap perkataan Ibnu Abbas yang berbunyai "(Al-Kautsar) itu adalah kebaikan yang melimpah ruah". tidak bertentangan dengan pernyataan lainnya yang menafsirinya sebagai sungai di surga. Karena sungai merupakan bagian dari kebaikan yang banyak. Mungkin saja Sa'id ingin menunjukkan bahwa tafsir Ibnu Abbas lebih utama karena bersifat umum. Akan tetapi telah ditetapkan pengkhususannya dengan sungai dari keteranan Nab, maka tidak ada pilihan untuk mengesampingkannya". [11]

Ibnu Abbas berkata : Al-Kautsar sesungguhnya merupakan kebaikan yang banyak, yang Allah berikan kepada Rasulullah. Jika penduduk surga yang paling rendah (tingkatannya saja) dianugerahi dengan sepuluh kali lipat dunia seisinya. Maka bayangkan saja apa yang akan Allah sediakan bagi Rasulullah dalam surga kelak. Maka, Al-Kautsar menjadi sinyal dan indikator banyaknya nikmat yang Allah berikan kepada Nabi yang berbentuk kebaikan-kebaikan dan tambahan lainnya serta begitu tingginya kedudukannya (nikmat-nikmat itu). Sungai tersebut yaitu Al-Kautsar, merupakan sungai yang terbesar, paling bagus airnya, paling jernih, paling manis dan yang tertinggi.

Jadi, maksudnya adalah Al-Kautsar merupakan sungai di surga, menjadi bagian kebaikan yang banyak sekali yang Allah anugerahkan kepada rasulNya di dunia dan akhirat. [12]

Ketiga : Keterangan yang dikemukakan oleh Al-Qurtubi, yaitu :

"Dan semua tafsiran yang dikemukakan dalam masalah ini (makna Al-Kautsar), telah diberikan kepada Rasulullah sebagai tambahan atas karunia telaga. Semoga Allah mencurahkan selawat dan keselamatan yang banyak kepada Beliau" [13]

Jadi, tidak ada yang pertentangan antara penafsiran Al-Kautsar dengan sungai atau telaga.

Al-Kautsar adalah sungai di surga dan airnya akan dialirkan keadalam telaga. Maka Al-Kautsar airnya berada dalam sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Abu Dzar, ia berkata, "Wahai Rasulullah, apa bejananya al-ahaudh (telaga)?" Rasulullah menjawab: " Demi dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, sungguh bejananya lebih banyak dari jumlah bintang-bintang dan planet-planet yang ada di langit di malam malam gelap gulita tanpa awan. Bejana-bejana dari surga. Barangsiapa yang minum darinya, maka tidak akan merasa haus selamanya. Ada dua talang dari surga yan menjulur ke dalamnya. barangsiapa yang minum darinya, tidak akan merasa haus selamanya. Lebar sungai tersebut sama dengan panjangnya, kira-kira sejauh antara Amman dan Aila`. Airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu".[14]

Makna secara global

Allah berfirman pada Nabi-nya Muhammad  shallallahu ‘alaihi wa sallam :

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ

“ sesungguhya Kami telah memberikanmu Al Kautsar “

Artinya kebaikan yang banyak dan keutamaan yang melimpah di anararaNya adalah apa yang Allah Ta’ala berikan kepada NabiNya  shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa telaga yang disebut dengan Al Kautsar yang panjangnya sejarak perjalanan sebulan, lebarnya sejarak perjalanan sebulan, airnya lebih putih daru susu, lebih manis dari madu, bejana -  bejananya seperti bintang dari langit dalam jumlah dan kilaunnya. Dan barang siapa yang minum daripadanya walau hanya satu teguk maka dia tidak akan merasakan haus setelah itu selama – lamanya.

Ketika Allah Ta’ala menyebutkan pemberianNya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Dia memerintahkan beliau untuk mensyukuri nikmat. Firman Allah Ta’ala ‘

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

“ maka dirinkanlah Shalat karen Rabbmu dan berkurbanlah”

Allah Subhanahuwata’ala menyebutkan secara khusus kedua ibadah ini karena keduanya adalah ibadah yang paling afdhal dan merupakan pendekatan diri yang paling mulia. Shalat mengandung ketundukan hati dan anggota badan terhadap Allah Ta’ala serta beragam bentuk penghambaan.

Sendangkan ibadah kurban adalah ibadah pendekatan diri pada Allah Ta’ala dengan mengurbankan binatang  ternak yang terbaik yang dimiliki seorang hamba dan dengan mengeluarkan sebagai harta yang sering membuat jiwa sangat cinta padanya dan kikir melepaskannya

إِنَّ شَانِئَكَ

“ sesungguhnya orang – orang yang membencimu”

Yaitu yang marah, mencela, dan menjelekkanmu

هُوَ الْأَبْتَرُ

“ dialah yang Al Abtar”

Yaitu terputus dari segala kebaikan dan terlupakan oleh manusia. Adapun Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau benar -  benar sempurna dengan kesempurnaan yang mungkin bagi makhluk seperti  termasyhur namanya serta banyak pembela dan pengikutnya.

Surat ini ditutup dengan berita gembira bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan kekalahan musuh -  musuhnya. Surat ini juga menggambarkan bahwa orang – orang yang membenci beliau sebagai orang yang mendapatkan kehinaan dan katerputusan dari segala kebaikan di dunia dan di akherat. Sementara penyebutan nama Rasul  shallallahu ‘alaihi wa sallam  terangkat di mimbar – mimbar dan menara – manara, nama beliau yang mulia kekal pada setiap lisan orang yang beriman hingga akhir masa.



_________

Footnotes

 [5]. Jami'u Al-Bayan Fi Tafsiri Al-Qur'an (30 : 208-209)

[6]. Al-Jami'u Li Ahkamil Qur'an (20/218)

[7]. HR Muslim (400) kitab shalat bab hujjatu man qaala al-basmalah ayatun min awwali kulli surat siwa bara'ah.

[8]. HR Bukhari (8/731 - Fathul Bari), kitab at-tafsir bab surat Inna A'thainaakal Kautsar

[9]. Al-Muharrar Al-Wajiz Fi Tafsiri Al-Kitabi Al-Aziz (16/372-373)

[10]. Tafsiru Al-Quranil Azhim (4/596)

[11]. Fathul Bari (8/732)

[12]. Daqaiqu At-Tafsir (6/312-313)

[13]. Al-Jami'u Li Ahkamil Quran (20/318)

[14]. HR Muslim (2300) kitab al-fadhail bab itsbati haudh nabiyyina washfan

Faedah surat ini

1. Penjelasan penulisan Allah bagi RasulNya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

2. Penegasan hadist – hadist tentang Al Kautsar bahwa adalah telaga di Surga.

3. Kewajiban ikhlas dalam shalat, kurban, dan semua ibadah.

4. Pembenaran syariat untuk mendoakan keburukan bagai orang-orang yang zalim.

5. Bantuan Allah Ta’ala bagi hambanya dan RasulNya Muhammad, bantahan terhadap musuh-musuhnya serta hiburan bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

(diambil dari buku Ad Durusil Muhimmah Li Ammatil Ummah, Cahaya Tauhid Pres)

JAKARTA  17/4/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman