1. sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu
Al Kautsar
2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan
berkorbanlah.
3. Sesungguhnya orang-orang yang membencimu
kamu dialah yang al abtar.AL-KAUTSAR
Penamaan surat
Dinamakan surat Al Kautsar karena dibuka dengan
firman Allah Subhanahuwata’ala yang ditunjukan pada nabiNya
shallallahu ‘alaihi wa sallam :
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
“ sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu
Al Kautsar “
Al Kautsar adalah sebuah telaga di surga,
sedangkam menurut pendapat yang lain, kebaikan yang banyak dan terus -
menerus di dunia hingga akherat.
Sebab turun
Surat ini turun sebagai bantahan atas sebagian
musyirikin yaitu Al Ash bin Wail yang berkata tentang Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Saat anak beliau dari khadijah yang
bernama Abdullah meninggal. Bahwa beliau abtar. Riwayat ini adalah pendapat
Ibnu Abass, Muqatil Al Kalaby, dan ahli tafsir secara umum. Al abtar dari kaum
lelaki ialah yang tidak mempunyai anak ( berdasarkan riwayat di atas, ini
adalah salah satu penafsirannya-pent)
Tafsir Ayat
ا نا اءطينك ا اكؤ شر
Ayat ini menunjukkan keluasan karunia tanpa
batas, dan kenikmatan yang besar lagi melimpah. Seperti firman-Nya
وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى
Dan kelak pasti Rabb-mu memberikan karuniaNya
kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. [Adh Dhuha : 5]
Karunia yang besar ini berasal dari Dzat
Pemberi karunia Yang Besar, kaya, lagi luas anugerahnya. Oleh karena itu, kata
ganti pertama (mutakallim) dalam ayat ini, bentuknya dijama`kan, menjadi innaa
(إِنَّآ)
yang menandakan keagungan Sang Rabb, Dzat Yang Maha Pemberi.
Karunia ini ini utuh dan berkesinambungan sebab
kalimat pada ayat ini diawali dengan kata inna yang menunjukkan penegasan dan
realisasi kandungan berita layaknya fungsi sumpah. Demikian juga, Allah
menggunakan fi'il madhi (kata kerja lampau) dalam kalimat ini, yang bertujuan
sebagai penekanan kejadian peristiwa. Sebab obyek yang sifatnya harapan yang
berasal dari Dzat Yang Maha Mulia, terhitung sebagai perkara yang pasti
terjadi.
Kata Al-Kautsar berbentuk wazan fau'al seperti
kata naufal. Bangsa Arab menamakan segala sesuatu yang melimpah baik
kuantitasnya, atau besar kedudukan dan urgensinya dengan nama kautsar.
Para ulama tafsir berselisih pendapat dalam
menafsikan Al Kautsar yang diberikan kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Pendapat mereka terangkum dalam keterangan
berikut ini :
Pertama, sungai di surga.
Kedua, telaga Nabi di Mahsyar.
Ketiga, kenabian dan kitab suci.
Keempat, Al Qur`an.
Kelima, Islam.
Keenam, kemudahan memahami Al Qur`an dan aturan
syariat.
Ketujuh, banyaknya sahabat, ummat dan
kelompok-kelompok pembela.
Kedelapan, pengutamaan Nabi diatas orang lain
Kesembilan, meninggikan sebutan Nabii
Kesepuluh, sebuah cahaya dihatimu
mengantarkanmu kepada-Ku, dan menghalangimu dari selain-Ku
Kesebelas, syafaat.
Keduabelas, mukjizat-mukjizat Allah yang
menjadi sebab orang-orang meraih hidayah melalui dakwahmu.
Ketigabelas, tidak ada yang berhak diibadahi
kecuali Allah, Muhammad adalah utusan Allah.
Keempatbelas, memahami agama.
Kelimabelas, shalat lima waktu.
Keenambelas, perkara yang agung.
Ketujuhbelas, kebaikan yang merata yang Allah
berikan kepada Beliau.
Al Wahidi berkata,”Kebanyakan ahli tafsir
berpendapat, bahwa Al Kautsar adalah sungai di surga.” [4]
Panutan para ulama tafsir, Ibnu Jarir At
Thabari berkata: “Pendapat yang paling utama menurutku adalah pendapat orang
yang mengatakan Al Kautsar adalah nama sungai di surga yang dianugerahkan
Rasulullah di surga kelak. Allah menyebutkan ciri khasnya dengan sifat katsrah
(melimpah ruah) sebagai pertanda ketinggian kedudukannya.
Kami mengatakan itu sebagai tafsiran yang
paling utama lantaran banyaknya riwayat dari Rasulullah yang
menjelaskannya" [5]
Al Qurtubi berkata , ”Penjelasan yang paling benar adalah
perkataan yang pertama dan kedua, karena kedua perkataan tersebut ditetapkan
oleh Nabi dalam sebuah nas tentang Al Kautsar.”[6]
Asy Syaukani mengatakan,”Tafsir ini dari Ibnu Abbas,
pandangannya bertumpu pada maknanya secara bahasa. Akan tetapi Rasulullah telah
menafsirkannya sebagai sungai di surga dalam haditsnya yang shahih".
Aku (Syaikh Salim) berkata:
Keterangan-keterangan yang dikemukakan oleh mayoritas ulama tafsir merupakan
kebenaran yang nyata, karena beberapa perkara berikut ini:
Pertama : Telah diriwayatkan dari Rasulullah ,
bahwasanya Beliau menafsirkan Al Kautsar sebagai sungai di surga dalam beberapa
hadits. Diantaranya.
Dari Anas, dia berkata: Pada suatu hari ketika Rasulullah
berada di tengah kami, Beliau mengantuk sekejap. Kemudian Beliau mengangkat
kepalanya dengan senyum. Maka kami bertanya: “Apa yang membuatmu tertawa, wahai
Rasulullah?” Rasulullah menjawab,”Baru saja turun kepadaku sebuah surat,” maka
Beliau membaca surat Al Kautsar. Kemudian Rasulullah bersabda,”Apakah kalian
tahu apakah Al Kautsar itu?” Maka kami berkata,”Allah dan RasulNya lebih
mengetahui.” Rasulullah bersabda,”Al Kautsar adalah sungai yang dijanjikan
Rabbku Azza wa Jalla untukku. Disana terdapat kebaikan yang banyak. Ia adalah
telaga yang akan didatangi umatku pada hari Kiamat. Jumlah bejananya sebanyak
bintang-bintang...." [7]
Kedua. Keterangan-keterangan yang diriwayatkan
dari Ibnu Abbas tidak bertentangan dengan nash hadits yang shahih.
Dari Abi Basyar dari Said bin Jubair dari Ibnu
Abbas, sesungguhnya dia berkata tentang Al Kautsar. Ia adalah limpahan kebaikan
yang Allah berikan kepada Rasulullah. Abu Bisyr berkata kepada Said bin Jubair
‘Sesungguhnya orang-orang menyangkanya sungai di surga’. Maka Said
berkata,”Sungai di surga merupakan bagian dari kebaikan yang Allah berikan
kepada Rasulullah" [8].
Ibnu Athiyah menyatakan : "Alangkah
indahnya pernyataan yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas dan alangkah baiknya
penyempurnaan keterangan dari Ibnu Jubair. Masalah tentang sungai (di surga)
telah ditetapkan dalam hadits Isra (mi'raj) dan hadits lainnya. Semoga Allah
senantiasa mencurahkan shalawatNya kepada Muhammad dan semoga Allah memberikan
manfaat kepada kita semua dengan hidayahNya.” [9]
Ibnu Katsir menjelaskan : “Penafsirannya bisa dengan
sungai dan selainnya. Karena Al-Kautsar berasal dari kata Al Katsrah, yaitu
kebaikan yang melimpah ruah. diantaranya adalah berbentuk sungai tersebut...
Telah diriwayatkan dalam riwayat yang shahih dari Ibnu Abbas, bahwasanya dia
menafsirkannya dengan makna sungai juga.
Ibnu Jarir berkata : “Abu Kuraib telah menceritakan
kepada kami (ia berkata), Umar bin Ubaid telah menceritakan kepada kami dari
Atha`dari Said bin Jubair dari Ibnu Abba, ia berkata:"Al-Kautsar adalah
sungai di surga. Kedua tepi sungai tersebut adalah emas dan perak, mengalir di
atas yaqut (sejenis batu mulia) dan mutiara, airnya putih berasal dari salju
dan lebih manis daripada madu."[10]
Al-Hafidz Ibnu Hajar
berkata: "Jadi, kutipan Said bin Jubair terhadap perkataan Ibnu Abbas yang
berbunyai "(Al-Kautsar) itu adalah kebaikan yang melimpah ruah".
tidak bertentangan dengan pernyataan lainnya yang menafsirinya sebagai sungai
di surga. Karena sungai merupakan bagian dari kebaikan yang banyak. Mungkin
saja Sa'id ingin menunjukkan bahwa tafsir Ibnu Abbas lebih utama karena
bersifat umum. Akan tetapi telah ditetapkan pengkhususannya dengan sungai dari
keteranan Nab, maka tidak ada pilihan untuk mengesampingkannya". [11]
Ibnu Abbas berkata : Al-Kautsar sesungguhnya merupakan
kebaikan yang banyak, yang Allah berikan kepada Rasulullah. Jika penduduk surga
yang paling rendah (tingkatannya saja) dianugerahi dengan sepuluh kali lipat
dunia seisinya. Maka bayangkan saja apa yang akan Allah sediakan bagi
Rasulullah dalam surga kelak. Maka, Al-Kautsar menjadi sinyal dan indikator
banyaknya nikmat yang Allah berikan kepada Nabi yang berbentuk
kebaikan-kebaikan dan tambahan lainnya serta begitu tingginya kedudukannya
(nikmat-nikmat itu). Sungai tersebut yaitu Al-Kautsar, merupakan sungai yang
terbesar, paling bagus airnya, paling jernih, paling manis dan yang tertinggi.
Jadi, maksudnya adalah Al-Kautsar merupakan
sungai di surga, menjadi bagian kebaikan yang banyak sekali yang Allah
anugerahkan kepada rasulNya di dunia dan akhirat. [12]
Ketiga : Keterangan yang dikemukakan oleh
Al-Qurtubi, yaitu :
"Dan semua tafsiran yang dikemukakan dalam
masalah ini (makna Al-Kautsar), telah diberikan kepada Rasulullah sebagai
tambahan atas karunia telaga. Semoga Allah mencurahkan selawat dan keselamatan
yang banyak kepada Beliau" [13]
Jadi, tidak ada yang pertentangan antara
penafsiran Al-Kautsar dengan sungai atau telaga.
Al-Kautsar adalah sungai di surga dan airnya
akan dialirkan keadalam telaga. Maka Al-Kautsar airnya berada dalam sebagaimana
diriwayatkan dalam hadits Abu Dzar, ia berkata, "Wahai Rasulullah, apa
bejananya al-ahaudh (telaga)?" Rasulullah menjawab: " Demi dzat yang
jiwa Muhammad ada di tanganNya, sungguh bejananya lebih banyak dari jumlah
bintang-bintang dan planet-planet yang ada di langit di malam malam gelap
gulita tanpa awan. Bejana-bejana dari surga. Barangsiapa yang minum darinya,
maka tidak akan merasa haus selamanya. Ada dua talang dari surga yan menjulur
ke dalamnya. barangsiapa yang minum darinya, tidak akan merasa haus selamanya.
Lebar sungai tersebut sama dengan panjangnya, kira-kira sejauh antara Amman dan
Aila`. Airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu".[14]
Makna secara global
Allah berfirman pada Nabi-nya Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam :
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
“ sesungguhya Kami telah memberikanmu Al
Kautsar “
Artinya kebaikan yang banyak dan keutamaan yang
melimpah di anararaNya adalah apa yang Allah Ta’ala berikan kepada
NabiNya shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa
telaga yang disebut dengan Al Kautsar yang panjangnya sejarak perjalanan
sebulan, lebarnya sejarak perjalanan sebulan, airnya lebih putih daru susu,
lebih manis dari madu, bejana - bejananya seperti bintang dari langit
dalam jumlah dan kilaunnya. Dan barang siapa yang minum daripadanya walau hanya
satu teguk maka dia tidak akan merasakan haus setelah itu selama – lamanya.
Ketika Allah Ta’ala menyebutkan pemberianNya
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Dia
memerintahkan beliau untuk mensyukuri nikmat. Firman Allah Ta’ala ‘
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“ maka dirinkanlah Shalat karen Rabbmu dan
berkurbanlah”
Allah Subhanahuwata’ala menyebutkan secara
khusus kedua ibadah ini karena keduanya adalah ibadah yang paling afdhal dan
merupakan pendekatan diri yang paling mulia. Shalat mengandung ketundukan hati
dan anggota badan terhadap Allah Ta’ala serta beragam bentuk penghambaan.
Sendangkan ibadah kurban adalah ibadah
pendekatan diri pada Allah Ta’ala dengan mengurbankan binatang ternak
yang terbaik yang dimiliki seorang hamba dan dengan mengeluarkan sebagai harta
yang sering membuat jiwa sangat cinta padanya dan kikir melepaskannya
إِنَّ شَانِئَكَ
“ sesungguhnya orang – orang yang membencimu”
Yaitu yang marah, mencela, dan menjelekkanmu
هُوَ الْأَبْتَرُ
“ dialah yang Al Abtar”
Yaitu terputus dari segala kebaikan dan
terlupakan oleh manusia. Adapun Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka
beliau benar - benar sempurna dengan kesempurnaan yang mungkin bagi
makhluk seperti termasyhur namanya serta banyak pembela dan pengikutnya.
Surat ini ditutup dengan berita gembira bagi
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam akan kekalahan musuh - musuhnya. Surat ini
juga menggambarkan bahwa orang – orang yang membenci beliau sebagai orang yang
mendapatkan kehinaan dan katerputusan dari segala kebaikan di dunia dan di
akherat. Sementara penyebutan nama Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam
terangkat di mimbar – mimbar dan menara – manara, nama beliau yang mulia kekal
pada setiap lisan orang yang beriman hingga akhir masa.
_________
Footnotes
[5].
Jami'u Al-Bayan Fi Tafsiri Al-Qur'an (30 : 208-209)
[6]. Al-Jami'u Li Ahkamil Qur'an (20/218)
[7]. HR Muslim (400) kitab shalat bab hujjatu
man qaala al-basmalah ayatun min awwali kulli surat siwa bara'ah.
[8]. HR Bukhari (8/731 - Fathul Bari), kitab
at-tafsir bab surat Inna A'thainaakal Kautsar
[9]. Al-Muharrar Al-Wajiz Fi Tafsiri Al-Kitabi
Al-Aziz (16/372-373)
[10]. Tafsiru Al-Quranil Azhim (4/596)
[11]. Fathul Bari (8/732)
[12]. Daqaiqu At-Tafsir (6/312-313)
[13]. Al-Jami'u Li Ahkamil Quran (20/318)
[14]. HR Muslim (2300) kitab al-fadhail bab
itsbati haudh nabiyyina washfan
Faedah surat ini
1. Penjelasan penulisan Allah bagi RasulNya
Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam.
2. Penegasan hadist – hadist tentang Al Kautsar
bahwa adalah telaga di Surga.
3. Kewajiban ikhlas dalam shalat, kurban, dan
semua ibadah.
4. Pembenaran syariat untuk mendoakan keburukan
bagai orang-orang yang zalim.
5. Bantuan Allah Ta’ala bagi hambanya dan
RasulNya Muhammad, bantahan terhadap musuh-musuhnya serta hiburan bagi Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam.
(diambil dari buku Ad Durusil Muhimmah Li
Ammatil Ummah, Cahaya Tauhid Pres)
JAKARTA 17/4/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar