BERZUHUD MEMBAWA
KECINTAAN ?
أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا أَنَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِي اللَّهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ وَازْهَدْ فِيمَا فِي أَيْدِي النَّاسِ يُحِبُّوكَ
“Seorang laki-laki datang kepada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata: “Wahai Rasulullah, tunjukkan
kepadaku suatu amalan. Jika aku mengamalkannya, niscaya Allah mencintaiku dan
manusia juga mencintaiku!” Rasulullah bersabda: “Zuhudlah di dunia, niscaya
Allah mencintaimu. Dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada tangan-tangan
manusia, niscaya mereka akan mencintaimu!’(HR Ibnu Majah)
أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي
“Ketahuilah, demi Allah, sesungguhnya aku
adalah orang yang paling takut di antaramu kepada Allah, dan orang yang paling
takwa di antaramu kepadaNya. Tetapi aku berpuasa dan berbuka; aku shalat
(malam) dan tidur; dan aku menikahi wanita-wanita. Barangsiapa membenci
sunnahku (ajaranku), dia bukan dariku”.(HR Bukhari-Muslim)
Muqaddimah
Zuhud menjadi bagian penting para sufi dalam bertasawuf. Zuhud berarti
mengosongkan hati dari sesuatu yang bersifat duniawi atau meninggalkan hidup
kematerian. Zuhud menjadi salah satu jalan dalam bertasawuf. Hal ini terbukti
di kalangan sufi yang meyakini bahwa tasawuf lahir dan muncul karena pribadi,
perilaku, peristiwa, ibadah, dan kehidupan Rasulullah. Adapun dalam bertasawuf,
Rasulullah juga berzuhud. Beliau tidak terpesona oleh kemewahan dunia, menyedikitkan
urusan dunia, dan menjalani segala kecukupan yang ada.
Dari sini, dapat disimpulkan. Bahwasanya, zuhud menjadi salah satu syarat
utama dan merupakan hal yang sangatlah penting bagi seorang calon sufi dalam
bertasawuf dan mencapai tujuan utamanya. Seseorang belum bisa dikatakan
bertasawuf apabila dia meninggalkan kezuhudan.
Makna Zuhud ?
1.Berkata Ibnul Qayyim, “Zuhud terhadap sesuatu di dalam bahasa Arab �yang merupakan bahasa Islam- mengandung arti berpaling darinya dengan
meremehkan dan merendahkan keadaannya karena sudah merasa cukup dengan sesuatu
yang lebih baik darinya.”
Beliau juga berkata,
“Saya mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, ‘Zuhud adalah
meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat di akhirat, adapun wara’ adalah meninggalkan
apa-apa yang ditakuti akan bahayanya di akhirat’.”
Kemudian
beliau mengomentarinya, “Ini adalah definisi yang paling baik terhadap makna
zuhud dan wara’ dan yang paling mencakupnya.”
2.Berkata
Sufyan Ats-Tsauriy, “Zuhud terhadap dunia adalah pendek angan-angan, dan
bukanlah yang dimaksud zuhud itu dengan memakan makanan yang keras dan memakai
karung.”
3.Berkata
Az-Zuhriy, “Zuhud adalah hendaklah seseorang tidaklah lemah dan mengurangi
syukurnya terhadap rizki yang halal yang telah Allah berikan kepadanya dan
janganlah dia mengurangi kesabarannya dalam meninggalkan yang haram.”
4.Berkata
Al-Hasan dan lainnya, “Tidaklah zuhud terhadap dunia itu dengan mengharamkan
yang halal dan tidak pula dengan menyia-nyiakan dan membuang harta, akan tetapi
hendaklah engkau lebih tsiqah (mempercayai) terhadap apa-apa yang ada di sisi
Allah daripada apa-apa yang ada di sisimu, dan hendaklah engkau �apabila ditimpa musibah- lebih mencintai pahala dari musibah
tersebut daripada engkau tidak tertimpa musibah.”
5.Ketika ada
seseorang bertanya kepada Al-Imam Ahmad, “Apakah orang kaya bisa menjadi orang
yang zuhud?” Beliau menjawab, “Ya, dengan syarat ketika banyak hartanya tidak
menjadikannya bangga dan ketika luput darinya dunia dia tidak bersedih hati.”
Beliau
membagi zuhud menjadi tiga tingkatan:
1. Meninggalkan yang
haram, yang merupakan zuhudnya orang-orang ‘awwam, dan ini adalah fardhu ‘ain.
2. Meninggalkan
kelebihan-kelebihan dari yang halal, dan ini zuhudnya orang-orang yang khusus.
3. Meninggalkan
apa-apa yang dapat menyibukkannya dari (mengingat) Allah, dan ini adalah
zuhudnya orang-orang yang mendalam pengetahuannya tentang Allah.
Tujuan Zuhud ?
Dalam tasawuf, Pertama, zuhud adalah hal yang sangat penting. Zuhud dapat
berperan sebagai media untuk mempersiapkan diri sebelum memasuki kehidupan
keruhanian
Kedua, zuhud berperan sebagai ukuran akhlak seorang sufi yang tidak dalam
kondisi kurang maupun lebih
Bagi para
sufi, hakikat zuhud adalah ketenangan hati tentang apa yang telah dijanjikan
Allah kepadanya
zuhud adalah
salah satu tingkatan tersebut. Alasannya adalah karena sebelum menjadi orang
yang zahid, seseorang tidak mungkin menjadi seorang sufi. Nabi bersabda, “Zuhud
dari dunia merupakan induk dari setiap kebaikan dan taat
Rasulullah saw Paling
Zuhud ?
Aisyah r.a. berkata, “Selama empat
puluh malam di rumah Rasulullah Saw, lampu ataupun api tidak pernah
dinyalakan.”
Dikatakan, selama tiga hari sejak tiba di Madinah, Rasulullah Saw. belum pernah kenyang dengan roti gandum.
Dikatakan, selama tiga hari sejak tiba di Madinah, Rasulullah Saw. belum pernah kenyang dengan roti gandum.
Aisyah r.a, kata Abu Dzar, pernah mengeluarkan
pakaian yang bertambal-tambal dan sarung kasar, lalu dia berkata, ”Rasulullah
Saw. bertahan dengan dua macam pakaian ini.”
Rasulullah Saw. bersabda,
“Barangsiapa membangun (rumah) di atas atau lebih dari kebutuhannya, maka akan
dibebankan kepadanya pada hari Kiamat.”
Beliau juga bersabda:
“Setiap bangunan (rumah) adalah beban bagi pemiliknya pada hari Kiamat, kecuali yang (sekadar) melindunginya dari panas dan dingin.”
Beliau juga bersabda:
“Setiap bangunan (rumah) adalah beban bagi pemiliknya pada hari Kiamat, kecuali yang (sekadar) melindunginya dari panas dan dingin.”
Rasulullah Saw juga bersabda,
“Malulah kepada Allah dengan sebenar-benarnya!”
Dikatakan kepada beliau, “Kami memang malu.”
Rasulullah Saw. menimpali, ‘‘Kalian membangun apa yang tidak kalian tempati dan kalian memakan apa yang tidak kalian makan.”
Selanjutnya Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang hidup zuhud di dunia, Allah memasukkan hikmah ke dalam kalbunya, menjadikan lisannya berbicara dengan (penuh) hikmah, memberitahunya tentang penyakit dunia dan obatnya, serta mengeluarkannya dari dunia dengan selamat (sejahtera) menuju ke negeri yang penuh kedamaian (Darus salam).”
Sabda beliau pula, “Seorang hamba itu tidak akan mencapai kesempurnaan hakikat iman, sehingga ia lebih mencintai untuk tidak dikenal daripada dikenal, dan sesuatu yang sedikit itu lebih ia cintai daripada sesuatu yang banyak.”
Dan sabda Rasulullah saw. berikutnya, “Jika Allah hendak mengaruniakan kebaikan kepada seseorang, Dia jadikan ia zuhud di dunia, menjadikan senang di akhirat, dan diperlihatkan cacat dirinya.”
Dikatakan kepada beliau, “Kami memang malu.”
Rasulullah Saw. menimpali, ‘‘Kalian membangun apa yang tidak kalian tempati dan kalian memakan apa yang tidak kalian makan.”
Selanjutnya Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang hidup zuhud di dunia, Allah memasukkan hikmah ke dalam kalbunya, menjadikan lisannya berbicara dengan (penuh) hikmah, memberitahunya tentang penyakit dunia dan obatnya, serta mengeluarkannya dari dunia dengan selamat (sejahtera) menuju ke negeri yang penuh kedamaian (Darus salam).”
Sabda beliau pula, “Seorang hamba itu tidak akan mencapai kesempurnaan hakikat iman, sehingga ia lebih mencintai untuk tidak dikenal daripada dikenal, dan sesuatu yang sedikit itu lebih ia cintai daripada sesuatu yang banyak.”
Dan sabda Rasulullah saw. berikutnya, “Jika Allah hendak mengaruniakan kebaikan kepada seseorang, Dia jadikan ia zuhud di dunia, menjadikan senang di akhirat, dan diperlihatkan cacat dirinya.”
Ikhtitam
Sabda beliau, “Hidup zuhudlah di dunia, niscaya kalian dicintai Allah swt, dan berzuhudlah terhadap apa yang jadi milik manusia, niscaya manusia mencintai diri kalian!”
Sabdanya pula, “Barangsiapa berkeinginan untuk diberi ilmu oleh Allah tanpa belajar, dan petunjuk tanpa hidayat, maka hendaklah ia hidup zuhud di dunia.”
Sabda beliau, “Hidup zuhudlah di dunia, niscaya kalian dicintai Allah swt, dan berzuhudlah terhadap apa yang jadi milik manusia, niscaya manusia mencintai diri kalian!”
Sabdanya pula, “Barangsiapa berkeinginan untuk diberi ilmu oleh Allah tanpa belajar, dan petunjuk tanpa hidayat, maka hendaklah ia hidup zuhud di dunia.”
Sumber:1.Al-Qur’an Hadits 2.http://misseunggi.blogspot.com 3.https://abuabdurrohmanmanado.wordpress.com 4.http://kanganwar.blogspot.com
JAKARTA 3/3/2015
Subhanallah , Alhamdulillah, Laailahailallah, Allahu akbar.
BalasHapus