“Dan barangsiapa yang bersyukur,
maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan
barangsiapa yang kufur (tidak bersyukur), maka sesungguhnya Tuhanku Maha kaya
(tidak membutuhka sesuatu) lagi Mahamulia” (QS An-Naml [27]: 40)
Muqaddimah
Syukur adalah
ibadah yang sering ditinggalakan umat manusia banyak manusai gelisah hidup
dalam ketakutan, hidup yang dibayangi dengan hal–hal yang tak mampu menikmati
yang telah diberikan kepadanya, itu semua karena tidak kenal arti syukur pada
Allah, rosul dalam hadis beliau yang pernah bersabda Orang yang paling syukur
yang memiliki kona’ah orang yang menerima pemberian Allah, orang yang miskin
selamanya adalah yang tak pernah mensyukuri nikmat Allah.
Menurut Alquran
datangnya balak (bencana) adalah kerena kurang bersyukurnya kepada semua nikmat
Allah, padahal kalau kita bersyukur pasti ditambah nikmat itu apapun bentukanya
bisa berbentuk dhohir berupa ditambahnya hartanya dan yang lain adalah
diberinya ketentraman jiwa, anak-anak yang sholeh dll belum lagi tambahan kelak
di hari kiamat, ada kenikmatan yang lain dari semua yang diberikan Allah untuk
hambanya adalah ketentraman jiwa sedangkan harta itu adalah yang paling rendah
nilainya, karena Allah ingin menyiksa mereka dengan harta-hartanya, maksiat
kita tidak akan mengurangi keagungan kerajaan Allah maka dari itu mereka
sebenarnya memaksiati diri sendiri dan bila kita berbuat kebaikan tidak akan
menambah megahnya kerajaan Allah itu artinya kita berbuat baik untuk diri
sendiri.
Dalam QS Luqman
(31): 12 dinyatakan:
Dan
sesungguhnya Kami telah menganugerahkan kepada Luqman hikmah, yaitu: “Bersyukurlah
kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka
sesungguhnya ia bersyukur untuk (manfaat) dirinya sendiri.”
sesungguhnya ia bersyukur untuk (manfaat) dirinya sendiri.”
Makna Syukur
Kata
"syukur" adalah kata yang berasal dari bahasa Arab. Kata ini
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai: (1) rasa terima
kasih kepada Allah, dan (2) untunglah
(menyatakan lega, senang, dan sebagainya).
Pengertian kebahasaan
ini tidak sepenuhnya
sama dengan pengertiannya menurut
asal kata itu (etimologi) maupun menurut penggunaan Al-Quran atau istilah
keagamaan.
Ar-Raghib Al-Isfahani salah seorang yang dikenal sebagai pakar bahasa Al-Quran menulis dalam Al-Mufradat fi Gharib
Al-Quran, bahwa kata "syukur"
mengandung arti "gambaran dalam
benak tentang nikmat dan
menampakkannya ke permukaan." Kata ini -tulis Ar-Raghib--
menurut sementara ulama berasal dari
kata "syakara" yang
berarti "membuka", sehingga ia merupakan lawan dari kata
"kafara" (kufur) yang berarti menutup --(salah satu artinya adalah) melupakan nikmat dan
menutup-nutupinya.
Cara
bersyukur kepada Allah ada tiga:
1. bersyukur dengan hati, yaitu mengakui dan
menyedari sepenuhnya bahawa segala nikmat yang diperolehi berasal dari Allah
SWT dan tiada seseorang pun selain Allah SWT yang dapat memberikan nikmat itu;
2. Bersyukur dengan lidah, iaitu mengucapkan
secara jelas ungkapan rasa syukur itu dengan kalimah al-hamd li Allah (segala
puji bagi Allah); dan
3. Bersyukur dengan amal perbuatan, iaitu
mengamalkan anggota tubuh untuk hal-hal yang baik dan memanfaatkan nikmat itu
sesuai dengan ajaran agama.Yang dimaksud dengan mengamalkan anggota tubuh ialah
menggunakan anggota tubuh itu untuk melakukan hal-hal yang positif dan diridai
Allah SWT, sebagai perwujudan dari rasa syukur tersebut.
Untuk
anggota tubuh, misalnya, Imam Ghazali menegaskan
bahawa mensyukuri anggota tubuh yang diberikan Allah SWT meliputi tujuh anggota
yang penting, yaitu:
1. Mata, mensyukuri nikmat ini dengan tidak
mempergunakannya untuk melihat hal-hal yang maksiat;
2. Telinga, digunakan hanya untuk mendengarkan
hal-hal yang baik dan tidak mempergunakannya untuk hal-hal yang tidak boleh
didengar;
3. Lidah, dengan banyak mengucapkan zikir,
mengucapkan puji-pujian kepada Allah SWT, dan mengungkapkan nikmat-nikmat yang
diberikan Tuhan sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah ad-Duha ayat 11 yang
bermaksud ” Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya
(dengan bersyukur)” ;
4. Tangan, digunakan untuk melakukan
kebaikan-kebaikan terutama untuk diri sendiri, mahupun untuk orang lain, dan
tidak mempergunakannya untuk melakukan hal-hal yang haram; .
5. Perut, dipakai hanya untuk memakan makanan
yang halal/baik dan tidak berlebih-lebihan (mubazir). Makanan itu dimakan
sekadar untuk menguatkan tubuh terutama untuk beribadat kepada Allah SWT;
6. Kemaluan (seksual), untuk dipergunakan di
jalan yang diridai Allah SWT (hanya bagi suami istri) dan disertai niat
memelihara diri dari perbuatan yang haram;
7. Kaki, digunakan untuk berjalan ke
tempat-tempat yang baik, seperti ke masjid, naik haji ke Baitullah (Ka’bah),
mencari rezeki yang halal, dan menolong sesama umat manusia.
Manfaat Syukur
Al-Quran secara tegas menyatakan bahwa manfaat syukur kembali kepada orang
yang bersyukur, sedang Allah Swt. sama sekali tidak
memperoleh bahkan tidak membutuhkan sedikit
pun dari syukur makhluk-Nya.
Dan barangsiapa yang bersyukur, maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk
(kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa yang kufur (tidak bersyukur), maka sesungguhnya
Tuhanku Mahakaya (tidak membutuhkan sesuatu) lagi Mahamulia (QS An-Naml [27]: 40)
karena itu pula,
manusia yang meneladani
Tuhan dalam sifat-sifat-Nya, dan
mencapai peringkat terpuji, adalah yang memberi tanpa menanti syukur
(balasan dari yang diberi) atau
ucapan terima kasih.
Al-Quran melukiskan
bagaimana satu keluarga (menurut riwayat adalah Ali
bin Abi Thalib
dan istrinya Fathimah
putrid Rasulullah Saw.) memberikan
makanan yang mereka rencanakan menjadi
makanan berbuka puasa mereka, kepada tiga
orang yang
membutuhkan dan ketika itu mereka menyatakan bahwa, Sesungguhnya
kami memberi makanan untukmu hanyalah mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak
menghendak balasan darimu, dan tidak pula pujian (ucapan terima kasih) (QS
Al-Insan [76]: 9).
Walaupun manfaat syukur
tidak sedikit pun
tertuju kepada Allah, namun
karena kemurahan-Nya, Dia menyatakan diri-Nya sebagai Syakirun
'Alim (QS Al-Baqarah [2]: 158), dan
Syakiran Alima (QS An-Nisa'
[4]: 147), yang keduanya berarti, Maha Bersyukur lagi
Maha Mengetahui, dalam
arti Allah akan menganugerahkan tambahan nikmat berlipat ganda kepada makhluk
yang bersyukur. Syukur Allah ini antara lain
dijelaskan oleh firman-Nya dalam
surat Ibrahim (14): 7 yang dikutip di atas.
Jakarta 8/5/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar