Beliau memiliki tiga anak laki-laki:
1. Al-Qasim, dengannyalah beliau diberi kun-yah.
Ia dilahirkan sebelum kenabian, dan meninggal saat berusia dua tahun.
2. `Abdullah, disebut juga ath-Thayyib
dan ath-Thahir. Karena la dilahirkan setelah kenabian. Ada yang berpendapat,
ath-Thayyib dan ath-Thahir bukanlah `Abdullah, tapi yang benar adalah pendapat
yang pertama.
3. Ibrahim. Ia dilahirkan di Madinah pada
tahun delapan hijrah, dan meninggal di sang pada tahun sepuluh, saat la berusia
17 bulan atau 18 bulan.
Beliau memiliki empat puteri:
1. Zainab, yang dinikahi oleh Abu al-’Ash
bin ar-Rabi’ bin ‘Abdul ‘Uzza bin ‘Abdu Syams, yaitu anak bibinya. Ibunya
bernama Halah binti Khuwailid.
2. Fathimah, yang dinikahi oleh `Ali bin
Abi Thalib.
3. Ruqayyah dan Ummu Kultsum, yang keduanya
dinikahi oleh `Utsman bin `Affan. Ia menikahi Ruqayyah, kemudian Ummu Kultsum,
dan keduanya wafat di sisinya. Karena itu, ia disebut Dzun Nurain (yang
memiliki dua cahaya). Ruqayyah meninggal pada peristiwa Badar di bulan Ramadhan
tahun dua hijriah. Sementara Ummu Kultsum meninggal pada bulan Sya’ban pada
tahun Sembilan Hijrah.
Jadi, puteri beliau ada empat tanpa ada perbedaan
pendapat, sedangkan putera beliau ada tiga menurut pendapat yang shahih.
Anak yang mula-mula dilahirkan untuk beliau
adalah al-Qasim, kemudian Zainab, kemudian Ruqayyah, kemudian Ummu Kultsum,
kemudian Fathimah. Diriwayatkan bahwa Fathimah lebih tua usianya daripada Ummu
Kultsum. Hal itu disebutkan oleh ‘Ali bin Ahmad bin Sa’id bin Hazm Abu Muhammad
al-Hafizh. Kemudian dalam Islam terlahir `Abdullah di Makkah, kemudian Ibrahim
di Madinah. Mereka semua terlahir dari Khadijah, kecuali Ibrahim karena ia
berasal dari Mariah al-Qibthiyyah. Mereka semua meninggal sebelum Nabi
shallallahu ’alaihi wa sallam wafat, kecuali Fathimah, karena ia masih hidup
enam bulan sepeninggal Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, menurut pendapat
yang paling shahih lagi paling masyhur.
Paman dan Bibi Nabi Shallallahu ’Alaihi
wa Sallam
Yang pertama dari mereka adalah al-Harits, anak
laki-laki ‘Abdul Muththalib yang tertua, dan dengannya ia diberi kun-yah. Kemudian
Qutsam, az-Zubair, Hamzah, al-’Abbas, Abu Thalib, Abu Lahab, ‘Abdul Ka’bah, Hajl,
Dhirar (dan al-Ghaidaq).[2]
Yang masuk Islam di antara mereka adalah Hamzah
dan al-’Abbas. Hamzah adalah yang paling muda usianya di antara mereka karena
ia (juga) saudara sepersusuan Rasulullah. Kemudian al-’Abbas yang lebih dekat
usianya darinya, dan dialah yang bertugas memberi minum dari air Zamzam
setelah ayahnya, ‘Abdul Muththalib. Ia lebih tua usianya tiga tahun daripada
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam.
Bibinya ada enam: Shafiyyah, yang masuk Islam dan
berhijrah. Ia adalah ibunda Ummu az-Zubair bin al`Awwam. Ia meninggal di
Madinah pada masa pemerintahan `Umar bin al-Khaththab. Ia adalah saudara perempuan
Hamzah seibu. Lalu ‘Atikah, konon, ia masuk Islam, dan dialah yang bermimpi
melihat perang Badar. Kisahnya cukup masyhur.” Kemudian, Wabarah, Arwa,
Umaimah, dan Ummu Hakim, yaitu al-Baidha’. [3]
Foot Note:
[1] Lihat Tasmiyyah Azwaajin Nabi wa
Aulaadih, Abu ‘Ubaidah Ma’mar bin al-Mutsanna.
[2] ‘Abdul Ghani al-Maqdisi, dalam Mukhtashar
as-Siirah (hal. 51), mengatakan, “Dinamakan dengan al-Ghaidaq karena ia
adalah orang Quraisy yang paling dermawan dan paling banyak makanannya.”
[3] Ringkasnya bahwa ‘Atikah mengutus seseorang
kepada al-`Abbas bin ‘Abdul Muththalib untuk menyampaikan kepadanya bahwa ia
melihat mimpi yang menakutkan, yaitu bahwa seorang penunggang unta maju sambil
berteriak-teriak kepada manusia di Abthah, “Pergilah ke tiga tempat kematian
kalian.” Kemudian mereka mengikutinya ke masjid, kemudian untanya
menampakkannya di depan Ka’bah, kemudian ia meneriaki mereka seperti pada
pertama kalinya, kemudian menampakkannya di atas bukit Abu Qubais. Kemudian ia
melemparkan batu besar pada mereka, lalu batu itu tercerai berai, sehingga
tidak ada satu rumah pun di Makkah melainkan kemasukan pecahan batu itu. Mimpi
itu menjadi sebab keengganan musuh Allah, Abu Lahab, keluar menuju Badar. Lihat
Siirah Ibnu Hisyam (I/607), dan Marwiyyat Ghazwah Badr
(hal.128), karya Dr.al-’Ulaimi Bawazir.
Sumber: Buku “Ringkasan Kehidupan Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam”, Imam an Nawawi, Ta’liq & Takhrij: Khalid
bin Abdurrahman bin Hamd Asy-Syayi, Pustaka Ibnu Umar, Cet.1
JAKARTA
23/5/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar