KEAGUNGAN AL-QUR’AN
Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal (para cendekia), (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. (Bila dijumpai sesuatu
yang mengagumkan, ia mengembalikannya kepada Allah yang menciptakan): “Ya Tuhan
Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau”. (Namun
dengan menyadari keterbatan ilmu yang berpotensi salah dalam penjelajahan
inetelektualnya sehingga senantiasa ia mohon ampunan Allah), “maka peliharalah
Kami dari siksa neraka”. {ALI IMRAN:190=191}
Muqaddimah
Al-Qur’an adalah mukjizat nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang paling agung bila dibandingkan dengan mukjizat yang lain yang dimiliki oleh beliau dan atau bila dibanding dengan mukjizat-mukjizat lain yang dimiliki oleh para Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. Adalah wajar jika sampai saat ini bahkan sampai hari kiamat nanti keaslian al-Qur’an masih tetap terjaga. Karena mustahil tidak ada satu orang pun di dunia ini yang dapat memalsukan / merubah ayat-ayat al-Qur’an apalagi mampu menyaingi keindahan kalam-kalam al-Qur’an. Dan itulah salah satu hikmah Nuzulul Qur'an dan keutamaan Al-Qur'an itu sendiri
Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar yang diberikan Allah Ta'ala kepada Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam 14 abad yang silam. al-Qur’an memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki oleh mukjizat yang lain yang hanya bisa dinikmati dan disaksikan pada zamannya saja. Sejak pertama kali diturunkan al-Qur’an telah mampu merubah arah dan
Sejarah Nuzulul
Qur’an
Nuzulul
Qur’an yang secara harfiah berarti turunnya Al Qur’an (kitab suci agama Islam)
adalah istilah yang merujuk kepada peristiwa penting penurunan wahyu Allah
pertama kepada nabi dan rasul terakhir agama Islam yakni Nabi Muhammad SAW.
Dalam pembahasan Nuzulul Qur’an menurut Berbagai Madzab kita telah mengetahui
bahwa Al-Qur’an diturunkan ke Baitul Izzah secara langsung. Dari Baitul Izzah
itulah, Al-Qur’an kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah
SAW. Wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah surat Al Alaq
ayat 1-5 yang bila diterjemahkan menjadi : ” Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu Yang menciptakan 1. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
2. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah 3. Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam 4. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya 5.”
Saat wahyu ini
diturunkan Nabi Muhammad SAW sedang berada di Gua Hira, ketika tiba-tiba
Malaikat Jibril datang menyampaikan wahyu tersebut. Adapun mengenai waktu atau
tanggal tepatnya kejadian tersebut, terdapat perbedaan pendapat di antara para
ulama, sebagian menyakini peristiwa tersebut terjadi pada bulan Rabiul Awal
pada tanggal 8 atau 18 (tanggal 18 berdasarkan riwayat Ibnu Umar), sebagian
lainnya pada bulan Rajab pada tanggal 17 atau 27 menurut riwayat Abu Hurairah,
dan lainnya adalah pada bulan Ramadhan pada tanggal 17 (Al-Bara’ bin Azib), 21
(Syekh Al-Mubarakfuriy) dan 24 (Aisyah, Jabir dan Watsilah bin Asqo’) Nuzulul
Qur’an yang kemudian diperingati oleh sebagian kaum muslimin mengacu kepada
tanggal pertama kali Al-Qur’an diturunkan kepada Rasulullah SAW di gua Hira.
Jika sebagian besar umat Islam di Indonesia meyakini 17 Ramadhan sebagai
tanggal Nuzulul Qur’an, Syaikh Syafiyurrahman Al-Mubarakfury menyimpulkan
Nuzulul Qur’an jatuh pada tanggal 21 Ramadhan. Lepas dari berapa tanggal
sebenarnya, Nuzulul Qur’an dalam arti turunnya Al-Qur’an kepada Rasulullah SAW
secara bertahap atau berangsur-angsur
Pelajaran Nuzulul
Qur’an
Al-Qur’an pertama
kali diturunkan pada malam Lailatul Qadar tanggal 17 Ramadhan tepatnya
saat beliau Nabi Muhammad Saw berusia 40 tahun. al-Qur’an diturunkan ke bumi
tidak sama dengan kitab-kitab sebelumnya yang diturunkan hanya satu kali
langsung selesai. Tetapi al-Qur’an diturunkan dengan cara berangsur-angsur atau
sedikit demi sedikit (bertahap) sesuai dengan kebutuhan atau sesuai dengan
permasalah yang terjadi saat itu untuk memberikan jawaban atas permasalah yang
dihadapi para Sahabat Rasulullah shallallahu a'alaihi wa sallam kala itu. Dan
itulah sedikit mengenai keutamaan Nuzulul Qur'an.
Nuzulul Qur'an yang kemudian diperingati oleh sebagian kaum muslimin mengacu kepada tanggal pertama kali Al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah SAW di gua Hira. Jika sebagian besar umat Islam di Indonesia meyakini 17 Ramadhan sebagai tanggal Nuzulul Qur'an. Walaupun ada yang mengatakan bahwa malam Nuzulul Qur'an adalah malam ke 21 Ramadhan.
Kejadian sejarah Nuzulul Qur’an diturunkannya Al Qur’an secara utuh dari Lauhul Mahfuzh di langit ketujuh, ke Baitul Izzah di langit dunia."Bulan Ramadhan, bulan yang di padanya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (QS. Al Baqarah: 185)
Nuzulul Qur'an yang kemudian diperingati oleh sebagian kaum muslimin mengacu kepada tanggal pertama kali Al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah SAW di gua Hira. Jika sebagian besar umat Islam di Indonesia meyakini 17 Ramadhan sebagai tanggal Nuzulul Qur'an. Walaupun ada yang mengatakan bahwa malam Nuzulul Qur'an adalah malam ke 21 Ramadhan.
Kejadian sejarah Nuzulul Qur’an diturunkannya Al Qur’an secara utuh dari Lauhul Mahfuzh di langit ketujuh, ke Baitul Izzah di langit dunia."Bulan Ramadhan, bulan yang di padanya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (QS. Al Baqarah: 185)
Banyak
hikmah dapat kita petik dari kisah Nabi Ibrahim tersebut untuk merenungi
ayat-ayat kauniyah, ayat-ayat Allah di alam, untuk menemukan hakikat Allah dan
mengambil pelajaran darinya. Ya, membaca ayat-ayat-Nya. Hal yang sama dalam
format berbeda diajarkan juga oleh Malaikat Jibril kepada Rasulullah Muhammad
SAW pada malam turunnya Al-Qur-an, Nuzulul Qur-an:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS Al-Alaq:1 – 5).
”Bacalah”
bukan sekadar bermakna membaca ayat-ayat Allah di kitab, tetapi membaca juga
ayat-ayat Allah di alam semesta, ayat-ayat kauniyah. Membaca alam bermakna
merenungi ciptaan Allah. Asal usulnya, prosesnya, hukum-hukum yang berlaku
padanya, dan kesudahannya. Itulah menjadikan intelektualitas manusia
berkembang. Kecendekiawanannya lebih bermakna.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (para cendekia), (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. (Bila dijumpai sesuatu yang mengagumkan, ia mengembalikannya kepada Allah yang menciptakan): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau”. (Namun dengan menyadari keterbatan ilmu yang berpotensi salah dalam penjelajahan inetelektualnya sehingga senantiasa ia mohon ampunan Allah), “maka peliharalah Kami dari siksa neraka”.
Pada
ayat tersebut Allah mengajarkan kita semua untuk menjadi “ulil albab”, orang
yang senantiasa menggunakan akalnya. Menjadi cendekiawan yang senantiasa
membaca alam. Empat cirinya: berdzikir, berfikir, bertauhid, dan beristighfar.
Senantiasa berdzikir (ingat) kepada Allah dalam segala situasi. Tak jemu
berfikir tentang segala fenomena alam. Bertauhid mengesakan Allah yang
menciptakan alam ini. Tak lupa beristighfar atas kemungkinan lalai dan salah
dalam pemikirannya.
Membaca
alam secara mendalam kemudian menganalisisnya, merumuskannya, dan mengujinya
akan menghasilkan sains, ilmu pengetahuan. Al-Quran mendorong umat Islam untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan. Ayat pembuka saat turunnya Al-Quran ”iqra,
bacalah”, menjadi motivasi utama dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Mestinya
juga menjadi pendorong untuk melahirkan inovasi.
Ada
tiga peran utama sains yang juga diajarkan Al-Qur-an. Pertama, peran sains
menjawab keingintahuan manusia. Keingintahuan utama adalah asal-usul sesuatu
dan mekanisme kejadian di alam. Beberapa hal diisyaratkan di dalam Al-Quran
untuk renungan bagi manusia untuk memikirkannya. Kedua, peran sains melandasi
pengembangan teknologi yang memudahkan manusia. Sepanjang sejarah manusia,
teknologi dikembangkan untuk memudahkan aktivitas manusia. Perilaku alam yang
dikaji sains banyak menginspirasi pengembangan teknologi. Beberapa ayat Al-Quran
pun memberi tantangan untuk menguasai teknologi untuk mengungkap rahasia alam.
Ketiga, menurut ajaran Islam sains juga berperan membantu mendekatkan diri
kepada Allah.
JAKARTA 1/7/2013