PENYEBAB SU-UL-KHATIMAH:Kematian Yang
Jelek
Artinya: "Katakan: Kalau
bapa-bapamu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, perempuan-perempuanmu. kaum
keluargamu, kekayaan yang kamu peroleh, perniagaan yang kamu kuatiri menanggung
rugi dan tempat tinggi yang kamu sukai; kalau semua itu lebih kamu cintai dari
Allah dan RasulNYA dan dari berjuang di jalan Allah, tunggulah sampai Allah
mendatangkan perintahNYA. S.At-Taubah. ayat 24.
Muqaddimah
Ketahuilah,
bahwa su-ul-khatimah itu ada dua tingkat. Salah satu daripadanya lebih besar
dari yang lain.
Adapun tingkat
yang besar, yang mendahsyatkan, bahwa mengerasi atas hati, ketika
sakaratul-maut dan lahir ke-huru-hara-annya, adakalanya oleh keraguan dan
adakalanya oleh keingkaran. Lalu roh (nyawa) diambil dalam keadaan kerasnya
keingkaran atau keraguan. Maka ikatan keingkaran yang mengerasi atas hati itu,
menjadi dinding (hijab) di antaranya dan Allah Ta'ala untuk selama-Iamanya. Dan
yang demikian menghendaki akan kejauhan yang terus-menerus dan siksaan yang
berkekalan.
Yang kedua,
yaitu: kurang dari yang pertama tadi, bahwa mengerasi atas batinya ketika mati,
oleh kecintaan kepada sesuatu dari hal dunia dan keinginan dari
keinginan-keinginan dunia. Maka membentuk yang demikian itu dalam batinya dan
menenggelamkannya. Sehingga, tidak ada lagi dalam keadaan itu, tempat yang
lapang untuk yang lain. Maka berkebetulan pengambilan nyawanya dalam keadaan
yang demikian. Maka adalah ketenggelaman batinya dengan yang demikian itu,
membalikkan kepalanya ke dunia. Dan memalingkan mukanya ke dunia itu.
Shiddiq Hasan
Khan mengatakan bahwa su’ul khatimah memiliki sebab-sebab yang harus diwaspadai
oleh seorang mukmin.
Pertama,
kerusakan dalam aqidah, walau disertai zuhud dan kesholehan. Jika ia
memiliki kerusakan dalam aqidah dan ia meyakininya sambil tidak menganggap itu
salah, terkadang kekeliruan aqidahnya itu tersingkap pada saat sakratul maut.
Bila ia wafat dalam keadaan ini sebelum ia menyadari dan kembali ke iman yang
benar, maka ia mendapatkan su’ul khatimah dan wafat dalam keadaan tidak
beriman. Setiap orang yang beraqidah secara keliru berada dalam bahaya besar
dan zuhud serta kesholehannya akan sia-sia. Yang berguna adalah aqidah yang
benar yang bersumber dari Kitabullah dan Sunnah Rasul. Mereka terancam oleh
ayat Allah berikut:
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ
أَعْمَالًا الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ
فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ
أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
”Katakanlah:
"Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling
merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya
dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat
sebaik-baiknya.” (QS Al-Kahfi ayat 103-104)
Kedua, banyak melakukan maksiat. Orang yang sering bermaksiat akan didominasi oleh
memori tersebut saat kematian menjelang. Sebaliknya bila seseorang seumur
hidupnya banyak melakukan ketaatan, maka memori tersebutlah yang menemaninya
saat sakratul maut. Orang yang banyak dosanya sehingga melebihi ketatannya maka
ini sangat berbahaya baginya. Dominasi maksiat akan terpateri di dalam hatinya
dan membuatnya cenderung dan terikat pada maksiat, dan pada gilirannya
menyebabkan su’ul khatimah. Adz-Dzahabi dalam kitabnya al-Kaba’ir
mengutip Mujahid: Tidaklah seseorang mati kecuali ditampilkan kepadanya
orang-orang yang biasa ia gauli. Seorang lelaki yang suka main catur sekarat,
lalu dikatakan kepadanya: ”Ucapkanlah La ilaha illa Allah.” Ia menjawab:
”Skak!” kemudian ia mati. Jadi, yang mendominasi lidahnya adalah kebiasaan
permainan dalam hidupnya. Sebagai ganti kalimat Tauhid, ia mengatakan skak.
Ketiga, tidak istiqomah. Sungguh, seorang yang istiqomah pada awalnya,
lalu berubah dan menyimpang dari awalnya bisa menjadi penyebab ia mendapat
su’ul khatimah, seperti iblis yang pada mulanya merupakan pemimpin dan guru
malaikat serta malaikat yang paling gigih beribadah, tapi kemudian tatakala ia
diperintah untuk sujud kepada Adam, ia membangkang dan menyombongkan diri,
sehingga ia masuk golongan kafir. Demikian pula dengan ulama Bani Israil Bal’am
yang digambarkan dalam ayat berikut:
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آَتَيْنَاهُ
آَيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ
فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ وَلَوْ شِئْنَا
لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ
وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ
الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ
ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا
بِآَيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
سَاءَ مَثَلًا الْقَوْمُ الَّذِينَ كَذَّبُوا
بِآَيَاتِنَا وَأَنْفُسَهُمْ كَانُوا يَظْلِمُونَ
”Dan bacakanlah
kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami
(pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada
ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah
dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya
Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada
dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing
jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia
mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu
agar mereka berfikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.” (QS
Al-A’raaf ayat 175-177)
Keempat, iman yang lemah. Hal ini dapat
melemahkan cinta kepada Allah dan menguatkan cinta dunia dalam hatinya. Bahkan
lemahnya iman dapat mendominasi dirinya sehingga tidak tersisa dalam hatinya
tempat untuk cinta kepada Allah kecuali sedikit bisikan jiwa, sehingga
pengaruhnya tidak tampak dalam melawan jiwa dan menahan maksiat serta
menganjurkan berbuat baik. Akibatnya ia terperosok ke dalam lembah nafsu
syahwat dan perbuatan maksiat, sehingga noda hitam dosa menumpukdi dalam hati
dan akhirnya memadamkan cahaya iman yang lemah dalam hati. Dan ketika sakratul
maut tiba, cinta Allah semakin melemah manakala ia melihat ia akan berpisah
dengan dunia yang dicintainya. Kecintaannya pada dunia sangat kuat, sehingga ia
tidak rela meninggalkannya dan tak kuasa berpisah dengannya. Pada saat yang
sama timbul rasa khawatir dalam dirinya bahwa Allah murka dan tidak mencintainya.
Cinta Allah yang sudah lemah itu berbalik menjadi benci. Akhirnya bila ia mati
dalam kondisi iman seperti ini, maka ia mendapat su’ul khatimah dan sengsara
selamanya.
Akibat Maksiat
dan Godaan Syaithon
Ibnu Katsir rahimahullah
berkata, “Sesungguhnya dosa, maksiat dan syahwat adalah sebab yang
dapat menggelincirkan manusia saat kematiaanya, ditambah lagi dengan godaan
syaithon. Jika maksiat dan godaan syaithon terkumpul, ditambah lagi dengan
lemahnya iman, maka sungguh amat mudah berada dalam su’ul khotimah (akhir hidup
yang jelek).”
Agar Selamat
dari Su’ul Khotimah
Ibnu Katsir rahimahullah
kembali melanjutkan penjelasannya:
“Su’ul khotimah
(akhir hidup yang jelek)—semoga Allah melindungi kita darinya—tidaklah terjadi
pada orang yang secara lahir dan batin itu baik dalam bermuamalah dengan Allah.
Begitu pula tidak akan terjadi pada orang yang benar perkataan dan
perbuatannya. Keadaan semacam ini tidak pernah didengar bahwa orangnya mati
dalam keadaan su’ul khotimah sebagaimana kata ‘Abdul Haq Al Isybili. Su’ul
khotimah akan mudah terjadi pada orang yang rusak batinnya dilihat dari i’tiqod
(keyakinannya) dan rusak lahiriahnya yaitu pada amalnnya. Su’ul khotimah lebih
mudah terjadi pada orang yang terus menerus dalam dosa besar dan lebih menyukai
maksiat. Akhirnya ia terus menerus dalam keadaan berlumuran dosa semacam tadi
sampai maut menjemput sebelum ia bertaubat.”
Perlu diketahui
bahwa su’ul khotimah memiliki berbagai sebab yang banyak jumlahnya. Di
antaranya yang terpokok adalah sebagai berikut :
- Berbuat syirik kepada Allah ‘azza wa jalla. Pada hakikatnya syirik adalah ketergantungan hati kepada selain Allah dalam bentuk rasa cinta, rasa takut, pengharapan, do’a, tawakal, inabah (taubat) dan lain-lain.
- Berbuat bid’ah dalam melaksanakan agama. Bid’ah adalah menciptakan hal baru yang tidak ada tuntunannya dari Allah dan Rasul-Nya. Penganut bid’ah tidak akan mendapat taufik untuk memperoleh husnul khatimah, terutama penganut bid’ah yang sudah mendapatkan peringatan dan nasehat atas kebid’ahannya. Semoga Allah memelihara diri kita dari kehinaan itu.
- Terus menerus berbuat maksiat dengan menganggap remeh dan sepele perbuatan-perbuatan maksiat tersebut, terutama dosa-dosa besar. Pelakunya akan mendapatkan kehinaan di saat mati, disamping setan pun semakin memperhina dirinya. Dua kehinaan akan ia dapatkan sekaligus dan ditambah lemahnya iman, akhirnya ia mengalami su’ul khotimah.
- Melecehkan agama dan ahli agama dari kalangan ulama, da’i, dan orang-orang shalih serta ringan tangan dan lidah dalam mencaci dan menyakiti mereka.
- Lalai terhadap Allah dan selalu merasa aman dari siksa Allah. Allah berfirman yang artinya, “Apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga). Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi” (QS. Al A’raaf [7] : 99)
- Berbuat zalim. Kezaliman memang ladang kenikmatan namun berakibat menakutkan. Orang-orang yang zalim adalah orang-orang yang paling layak meninggal dalam keadaan su’ul khotimah. Allah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim” (QS. Al An’aam [6] : 44)
- Berteman dengan orang-orang jahat. Allah berfirman yang artinya, “(Ingatlah) hari ketika orang yang zalim itu menggigit dua tangannya, seraya berkata, “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan yang lurus bersama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku dulu tidak menjadikan si fulan sebagai teman akrabku” (QS. Al Furqaan [25] : 27-28)
- Bersikap ujub. Sikap ujub pada hakikatnya adalah sikap seseorang yang merasa bangga dengan amal perbuatannya sendiri serta menganggap rendah perbuatan orang lain, bahkan bersikap sombong di hadapan mereka. Ini adalah penyakit yang dikhawatirkan menimpa orang-orang shalih sehingga menggugurkan amal shalih mereka dan menjerumuskan mereka ke dalam su’ul khotimah.
Demikianlah
beberapa hal yang bisa menyebabkan su’ul khotimah. Kesemuanya adalah biang dari
segala keburukan, bahkan akar dari semua kejahatan. Setiap orang yang berakal
hendaknya mewaspadai dan menghindarinya, demi menghindari su’ul khotimah.
Tanda-Tanda
Khusnul Khatimah
- Mengucapkan kalimat tauhid laa ilaaha illallaah saat meninggal. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang akhir ucapan dari hidupnya adalah laa ilaaha illallaah, pasti masuk surga” (HR. Abu Dawud dll, dihasankan Al Albani dalam Irwa’ul Ghalil)
- Meninggal pada malam Jum’at atau pada hari Jum’at. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap muslim yang meninggal pada hari atau malam Jum’at pasti akan Allah lindungi dari siksa kubur” (HR.Ahmad)
- Meninggal dengan dahi berkeringat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang mukmin itu meninggal dengan berkeringat di dahinya” (HR. Ahmad, Tirmidzi dll. dishahihkan Al Albani)
- Meninggal karena wabah penyakit menular dengan penuh kesabaran dan mengharapkan pahala dari Allah, seperti penyakit kolera, TBC dan lain sebagainya
- Wanita yang meninggal saat nifas karena melahirkan anak. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang wanita yang meninggal karena melahirkan anaknya berarti mati syahid. Sang anak akan menarik-nariknya dengan riang gembira menuju surga” (HR. Ahmad)
- Munculnya bau harum semerbak, yakni yang keluar dari tubuh jenazah setelah meninggal dan dapat tercium oleh orang-orang di sekitarnya. Seringkali itu didapatkan pada jasad orang-orang yang mati syahid, terutama syahid fi sabilillah.
- Mendapatkan pujian yang baik dari masyarakat sekitar setelah meninggalnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati jenazah. Beliau mendengar orang-orang memujinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Pasti (masuk) surga” Beliau kemudian bersabda, “kalian -para sahabat- adalah para saksi Allah di muka bumi ini” (HR. At Tirmidzi)
- Melihat sesuatu yang menggembirakan saat ruh diangkat. Misalnya, melihat burung-burung putih yang indah atau taman-taman indah dan pemandangan yang menakjubkan, namun tidak seorangpun di sekitarnya yang melihatnya. Kejadian itu dialami sebagian orang-orang shalih. Mereka menggambarkan sendiri apa yang mereka lihat pada saat sakaratul maut tersebut dalam keadaan sangat berbahagia, sedangkan orang-orang di sekitar mereka tampak terkejut dan tercengang saja.
Wallah A’lam
Bishawab
Jakarta
1/5/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar