PREDEKSI
NABI SAW TENTANG AKHIR ZAMAN ?
“Apabila ummatku mengagungkan dunia, maka dicabutlah kehebatan
Islam darinya; dan apabila mereka meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar, maka
terdindinglah keberkahan wahyu (Al-Qur’an)” (HR. Tirmidzi).
Muqaddimah
PREDEKSI
NABI SAW TENTANG AKHIR ZAMAN ?
“Apabila ummatku mengagungkan dunia, maka dicabutlah kehebatan
Islam darinya; dan apabila mereka meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar, maka
terdindinglah keberkahan wahyu (Al-Qur’an)” (HR. Tirmidzi).
Muqaddimah
Artinya : “ Akan datang kepada umatku suatu masa
dimana mereka mencintai lima perkara dan melupakan lima perkara pula.
- Mereka mencintai dunia dan melupakan akhirat,
- mereka mencintai kehidupan dan melupakan kematian,
- mereka mencintai gedung-gedung dan melupakan kuburan,
- mereka mencintai harta benda dan melupakan hisab ( penelitian amal akhirat ),
- mereka mencintai makhluq dan melupakan khaliqnya.
Fitnah Akhir Zaman ?
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ
إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ
أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ
وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ
وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ
اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
1.Bersabda
Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam “Hampir tiba masanya kalian
diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka
seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian
banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa
gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam
hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan
itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan
kematian.” (HR Abu Dawud 3745)
Ada beberapa pelajaran penting yang dapat kita tarik
dari hadits ini:
Pertama, Nabi shollallahu
’alaih wa sallam memprediksi bahwa akan tiba suatu masa dimana orang-orang beriman akan menjadi kumpulan
manusia yang menjadi rebutan ummat lainnya. Mereka akan mengalami keadaan
yang sedemikian memprihatinkan sehingga diumpamakan seperti suatu porsi makanan
yang diperbutkan oleh sekumpulan pemangsa. Artinya, pada masa itu kaum muslimin
menjadi bulan-bulanan kaum lainnya. Hal ini terjadi karena mereka tidak
memiliki kemuliaan sebagaimana di masa lalu. Mereka telah diliputi keinaan.
Kedua, pada masa itu muslimin tertipu
dengan banyaknya jumlah mereka padahal
tidak bermutu. Sahabat menyangka bahwa keadaan hina yang mereka alami
disebabkan jumlah mereka yang sedikit, lalu Nabi shollallahu ’alaih wa
sallam menyangkal dengan mengatakan bahwa jumlah muslimin pada waktu itu
banyak, namun berkualitas rendah.
Hal ini juga dapat berarti bahwa
pada masa itu ummat Islam sedemikian peduli dengan kuantitas namun lalai
memperhatikan aspek kualitas. Yang penting punya banyak pendukung alias
konstituen sambil kurang peduli apakah mereka berkualitas atau tidak. Sehingga
kaum muslimin menggunakan tolok ukur mirip kaum kuffar dimana yang banyak pasti
mengalahkan yang sedikit. Mereka menjadi gemar menggunakan prinsip the
majority rules (mayoritas-lah yang berkuasa) yakni prinsip yang
menjiwai falsafah demokrasi modern. Padahal Allah menegaskan di dalam
Al-Qur’an bahwa pasukan berjumlah sedikit dapat mengalahkan pasukan musuh yang
jumlahnya lebih besar dengan izin Allah.
كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً
بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat
mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta
orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah ayat 249)
Pada masa dimana muslimin terhina, maka kuantitas
mereka yang besar tidak dapat menutupi kelemahan kualitas. Sedemikian rupa
sehingga Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengumpamakan mereka seperti
buih mengapung. Coba perhatikan tabiat buih di tepi pantai. Kita lihat bahwa
buih merupakan sesuatu yang paling terlihat, paling indah dan berjumlah sangat
banyak saat ombak sedang bergulung. Namun buih pulalah yang paling pertama
menghilang saat angin berhembus lalu menghempaskannya ke udara.
Ketiga, Nabi shollallahu
’alaih wa sallam mengisyaratkan bahwa
jika ummat Islam dalam keadaan terhina, maka salah satu indikator utamanya
ialah rasa gentar menghilang di dalam dada musuh menghadapi ummat Islam.
Artinya, sesungguhnya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam lebih menyukai
ummat Islam senantiasa berwibawa sehingga disegani dan ditakuti musuh. Dewasa ini malah kita melihat bahwa
para pemimpin berbagai negeri berpenduduk mayoritas muslim justru memiliki rasa
segan dan rasa takut menghadapi para pemimpin kalangan kaum kuffar dunia barat.
Alih-alih mengkritisi mereka, bersikap sama tinggi sama rendah saja sudah tidak
sanggup. Sehingga yang kita lihat di panggung dunia para pemimpin negeri kaum
muslimin menjadi –maaf- pelayan jika tidak bisa dikatakan anjing piaraan
pemimpin kaum kuffar. Mereka menjulurkan lidah dengan setia mengikuti kemauan
sang majikan kemanapun mereka pergi. Padahal Allah menggambarkan kaum muslimin
sebagai manusia yang paling tinggi derajatnya di tengah manusia lainnya jika
mereka sungguh-sungguh beriman kepada Allah.
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحَْنُوا وَأَنْتُمُ
الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula)
kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS Ali Imran ayat 139)
يُوْشِكُ
أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُم الأُمَمُ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا”
اَوَمِنْ قِلَّةٍ بِنَا يَوْمَئِذٍ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: “بَلْ اِنَّكُمْ
يَوْمَئِذٍكَثِيْرُوْنَ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَيْلِ، وَقَدْ نَزَلَ
بِكُمُ الْوَهْنُ” قِيْلَ: وَمَا الْوَهْنُ يَارَسُوْلَ اللّهِ ؟ قَالَ: “حُبُّ
الدُنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
2.“Akan
datang suatu masa umat lain akan memperebutkan kamu ibarat orang-orang lapar
memperebutkan makanan dalam hidangan.” Sahabat bertanya, “Apakah
lantaran pada waktu itu jumlah kami hanya sedikit Ya Rasulullah?”. Dijawab
oleh beliau, “Bukan, bahkan sesungguhnya
jumlah kamu pada waktu itu banyak, tetapi kualitas kamu ibarat buih yang
terapung-apung di atas laut, dan dalam jiwamu tertanam kelemahan jiwa.” Sahabat
bertanya, “Apa yang dimaksud kelemahan jiwa,
Ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Cinta dunia
dan takut mati!”. (HR. Abu Daud).
Al-Wahn—cinta dunia dan takut mati—memang membuat
manusia kehilangan arah dan orientasi hidup. Mereka tidak lagi mengenal tujuan hidupnya
yang hakiki untuk mencari ridha Allah (QS. 6: 163). Tidak sadar pada tugas
hidupnya untuk mengabdikan diri kepada-Nya dalam berbagai aspek kehidupan (QS.
51: 56). Lupa akan peranan hidupnya yang agung, menjadi khalifah, wakil Allah
untuk mewujudkan kehendak Ilahi di muka bumi (QS. 6: 165) dan sebagai pelanjut
risalah Islam, menyampaikan ajaran-ajaran Allah kepada seluruh umat manusia dan
membelanya (QS. 3: 110).
3.“Sesungguhnya
dunia itu manis dan hijau (enak dipandang), dan sesungguhnya Allah menjadikan
kamu khalifah di dalamnya. Allah akan melihat apa yang kamu kerjakan. Maka
berhati-hatilah pada dunia dan berhati-hatilah pada wanita. Sesungguhnya
pertama kali fitnah yang melanda Bani Israel adalah tentang wanita”. (HR. Muslim)
4.“Sesungguhnya
diantara kalian ada yang berambisi menjadi penguasa, padahal yang demikian itu
akan menjadi penyesalan di hari kiamat. Karena sebaik-baik seorang ibu adalah
yang mau menyusui anaknya dan sejelek-jelek ibu adalah yang tidak mau menyusui
anaknya” (HR.
Bukhari).
5.Zaid bin
Tsabit pernah berkata saat ia berada di samping Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Seburuk-buruk
perkara adalah kepemimpinan.” Mendengar hal itu Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam
menyanggahnya, “Sebaik-baik perkara adalah
kepemimpinan, bagi orang yang mengambilnya dengan hak-haknya. Dan seburuk-buruk
perkara adalah kepemimpinan, bagi orang yang mengambilnya dengan cara yang
tidak benar, maka kelak hanya akan mengundang kekecewaan pada hari kiamat.”
(HR. Thabrani).
Abu
Hudzaifah pernah ditanya, “Apa itu
nifaq?”, Hudzaifah menjawab, “Kamu
berbicara tentang Islam, tapi kamu tidak mengamalkan ajarannya”.
(Musnad Ar-Rabi’).
6.Nabi SAW
bersabda,“Akan datang pada manusia satu
zaman, di kala itu Islam tidak tinggal melainkan namanya, dan al-Qur’an tidak
tinggal melainkan tulisannya, masjid-masjidnya bagus namun kosong dari
petunjuk, ulama-ulamanya termasuk manusia paling jelek yang berada di kolong
langit, karena dari mereka timbul beberapa fitnah dan akan kembali kepada
mereka”. (HR. Baihaqi).
7.“Akan
datang satu masa kepada manusia, dimana pada masa itu seseorang tidak lagi
memperdulikan apa yang diambilnya, apakah dari yang halal atau dari yang
haram”. (HR. Bukhari dan Nasa’i dari Abu
Hurairah).
8.“Akan
datang satu masa kepada manusia, yang di dalamnya manusia tidak kuasa mencari
penghidupan melainkan dengan cara maksiat. Sehingga seorang laki-laki berani
berdusta dan bersumpah. Apabila masa itu telah datang, hendaklah kalian
berlari.” Ditanyakan
kepada beliau, “Ya Rasulullah, kemana harus
berlari?” Beliau menjawab, “Kepada
Allah dan kepada kitab-Nya serta kepada sunnah Nabi-Nya.” (HR.
Ad-Dailami).
9.“Apabila
zaman telah dekat (kiamat), seorang laki-laki mendidik anjing lebih baik
daripada mendidik anaknya. Tidak ada rasa hormat pada yang lebih tua dan tidak
ada rasa kasih sayang pada yang lebih muda; dan banyak anak-anak hasil
perzinaan, hingga banyaklah laki-laki menyantap perempuan di jalanan, mereka
berbulu kambing namun berhati serigala.” (HR. Al-Hakim & Thabrani).
Sumber:1.Al-Qur’an Hadits 2.http://www.eramuslim.com
JAKARTA 13/3/2015
Terimakasih informasinya Obat Tradisional Jelly Gamat
BalasHapusObat Radang Pita Suara