Jumat, 17 Mei 2013

DUNIA-AKHIRAT



                    DUNIA JEMBATAN AKHIRAT
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي اْلأَمْوَالِ وَاْلأَوْلاَدِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًا وَفِي اْلآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُوْرِ
“Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan- Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al- Hadid: 20)
Muqaddimah
 “Syarihul Iman” karya Syaikhina Ahmad Rifa’i rahimahullohu. Sebuah kitab yang membahas tentang iman (aqidah). Beliau mengutip kalam Sayyidina ‘Abdulloh Abnu ‘Abbas  Rodhiyallahu ‘anhuma ;
ان الله تعالي جعل الدنيا ثلاثة اجزاء جزء للمؤمن وجزء للمنافق و جزء للكافر فاالمؤمن يتزود  والمنافق يتزين والكافر يتمتع
 ”Sesungguhnya Allah Ta’ala menjadikan dunia menjadi tiga bagian, bagian pertama untuk mukmin, bagian kedua untuk orang munafik, bagian ketiga untuk orang kafir. Maka, seorang mukmin menjadikan dunia sebagai bekal untuk akhiratnya, dan orang munafik menjadikan dunia sebagai perhiasan, dan orang kafir menjadikan dunia sebagai kesenangan”
Allah Menjadikan Dunia Menjadi 3 Bagian :
1.Untuk orang mukmin. Mereka menjadikan dunia sebagai ladang amal untuk bekal dikehidupan kekal kelak diakhirat. harta-benda,makanan,minuman,pakaian, semua yang mereka makan,mereka pakai semata-mata untuk menolong tegaknya ibadah kepada Allah SWT. Anak Istri yang dititipkan Allah kepadanya juga dididik dan diarahkan untuk hanya menyembah kepada Allah.
2.Untuk Orang Munafik. Dunia ditangan orang munafik dijadikan sebagai hiasan, sepertinya mereka beramal, namun hanya sebatas lahirnya saja. Meskipun lahirnya beribadah, tapi tujuan utamanya tetap dunia juga. Beramal kesana-kemari tujuannya supaya menang pemilu. na’udzu billah min dzalik.
3.Untuk orang kafir. Orang kafir menjadikan dunia hanya untuk kesenangan atau kenikmatan yang sifatnya ragawi. Allah menyamakan mereka ini dengan hewan. Dalam otaknya hanya ada mencari dan menikmati. dalam bahasa jawa kasar “jenggelek melek,nyekek,nelek,nggolek” (bangun tidur,trus makan,buang hajat,lalu bekerja).
Allah berfirman :
يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الأنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ
“Mereka bersenang-senang dan makan layaknya hewan-hewan, dan neraka adalah tempat tinggal mereka.” (Muhammad: 12).
Dunia dan Akhirat
Sesungguhnya dunia yang kita berbangga diri di dalamnya adalah kehinaan yang tidak ada harganya sebagaimana dituturkan Dari Shahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma berkata:
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati pasar sementara orang-orang ada di sekitar beliau. Beliau melintasi bangkai seekor anak kambing yang kecil atau terputus telinganya (cacat). Beliau memegang telinga bangkai tersebut seraya berkata:
أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ؟ فَقَالُوا: مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَيْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ؟ قَالَ: أَتُحِبُّوْنَ أَنَّهُ لَكُمْ؟ قَالُوا: وَاللهِ، لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا فِيْهِ لِأَنَّهُ أَسَكُّ فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ؟ فَقَالَ: فَوَاللهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ
“Siapa di antara kalian yang suka memiliki anak kambing ini dengan membayar seharga satu dirham?” Mereka menjawab, “Kami tidak ingin memilikinya dengan harga semurah apapun. Apa yang dapat kami perbuat dengan bangkai ini?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata, “Apakah kalian suka bangkai anak kambing ini menjadi milik kalian?” “Demi Allah, seandainya pun anak kambing ini masih hidup, tetaplah ada cacat, kecil/terputus telinganya. Apatah lagi ia telah menjadi seonggok bangkai,” jawab mereka. Beliau pun bersabda setelahnya, “Demi Allah, sungguh dunia ini lebih rendah dan hina bagi Allah daripada hinanya bangkai ini bagi kalian.” (HR. Muslim no.7344)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun pernah bersabda:
لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
“Seandainya dunia punya nilai di sisi Allah walau hanya menyamai nilai sebelah sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir seteguk airpun.” (HR. At-Tirmidzi no. 2320, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 686)
Sungguh keliru bila kita mengira dunia ini mulia, karena dunia adalah sesaat dan akhirat adalah abadi.
Lantas relakah anda menukar air yang sejuk dengan bara api yang panas, “Tentu Tidak”
Lalu kenapa kita masih terhanyut dalam urusan dunia, Baik berupa pekerjaan yang melalaikan waktu untuk akhirat, atau pun perdagangan yang licik (curang) demi mengeruk banyak harta, dll ??
Karena hawa nafsu yang mengendalikan diri kita, perhatikanlah !!
Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ. رواه الترمذي وابن ماجه وأحمد
“Orang yang cerdas adalah yang mengendalikan dirinya dan beramal untuk (kehidupan) setelah kematian, sedangkan orang yang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya tapi banyak berangan-angan atas (karunia) Allah.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ جَعَلَ الْهُمُومَ هَمًّا وَاحِدًا هَمَّ آخِرَتِهِ كَفَاهُ اللَّهُ هَمَّ دُنْيَاهُ وَمَنْ تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُومُ فِي أَحْوَالِ الدُّنْيَا لَمْ يُبَالِ اللَّهُ فِي أَيِّ أَوْدِيَتِهَا هَلَكَ. رواه ابن ماجه والحاكم وحسنه الألباني
“Barangsiapa yang menjadikan pikiran-pikirannya menjadi satu pikiran yaitu pikiran akhirat, Allah cukupkan masalah dunianya. Dan barang siapa yang pikirannya bercabang-cabang di urusan dunia, Allah tidak perduli di lembah dunia mana dia akan binasa.” (HR Ibnu Majah dan al-Hakim dihasankan oleh al-Albani)
Perhatikanlah baik-baik sabda Nabi yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas
Sungguh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan kita akan urgensinya urusan negeri akhirat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berpesan kepada Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, sambil memegang pundak iparnya ini:
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ
“Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat (musafir).” (Hadits Riwayat Al-Bukhari no. 6416)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي اْلأَمْوَالِ وَاْلأَوْلاَدِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًا وَفِي اْلآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُوْرِ
“Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan- Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al- Hadid: 20)
Perhatikanlah baik-baik firman Rabb yang mulia di atas berikut maknanya
Lalu apa yang kita pahami dari kehidupan dunia?
Masihkah dunia membuai kita?
Masihkah angan-angan kita melambung tuk meraih gemerlapnya?
Masihkah kita akan tertipu dengan kesenangannya?
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، وَإِنَّ اللهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيْهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُوْنَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيْلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ
“Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau (indah mempesona), dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kalian sebagai khalifah (penghuni) di atasnya, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memperhatikan amalan kalian. Maka berhati-hatilah kalian terhadap dunia dan wanita, karena sesungguhnya awal fitnah (ujian) Bani Israil dari kaum wanita.” (HR. Muslim, dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu)
Suatu ketika Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur di atas selembar tikar. Ketika bangkit dari tidurnya tikar tersebut meninggalkan bekas pada tubuh beliau. Berkatalah para shahabat yang menyaksikan hal itu, “Wahai Rasulullah, seandainya boleh kami siapkan untukmu kasur yang empuk!” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab:
مَا لِي وَمَا لِلدُّنْيَا، مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا
“Ada kecintaan apa aku dengan dunia? Aku di dunia ini tidak lain kecuali seperti seorang pengendara yang mencari teteduhan di bawah pohon, lalu beristirahat, kemudian meninggalkannya.” (HR. At-Tirmidzi no. 2377, dishahihkan Asy-Syaikh Al- Albani rahimahullahu dalam Shahih At-Tirmidzi)
Dari Al-Mustaurid bin Syaddad radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا الدُّنْيَا فِي اْلآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِعُ
“Tidaklah dunia bila dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya semisal salah seorang dari kalian memasukkan sebuah jarinya ke dalam lautan. Maka hendaklah ia melihat apa yang dibawa oleh jari tersebut ketika diangkat?” (HR. Muslim no. 7126)
Syarah Hadits (Penjelasan):
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menerangkan:
“Makna hadits di atas adalah singkatnya masa dunia dan fananya kelezatannya bila dibandingkan dengan kelanggengan akhirat berikut kelezatan dan kenikmatannya, tidak lain kecuali seperti air yang menempel di jari bila dibandingkan dengan air yang masih tersisa di lautan.” (Al-Minhaj, 17/190)
Lihatlah demikian kecilnya perbendaharaan dunia bila dibandingkan dengan akhirat. Maka siapa lagi yang tertipu oleh dunia selain orang yang pandir, karena dunia takkan dapat menipu orang yang cerdas dan berakal. (Bahjatun Nazhirin, 1/531)
Menggapai Dunia-Akhirat
nabi saw mengajarkan kita untuk berdo'a dengan do'a," Robbana atina fiddunya hasanah wafil akhiroti hasanah waqina adzabannar,".yang artinya: "Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia,dan kebaikan di akhirat dan jagalah kami dari siksa api neraka".jadi sukses hidup dalam pandangan islam yaitu dapat menggapai fiddunya hasanah wafil akhiroti hasanah, keselamatan di dunia dan kebahagian (selamat di akhirat)
dan dalam menggapai keselamatan di dunia tentunya dengan taat menjalankan perintah alloh dan berusaha menjauhi segala larangan-larangan alloh.tidak sedikit di jaman sekarang orang yang ingin meraih kebahagiaan di dunia dengan melakukan segala cara-cara yang di larang oleh hukum agama dan juga tidak di betulkan menurut hukum negara dan hukum adat.
orang kebanyakan mengartikan kebahagian adalah dengan terbebasnya dari segala permasalahan dan ujian.itu adalah pemikiran yang salah karena dunia adalah tempat ujian dan cobaan, dan tempatnya kebahagian adalah ada dalam ujian dan cobaan,contonya saat kita menghadapi tes ujian di sekolah.dan ternyata hasil dari ujian itu kita dinyatakan berhasil lulus dan mendapat peringkat lagi dan rasa bahagia itu tak bisa di gambarkan dan tak bisa di bayar dengan materi,itu sebagai contoh kecilnya.
dalam al-qu'an alloh berfirman yang artinya,"demi masa.sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasehati agar menaati kebenaran dan saling menasehati agar menetapi kesabaran."(Q.S Al-Ashr: 1-3)
islam mengajarkan kepada kita dalam menggapai kebahagian (sukses hidup) didunia dan di akhirat sesuai dengan firman alloh  dalam surat al-ashr 1-3  di atas bahwa "sesungguhnya manusia itu ada dalam kerugian kecuali orang yang beriman dan yang beramal saleh yang saling wasiatan atau saling menasehati dalam menaati kebenaran dan kesabaran."
Jakarta  17/5/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman