Syaikh Abdul Qadir Jaelani
mengisahkan perjalanan keruhaniannya yang ditulis dalam kitab "Rahasia
Kekasih Allah", saat dimana ia bertawajjuh dalam tafakkur dengan khusyu',
saat ia meluruskan jiwanya melayang menuju yang maha ghaib, saat ia melampiaskan
rohnya yang penat terkungkung oleh sibuknya dunia, ia tinggalkan seluruh ikatan
syahwati yang sering mengajak ke jalan kefasikan. Ketika roh sang Syaikh mulai
ekstase dalam puncak keheningan dan kecintaan yang mendalam kepada Sang Maha
Kuasa, baru selangkah rohnya meluncur lepas untuk memasuki kefanaan, tiba-tiba
muncul cahaya yang terang-benderang meliputi ruangan alam ruhani Syaikh. Dan
kepada sang Syaikh diwangsitkan sebuah amanah yang membebaskan darinya dari
ikatan "syari'at Allah" dengan memberikan alasan bahwa sang Syaikh
sudah mencapai kedekatan kepada Allah. Perjalanannya sudah sampai (wushul)
dan tidak perlu lagi shalat, haji, zakat dan dihalalkan semua yang pernah Allah
haramkan. Namun sang Syaikh ini rupanya telah memiliki ilmu ma'rifat kepada
Allah dengan landasan Al Qur'an dan Alhadist, dimana ia diselamatkan oleh
pengetahuan tentang Allah, bahwa Allah tidak sama dengan makhluk-Nya, tidak
berupa suara, tidak satupun yang bisa membandingkan-Nya. Dia Maha Ghaib dan
Maha Latif. Pengetahuan yang cukup, yang dimiliki sang Syaikh mengalahkan
wangsit yang keliru tadi, dengan tuntunan syari'at yang ditentukan oleh Allah
sendiri. Ia selamat dari jebakan syetan yang terkutuk. Allah-lah sebagai penuntun
menuju hadirat-Nya. Dialah sang Mursyid sejati, tidak satupun manusia yang
mampu menghantar roh manusia lain menuju ke hadirat Allah `azza wajalla.
NABI
IBRAHIM
Kita perhatikan para nabi seperti
nabi Ibrahim, beliau mengetahui dengan jelas siapa yang menggoda ketika beliau
mendapatkan perintah untuk mengorbankan putranya Ismail untuk disembelih. Namun
nabi Ibrahim memiliki jiwa yang bersih dan berada pada wilayah keruhanian yang
tinggi. Sehingga beliau mengetahui siapa sebenarnya yang menggodanya. Sebab
kedudukan dimensi syetan masih berada jauh di bawah kedudukan orang mukmin yang
mukhlisin (berserah diri kepada Allah). Hal ini juga pernah dialami oleh nabi
Yusuf saat gejolak syahwatnya menguasai jiwanya. namun saat itu pula nabi berserah
diri dengan ikhlas kepada Allah, sehingga Allah menurunkan burhan di hatinya,
yang pada akhirnya nabi Yusuf selamat dari perbuatan mesum dengan wanita cantik
jelita yang menggodanya. Hal ini pernah dikeluhkan oleh syetan kepada Allah
bahwa dirinya akan selalu menggoda setiap anak cucu Adam sampai hari kiamat.
Namun ia tidak mampu menjerumuskan kedalam kesesatan bagi orang-orang yang
berserah diri kepada Allah.
(Disarikan
dari Abu Sangkan, Berguru Kepada Allah)
JAKARTA 13/5/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar