Minggu, 01 Desember 2013

IRI HATI:BUNUH DIRI



LAPANG DADA: Jangan Iri Hati
Abul Laits Assamarqandi r.a. meriwayatkan dengan sanadnya dari Hasan berkata Nabi Muhammad SAW bersabda maksudnya : "Hasad dan dengki itu keduanya akan memakan habis hasanat sebagai mana api makan kayu."
Ibrahim bin Aliyah dari Abbad bin Ishaq dari Abdurrahman bin Mu'awiyah bersabda Nabi Muhammad SAW.  maksudnya : "Tiga macam sifat yang tidak dapat selamat daripadanya seorang pun iaitu: Buruk sangka, hasad dengki dan takut sial kerana sesuatu. 
Lalu ditanya: "Ya Rasulullah  bagaimana untuk selamat dari semua itu?"  
Jawab Nabi Muhammad SAW. "Jika kau hasad maka jangan kau lanjutkan, dan jika menyangka maka jangan kau buktikan (jangan kau cari-cari kenyataannya) dan jika merasa takut dari sesuatu maka hadapilah (jangan mundur)." 
Muqaddimah
Kenapa mausia perlu iri hati? Percaya tak ramai manusia yang iri Hati? Kalau tak percaya cuba buat kajian, pasti dapat jawapan. Maksud iri hati berasal dari perasaan tidak puas terhadap diri sendiri kerana melihat kesenangan orang lain.
Rasa iri hati boleh melanda sesiapa saja dan di mana saja, jika di masjid atau surau iri hati berlaku kerana orang lain lebih menonjol kepandaiannya mengurus aktiviti masjid atau surau, di tempat kerja ada yang iri hati pada rakan sekerja yang lebih berhasil dan menduduki jawatan yang lebih tinggi, di dalam keluarga ada yang iri hati kerana kakak atau adik lebih diperhatikan oleh orang tua dan sebagainya. Macam-macam jenis ada perasaan iri hati ini.
Perlu kita sedari bahawa perasaan iri hati tidak membawa kebaikan bagi kita, malah iri hati tidak hanya merugikan orang lain, tetapi juga merugikan diri sendiri serta iri hati akan menyebabkan diri sendiri merana. Mengapa perlu menyeksa diri sendiri? Iri Hati tidak mendatangkan kebaikan pada diri kalian.
Makna Iri Hati
Merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain; ke·i·ri·ha·ti·an n perihal iri hati; kecemburuan melihat kelebihan orang lain.
 Alquran Surat An-Nisa ayat 32, Allah SWT berfirman yang artinya: "Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian orang lain."

Berdasarkan ayat tersebut di atas, selaku orang mukmin sudah mendapat amanat dari Allah SWT agar menjauhi sifat iri hati/dengki atau hasud kepada orang lain. Hasud menurut Imam Ghazali merupakan lintasan syetan yang berada dalam hati manusia, tidak boleh dibiarkan mengendap di hati. Sebab akan menimbulkan dampak negatif bagi dirinya, mungkin akan timbul sikap kufur nikmat bahkan tidak mau menerima karunia Allah.

Sedangkan terhadap orang lain akan menimbulkan dendam berkepanjangan, yang akibatnya bila tidak kuat iman akan timbul niat untuk melenyapkan nyawa orang.
Allah melarang kita iri pada yang lain karena rezeki yang mereka dapat itu sesuai dengan usaha mereka dan juga sudah jadi ketentuan Allah.
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [An Nisaa’ 32]
Iri hanya boleh dalam 2 hal. Yaitu dalam hal bersedekah dan ilmu.
Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara, yakni seorang yang diberi Allah harta lalu dia belanjakan pada jalan yang benar, dan seorang diberi Allah ilmu dan kebijaksaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya. (HR. Bukhari) [HR Bukhari]
Jika kita mengagumi milik orang lain, agar terhindar dari iri hendaknya mendoakan agar yang bersangkutan dilimpahi berkah.
Apabila seorang melihat dirinya, harta miliknya atau saudaranya sesuatu yang menarik hatinya (dikaguminya) maka hendaklah dia mendoakannya dengan limpahan barokah. Sesungguhnya pengaruh iri adalah benar. (HR. Abu Ya’la)
Dengki lebih parah dari iri. Orang yang dengki ini merasa susah jika melihat orang lain senang. Dan merasa senang jika orang lain susah. Tak jarang dia berusaha mencelakakan orang yang dia dengki baik dengan lisan, tulisan, atau pun perbuatan. Oleh karena itu Allah menyuruh kita berlindung dari kejahatan orang yang dengki:
“Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” [Al Falaq 5]
Kedengkian bisa menghancurkan pahala-pahala kita.
Waspadalah terhadap hasud (iri dan dengki), sesungguhnya hasud mengikis pahala-pahala sebagaimana api memakan kayu. (HR. Abu Dawud)
Larangan Iri Hati
Hal ini disampaikan Allah SWT dalam QS Al-Maidah ayat 27-30. Padahal Rasulullah SAW telah wanti-wanti dan harus menjauhi sifat hasud. Hal ini disampaikan melalui hadistnya yang diriwayatkan Abu Daud dari Abi Hurairah berbunyi: "Hendaklah kamu menjauhi diri dari hasud, karena hasud itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar".

Akan tetapi berdasarkan hadits Rasulullah SAW dari Ibnu Umar, ternyata sifat hasud dan iri hati ini ada juga yang positif dan boleh dilakukan, terutama terhadap dua golongan manusia.

Pertama, terhadap hamba Allah yang rajin beribadah siang dan malam, dan Kedua, kepada hamba Allah yang diberi harta dan dia menafkahkan sebagian hartanya pada malam dan siang hari. Guna menghilangkan sifat hasud dan iri hati, ada beberapa cara yang harus dilakukan. Yang pertama, harus meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT sekaligus meningkatkan tasyakur binikmah, dan selalu qanaah terhadap karunia dan nikmat yang diterima dengan tidak melihat besar kecilnya karunia dan nikmat tersebut.

Kedua, harus lebih sabar dan tawakal dalam menerima qadha dan qadar yang ditentukan Allah SWT, baik yang menimpa dirinya maupun orang lain dengan senantiasa berikhtiar untuk merubah nasib disertai dengan selalu berdoa kepada Allah SWT. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufiq, hidayah serta inayah. Amin...
Jangan Kikir dan Jemburu !
Allah memberitahukan kita dalam ayat berikut ini bahwa jiwa manusia dikuasai oleh sifat kikir.
"... manusia itu menurut tabiatnya kikir dan jika kamu menggauli istrimu dengan baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh) maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (an-Nisaa` [4]: 128)
Jadi, sama halnya dengan sifat jahat lainnya, kita semua menurut tabiatnya selalu bergelut dengan perasaan-perasaan kecemburuan dan kekikiran yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Orang akan berjuang menyucikan dirinya dari perasaan tersebut. Namun sebaliknya, ia tidak akan pernah mampu mengamalkan nilai ajaran moral yang ada di dalam Al-Qur`an dengan sepenuhnya dan tidak akan pernah mampu sepenuhnya meraih ridha Allah. Demikian pula halnya pada ayat Al-Qur`an lainnya, yang menyatakan bahwa manusia berselisih antara satu sama lainnya dan tersesat dari jalan yang lurus hanya kerena rasa iri. Mereka merasa bertentangan satu sama lainnya, meskipun mereka telah menerima Kitab yang membimbing mereka ke jalan yang lurus.
"Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan) maka Allah mengutus para nabi sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberikan keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus." (al-Baqarah [2]: 213)
Perumpamaan yang digambarkan dalam Al-Qur`an ini memiliki pengaruh yang besar dalam membantu manusia untuk memahami betapa besarnya bahaya yang disebabkan oleh iri hati. Walaupun sadar dan melihat dari jalan yang benar, seseorang dapat saja mengambil keputusan yang salah, hanya karena iri hati. Iri hati dan kikir mencegah seseorang untuk berpikir rasional dan mengevaluasi setiap peristiwa dengan benar. Ketika dihadapkan pada situasi tertentu, seseorang yang tengah mengatasi rasa tersebut, mungkin tidak bisa bersikap sesuai dengan nilai-nilai ajaran Al-Qur`an. Ia tidak dapat berbicara tentang apa yang diperkenankan Allah atau berlaku ikhlas dan tulus. Dalam keadaan seperti itu, ia tidak akan bisa diatur oleh pikiran dan hati nuraninya, tetapi diatur oleh hawa nafsunya, mendengarkan bujukan dan rayuan setan. Hawa nafsu mengarahkan dirinya kepada tingkah laku setan.
Agar tersucikan dari kekotoran ini, seseorang seharusnya lebih dulu dan lebih utama untuk dapat memahami bahwa iri hati dan kikir itu bertentangan dengan agama. Ia harus menyadari bahwa perasaan ini muncul dari nilai-nilai duniawi. Manusia menjadi iri hati atas harta dan kebaikan akhlaq orang lain, yang kemudian menjadikannya bersaing melawannya. Padahal, seorang mukmin sejati adalah mereka yang mampu menahan diri dari keterikatan pada harta benda duniawi yang terlalu berlebihan. Pada intinya, mereka hanya menginginkan akhirat. Seorang mukmin sejati mengetahui pasti bahwa kenikmatan duniawi itu adalah titipan dari Allah dan akan diambil kembali oleh-Nya ketika saatnya tiba. Walaupun ia dapat memperoleh kesenangan tersebut dengan cara yang diridhai Allah, ia tidak bernafsu mencurahkan seluruh tenaga untuk mendapatkannya dan tidak menjadi orang yang terlalu berambisi. Ia bersyukur kepada Allah atas segala yang telah dianugerahkan kepada dirinya dan dia mengetahui cara menjadi bagian dari apa yang telah ia miliki. Sebagaimana dinyatakan dalam ayat berikut, apabila Allah menganugerahkan lebih banyak berkah-Nya atas orang lain, ia tahu bahwa ini memiliki maksud.
"Kepunyaan-Nyalah perbendaharaan langit dan bumi; Dia melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan(nya). Sesungguhnya, Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (asy-Syuura [42]: 12)
Ikhlas Pengobat Sakit Hati
Keikhlasan adalah kekuatan besar yang dilimpahkan kepada mukmin sejati untuk memungkinkan mereka menghasilkan keberkahan abadi, baik di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana dikatakan Badiuzzaman, "Merupakan prinsip yang terpenting dalam amalan-amalan yang berkenaan dengan keterangan-keterangan Akhirat. Ini adalah kekuatan terbesar dan terkuat dari dukungan dan kemampuan yang tertinggi serta ibadah yang tersuci," tidak ada keraguan lagi bahwa keberkahan terbesar yang dilimpahkan kepada manusia, baik di dunia maupun di hari kemudian, adalah meraih ridha Allah.
Rahasia untuk mencapai ridha Allah dan penerimaan yang baik, ada dalam keikhlasan. Allah memberikan kabar gembira bagi mereka yang takut kepada Allah bahwasanya balasan termulia di akhirat adalah keridhaan Allah, sebagaimana firman-Nya,
"Katakanlah, 'Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?' Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah; dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya." (Ali Imran [3]: 15)
Ini merupakan tujuan akhir dari usaha mukmin sejati selama hidup di dunia. Dalam banyak ayat-Nya, Allah memberi kegembiraan bagi mukmin yang ikhlas, yang beriman kepada Allah dan hari pembalasan, dan yang melakukan amalan saleh untuk mendekatkan diri kepada Allah dan untuk mendapatkan syafa'at dari rasulullah saw., mereka itulah orang-orang yang akhirnya akan memperoleh ridha Allah dan mendapatkan kenikmatan serta kebahagiaan di surga, sebagaimana firman-Nya,
"Di antara orang-orang Arab Badwi itu ada orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan untuk mendekatkannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh do'a Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak, Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat (surga)Nya; sesungguhnya, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (at-Taubah [9]: 99-100)
"Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertaqwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka). Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertobat." (Qaaf [50]: 31-33)
"Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita, sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun." (an-Nisaa` [4]: 124 )
By Abi Faid
JAKARTA 2/12/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman