اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي اْلأَمْوَالِ وَاْلأَوْلاَدِ
كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا
ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًا وَفِي اْلآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللهِ
وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُوْرِ
“Ketahuilah oleh kalian,
sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta
berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman
itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di
akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan- Nya.
Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al-
Hadid: 20)
Muqaddimah
“Syarihul Iman” karya Syaikhina Ahmad Rifa’i
rahimahullohu. Sebuah kitab yang membahas tentang iman (aqidah). Beliau
mengutip kalam Sayyidina ‘Abdulloh Abnu ‘Abbas
Rodhiyallahu ‘anhuma ;
ان
الله تعالي جعل الدنيا ثلاثة اجزاء جزء للمؤمن وجزء للمنافق و جزء للكافر فاالمؤمن
يتزود والمنافق يتزين والكافر يتمتع
”Sesungguhnya Allah Ta’ala menjadikan dunia
menjadi tiga bagian, bagian pertama untuk mukmin, bagian kedua untuk orang
munafik, bagian ketiga untuk orang kafir. Maka, seorang mukmin menjadikan dunia
sebagai bekal untuk akhiratnya, dan orang munafik menjadikan dunia sebagai
perhiasan, dan orang kafir menjadikan dunia sebagai kesenangan”
Allah Menjadikan Dunia Menjadi 3 Bagian
:
1.Untuk orang mukmin. Mereka menjadikan
dunia sebagai ladang amal untuk bekal dikehidupan kekal kelak diakhirat.
harta-benda,makanan,minuman,pakaian, semua yang mereka makan,mereka pakai
semata-mata untuk menolong tegaknya ibadah kepada Allah SWT. Anak Istri yang
dititipkan Allah kepadanya juga dididik dan diarahkan untuk hanya menyembah
kepada Allah.
2.Untuk Orang Munafik. Dunia ditangan
orang munafik dijadikan sebagai hiasan, sepertinya mereka beramal, namun hanya
sebatas lahirnya saja. Meskipun lahirnya beribadah, tapi tujuan utamanya tetap
dunia juga. Beramal kesana-kemari tujuannya supaya menang pemilu. na’udzu
billah min dzalik.
3.Untuk orang kafir. Orang kafir
menjadikan dunia hanya untuk kesenangan atau kenikmatan yang sifatnya ragawi.
Allah menyamakan mereka ini dengan hewan. Dalam otaknya hanya ada mencari dan
menikmati. dalam bahasa jawa kasar “jenggelek melek,nyekek,nelek,nggolek”
(bangun tidur,trus makan,buang hajat,lalu bekerja).
Allah berfirman :
يَتَمَتَّعُونَ
وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الأنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ
“Mereka bersenang-senang dan makan
layaknya hewan-hewan, dan neraka adalah tempat tinggal mereka.” (Muhammad: 12).
Dunia dan Akhirat
Sesungguhnya dunia yang kita berbangga
diri di dalamnya adalah kehinaan yang tidak ada harganya sebagaimana dituturkan
Dari Shahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma berkata:
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati pasar sementara orang-orang ada di sekitar beliau. Beliau melintasi bangkai seekor anak kambing yang kecil atau terputus telinganya (cacat). Beliau memegang telinga bangkai tersebut seraya berkata:
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati pasar sementara orang-orang ada di sekitar beliau. Beliau melintasi bangkai seekor anak kambing yang kecil atau terputus telinganya (cacat). Beliau memegang telinga bangkai tersebut seraya berkata:
أَيُّكُمْ
يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ؟ فَقَالُوا: مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا
بِشَيْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ؟ قَالَ: أَتُحِبُّوْنَ أَنَّهُ لَكُمْ؟ قَالُوا:
وَاللهِ، لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا فِيْهِ لِأَنَّهُ أَسَكُّ فَكَيْفَ
وَهُوَ مَيِّتٌ؟ فَقَالَ: فَوَاللهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ هَذَا
عَلَيْكُمْ
“Siapa di antara kalian yang suka
memiliki anak kambing ini dengan membayar seharga satu dirham?” Mereka
menjawab, “Kami tidak ingin memilikinya dengan harga semurah apapun. Apa yang
dapat kami perbuat dengan bangkai ini?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam kemudian berkata, “Apakah kalian suka bangkai anak kambing ini menjadi
milik kalian?” “Demi Allah, seandainya pun anak kambing ini masih hidup,
tetaplah ada cacat, kecil/terputus telinganya. Apatah lagi ia telah menjadi
seonggok bangkai,” jawab mereka. Beliau pun bersabda setelahnya, “Demi Allah,
sungguh dunia ini lebih rendah dan hina bagi Allah daripada hinanya bangkai ini
bagi kalian.” (HR. Muslim no.7344)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam pun pernah bersabda:
لَوْ
كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا
مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
“Seandainya dunia punya nilai di sisi
Allah walau hanya menyamai nilai sebelah sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan
memberi minum kepada orang kafir seteguk airpun.” (HR. At-Tirmidzi no. 2320,
dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 686)
Sungguh keliru bila kita mengira dunia
ini mulia, karena dunia adalah sesaat dan akhirat adalah abadi.
Lantas relakah anda menukar air yang
sejuk dengan bara api yang panas, “Tentu Tidak”
Lalu kenapa kita masih terhanyut dalam
urusan dunia, Baik berupa pekerjaan yang melalaikan waktu untuk akhirat, atau
pun perdagangan yang licik (curang) demi mengeruk banyak harta, dll ??
Karena hawa nafsu yang mengendalikan
diri kita, perhatikanlah !!
Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam
bersabda:
الْكَيِّسُ
مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ
نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ. رواه
الترمذي وابن ماجه وأحمد
“Orang yang cerdas adalah yang
mengendalikan dirinya dan beramal untuk (kehidupan) setelah kematian, sedangkan
orang yang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya tapi banyak berangan-angan
atas (karunia) Allah.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam
bersabda:
مَنْ
جَعَلَ الْهُمُومَ هَمًّا وَاحِدًا هَمَّ آخِرَتِهِ كَفَاهُ اللَّهُ هَمَّ
دُنْيَاهُ وَمَنْ تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُومُ فِي أَحْوَالِ الدُّنْيَا لَمْ
يُبَالِ اللَّهُ فِي أَيِّ أَوْدِيَتِهَا هَلَكَ. رواه ابن ماجه والحاكم وحسنه
الألباني
“Barangsiapa yang menjadikan
pikiran-pikirannya menjadi satu pikiran yaitu pikiran akhirat, Allah cukupkan
masalah dunianya. Dan barang siapa yang pikirannya bercabang-cabang di urusan
dunia, Allah tidak perduli di lembah dunia mana dia akan binasa.” (HR Ibnu
Majah dan al-Hakim dihasankan oleh al-Albani)
Perhatikanlah baik-baik sabda Nabi yang
mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas
Sungguh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan kita akan urgensinya urusan negeri akhirat.
Sungguh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan kita akan urgensinya urusan negeri akhirat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah berpesan kepada Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, sambil
memegang pundak iparnya ini:
كُنْ
فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ
“Jadilah engkau di dunia ini seperti
orang asing atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat (musafir).” (Hadits
Riwayat Al-Bukhari no. 6416)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اعْلَمُوا
أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ
وَتَكَاثُرٌ فِي اْلأَمْوَالِ وَاْلأَوْلاَدِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ
الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ
حُطَامًا وَفِي اْلآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللهِ وَرِضْوَانٌ
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُوْرِ
“Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya
kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan
dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga-banggaan dengan banyaknya
harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat
kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya
kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan
ampunan dari Allah serta keridhaan- Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al- Hadid: 20)
Perhatikanlah baik-baik firman Rabb
yang mulia di atas berikut maknanya
Lalu apa yang kita pahami dari kehidupan dunia?
Masihkah dunia membuai kita?
Masihkah angan-angan kita melambung tuk meraih gemerlapnya?
Masihkah kita akan tertipu dengan kesenangannya?
Lalu apa yang kita pahami dari kehidupan dunia?
Masihkah dunia membuai kita?
Masihkah angan-angan kita melambung tuk meraih gemerlapnya?
Masihkah kita akan tertipu dengan kesenangannya?
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
إِنَّ
الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، وَإِنَّ اللهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيْهَا فَيَنْظُرُ
كَيْفَ تَعْمَلُوْنَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ
أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيْلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ
“Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau
(indah mempesona), dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kalian sebagai
khalifah (penghuni) di atasnya, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala
memperhatikan amalan kalian. Maka berhati-hatilah kalian terhadap dunia dan
wanita, karena sesungguhnya awal fitnah (ujian) Bani Israil dari kaum wanita.”
(HR. Muslim, dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu)
Suatu ketika Ibnu Mas’ud radhiyallahu
‘anhu melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur di atas selembar
tikar. Ketika bangkit dari tidurnya tikar tersebut meninggalkan bekas pada
tubuh beliau. Berkatalah para shahabat yang menyaksikan hal itu, “Wahai
Rasulullah, seandainya boleh kami siapkan untukmu kasur yang empuk!” Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab:
مَا
لِي وَمَا لِلدُّنْيَا، مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ
تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا
“Ada kecintaan apa aku dengan dunia?
Aku di dunia ini tidak lain kecuali seperti seorang pengendara yang mencari
teteduhan di bawah pohon, lalu beristirahat, kemudian meninggalkannya.” (HR.
At-Tirmidzi no. 2377, dishahihkan Asy-Syaikh Al- Albani rahimahullahu dalam
Shahih At-Tirmidzi)
Dari Al-Mustaurid bin Syaddad
radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا
الدُّنْيَا فِي اْلآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي
الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِعُ
“Tidaklah dunia bila dibandingkan
dengan akhirat kecuali hanya semisal salah seorang dari kalian memasukkan
sebuah jarinya ke dalam lautan. Maka hendaklah ia melihat apa yang dibawa oleh
jari tersebut ketika diangkat?” (HR. Muslim no. 7126)
Syarah Hadits (Penjelasan):
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menerangkan:
“Makna hadits di atas adalah singkatnya masa dunia dan fananya kelezatannya bila dibandingkan dengan kelanggengan akhirat berikut kelezatan dan kenikmatannya, tidak lain kecuali seperti air yang menempel di jari bila dibandingkan dengan air yang masih tersisa di lautan.” (Al-Minhaj, 17/190)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menerangkan:
“Makna hadits di atas adalah singkatnya masa dunia dan fananya kelezatannya bila dibandingkan dengan kelanggengan akhirat berikut kelezatan dan kenikmatannya, tidak lain kecuali seperti air yang menempel di jari bila dibandingkan dengan air yang masih tersisa di lautan.” (Al-Minhaj, 17/190)
Lihatlah demikian kecilnya
perbendaharaan dunia bila dibandingkan dengan akhirat. Maka siapa lagi yang
tertipu oleh dunia selain orang yang pandir, karena dunia takkan dapat menipu
orang yang cerdas dan berakal. (Bahjatun Nazhirin, 1/531)
Menggapai Dunia-Akhirat
nabi saw mengajarkan kita untuk berdo'a
dengan do'a," Robbana atina fiddunya hasanah wafil akhiroti hasanah waqina
adzabannar,".yang artinya: "Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan
di dunia,dan kebaikan di akhirat dan jagalah kami dari siksa api
neraka".jadi sukses hidup dalam pandangan islam yaitu dapat menggapai
fiddunya hasanah wafil akhiroti hasanah, keselamatan di dunia dan kebahagian
(selamat di akhirat)
dan dalam menggapai keselamatan di
dunia tentunya dengan taat menjalankan perintah alloh dan berusaha menjauhi
segala larangan-larangan alloh.tidak sedikit di jaman sekarang orang yang ingin
meraih kebahagiaan di dunia dengan melakukan segala cara-cara yang di larang
oleh hukum agama dan juga tidak di betulkan menurut hukum negara dan hukum
adat.
orang kebanyakan mengartikan kebahagian
adalah dengan terbebasnya dari segala permasalahan dan ujian.itu adalah
pemikiran yang salah karena dunia adalah tempat ujian dan cobaan, dan tempatnya
kebahagian adalah ada dalam ujian dan cobaan,contonya saat kita menghadapi tes
ujian di sekolah.dan ternyata hasil dari ujian itu kita dinyatakan berhasil
lulus dan mendapat peringkat lagi dan rasa bahagia itu tak bisa di gambarkan
dan tak bisa di bayar dengan materi,itu sebagai contoh kecilnya.
dalam al-qu'an alloh berfirman yang
artinya,"demi masa.sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling
menasehati agar menaati kebenaran dan saling menasehati agar menetapi
kesabaran."(Q.S Al-Ashr: 1-3)
islam mengajarkan kepada kita dalam
menggapai kebahagian (sukses hidup) didunia dan di akhirat sesuai dengan firman
alloh dalam surat al-ashr 1-3 di atas bahwa "sesungguhnya manusia itu
ada dalam kerugian kecuali orang yang beriman dan yang beramal saleh yang
saling wasiatan atau saling menasehati dalam menaati kebenaran dan kesabaran."
Jakarta 17/5/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar