TIGA Amalan yang dicintai Allah?
عَنْ
أَبِي عَمْرِو الشَّيْبَانِي -وَاسْمُهُ سَعْدُ بْنُ إِيَاس- قَالَ :
حَدَّثَنِي صَاحِبُ هَذِهِ الدَّارِ -وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى دَارِ
عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ ( 1) t- قَالَ : سَأَلْتُ النَّبِيَّ : أَيُّ
العَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ ؟ قَالَ : ((الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا)).
قُلْتُ : ثُمَّ أَيٌّ ؟ قَالَ : ((بِرُّ الوَالِدَيْنِ)). قُلْتُ : ثُمَّ
أَيٌّ ؟ قال : ((الجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ)). قَالَ : حَدَّثَنِي
بِهِنَّ رَسُولُ اللهِ , وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي. مُتَّفَقٌ
عَلَيْهِ.
“Saya bertanya
kepada Nabi, ‘Apakah amal yang paling dicintai oleh Allah?’ (Dalam satu
riwayat: yang lebih utama) Beliau bersabda, ‘Shalat pada waktunya’ Saya bertanya, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau
bersabda, ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Saya bertanya, ‘Kemudian apa
lagi’? Beliau bersabda, ‘Jihad (berjuang) di jalan Allah.”‘ Ia berkata,
“Beliau menceritakan kepadaku. (Dalam satu riwayat: “Saya berdiam diri dari
Rasulullah.”) Seandainya saya meminta tambah, niscaya beliau
menambahkannya.” (H.R. Bukhari, hadits Shahih dan terdapat di dalam Shahih
Bukhari)
1.Shalat
Asal makna shalat menurut bahasa Arab berarti doa, kemudian yang
dimaksud di sini adalah: “ibadat yang tersusun dari beberapa perkataan dan
beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir, diakhiri dengan salam dan
menurut beberapa syarat yang ditentukan”.
1.MENDIRIKAN SHALAT |
Demikian pula shalat adalah ibadah yang pertama kali dihisab
oleh Allah swt. Bila seorang muslim shalat maka amal ibadah yang lainnya akan
diperhitungkan oleh Allah swt. tetapi bila dia tidak shalat maka amaliyahnya
tidak dianggap (al-Hadits).
Urgensi Shalat
Sebagaimana telah kita maklumi
bersama, bahwa shalat adalah tiang agama. Kewajiban dan syi'ar agama Islam yang
paling utama adalah shalat.
الصلاة عماد الدين، فمن أقامها فقد أقام الدين ومن تركها فقد هدم الدين.
"Shalat adalah tiang agama. Orang yang telah mendirikan shalat, dia telah mendirikan agama, namun bagi siapa saja yang meninggalkan shalat berarti dia telah menghancurkan agama."
Shalat juga merupakan ibadah yang pertama kali akan dimintakan pertanggung jawabannya dari manusia pada hari kiamat kelak.
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ فَإِنْ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنْ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ. (رواه الترميذي وأحمد وابن ماجه)
“Sesungguhnya amal ibadah seseorang yang paling pertama kali dihisab adalah shalatnya. Jika shlalatnya di nilai baik, maka bahagia dan tenanglah dia. Namun jika shalatnya rusak, maka rugi dan sengsaralah dia. Adapun jika di antara shalatnya ada yang kurang sempurna, maka Allah Azza wajalla berfirman: periksalah kembali wahai para malaikat, apakah dia suka melaksanakan shalat sunah. Jika ada, sempurnakanlah shalatnya dengannya shalat sunnahnya tersebut. Seperti itulah perhitungan amal ibadahnya yang lain.” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Nasa’i).
Shalat merupakan garis pemisah antara keimanan dan kekufuran. Ia adalah sesuatu yang membedakan antara orang-orang yang beriman dengan orang-orang yang inkar, sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah Saw dalam hadisnya:
قَالَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: بَيْنَ الْكُفْرِ وَالْإِيمَانِ تَرْكُ الصَّلَاةِ (رواه النسائي، الترميذي: حَدِيثٌ حَسَنٌ، وأحمد)
"Batas antara seseorang dengan kekufuran adalah meninggalkan shalat”. (HR. Nasa’i, Tirmidzi dan Ahmad).
Bahkan shalat merupakan senjata
ampuh bagi manusia untuk mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar.
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ (العنكبوت: 45)
Sesungguhnya shalat mencegah manusia dari perbuatan keji dan mukar (Al-Ankabut: 45)
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ (العنكبوت: 45)
Sesungguhnya shalat mencegah manusia dari perbuatan keji dan mukar (Al-Ankabut: 45)
Namun pada kenyataannya, mengapa ada dari kita yang tidak menjadikan shalat sebagai pencegah kekejian dan kemunkaran? Mengapa ibadah shalat kita tidak mempunyai pengaruh sama sekali dalam kehidupan kita sehari-hari? Mengapa ada dari kita, bahkan tidak sedikit, ia juga mendirikan shalat tapi ia juga berbohong. Dia shalat, tapi dia juga mencuri. Dia shalat, tapi dia juga mempermainkan perempuan, dia tidak segan-segan berkata cabul dan jorok. Dia shalat, tapi di lain waktu dia juga tidak pernah alpa untuk selalu hadir di depan televisi menonton acara-acara vulgar dan tidak mendidik.
Makna Khusyu’
Disebutkan dalam Tafsir Al-Wasith yang
ditulis oleh Syeikh Al-Azhar, Muhammad Ali Tonthowi , makna khusyuk adalah:
“ketakutan dalam hati kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang terlihat
pada anggota badan, menjadikannya tenang dan merasakan bahwa berdiri menghadap
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tentu saja ini
adalah pekerjaan yang berat dan harus dilatih terus menerus. Adapun beberapa langkah untuk lebih khusyuk dalam shalat, secara umum
telah dibahas dalam banyak kitab-kitab , Di antaranya sebagai berikut:
Pertama:
Menyadari fungsi dan pentingnya shalat. Ia tidak lagi
merasa shalat sebagai sebuah kewajiban, tetapi sebagai sebuah kebutuhan yang
akan berakibat baik bagi dirinya sendiri, di dunia maupun akhirat.
Kedua:
Istihdhor Al-Qalb (Konsentrasi). Yakni mengosongkan hati dari hal hal yang mengganggu dan
mencampuri konsentrasi ketika shalat. Karenanya disyariatkan niat di awal
shalat sebagai pintu awal menata hati dan menghadirkannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. juga
mengingatkan godaan syetan ketika manusia tengah shalat . Dari Utsman bin Abi
Ash, ia mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. dan
mengatakan: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya syaitan telah menghalangi shalatku
dan mengganggu bacaanku. ”Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
berkata: “itu adalah syaitan yang bernama Khonzab, jika engkau merasakan
maka bertaawudzlah (minta perlindungan kepada Allah), dan meludahlah ka arah
kiri tiga kali “(HR. Bukhari)
Ketiga: Tafahum
li ma’nal Kalam (Mengetahui Arti lafal). Dengan memahami
makna bacaan yang kita lafalkan, maka akan membantu kekhusyukan dalam shalat,
karena kita menghayati sepenuhnya doa-doa yang ada di dalamnya.
Keempat:
Ta’dzhiim lillah (Penghormatan dan Pengagungan). Yaitu merasakan
keagungan Allah dan sebaliknya kekerdilan kita sebagai hamba-Nya. Hal ini akan
memunculkan ketakutan saat sedang menjalani Shalat. Tidak ada kesombongan
sedikit pun saat kita shalat.
Kelima: Dzkirul
Maut (Mengingat Mati). Kita merasa bahwa shalat kita ini adalah yang terakhir
yang akan kita kerjakan, di mana setelahnya malaikat maut datang menjemput ajal
kita. Perasaan ini menumbuhkan suasana kebatinan yang luar biasa, membantu
shalat kita jauh lebih khusyuk dari sebelumnya. Karenanya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,
اذكر الموت في صلاتك، فإن الرجل إذا ذكر الموت في صلاته لحري
أن يحسن صلاته، و صل صلاة رجل لا يظن أن يصلي صلاة غيرها "
Ingatlah mati dalam shalatmu ,
karena sesungguhnya jika orang mengingat mati dalam shalatnya tentu ia akan
memperbagus shalatnya. Shalatlah seperti orang tidak yakin ia akan dapat
melakukan shalat selainnya. (HR. Dailami, dishahihkan oleh Albani)
Tujuan dan Hikmah Shalat
Shalat adalah ibadah yang diwajibkan oleh Allah kepada orang-orang
yang beriman sebagai sarana untuk meraih kebahagiaan (Q.S. Al-Baqarah/ 2
: 45).
Artinya: “Jadikanlah sabar dan Shalat sebagai penolongmu. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang
yang khusyu’
Karena Allah Mengetahui bahwa manusia butuh kebahagiaan maka
Shalat diwajibkan kepada orang yang beriman. Sedangkan tujuan Shalat dalam
Islam adalah untuk menjadikan manusia yang menegakkannya selalu ingat kepada
Allah Swt. Allah berfirman dalam QS. 20:14 :
Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan yang
hak selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah Shalat untuk mengingat-Ku.
Bila seorang muslim dalam hari-harinya senantiasa ingat kepada
Allah Swt. maka hatinya akan menjadi tenang. Bila hatinya sudah tenang, maka
dia akan merasakan kebahagiaan. Sedang pengertian kebahagiaan yang dipahami
kaum materialis adalah materi. Firman Allah QS. Yunus/10 : 7-8.
Artinya: “Sesungguhnya
orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan kami,
dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tentram dengan kehidupan
itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat kami. Mereka itu tempatnya ialah
neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan (QS. Yunus: 7-8).
Shalat yang dapat mendatangkan kebahagiaan bagi pelakunya adalah
mereka yang mendirikan Shalat sebagaimana Shalatnya Nabi Muhammad Saw.
Sebagaimana sabda Nabi:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِي أُصَلِّي
Artinya:“Shalatlah kamu sekalian sebagaimana kamu melihat saya
Shalat.” (HR. Bukhari).
Dari Hadits ini dapat dipahami bahwa gerak dalam shalat bukan sembarang gerak, tetapi harus seperti
geraknya Nabi dan bacaan dalam shalat bukan sembarang bacaan, tetapi
harus seperti membacanya Nabi saw. Sabda nabi Muhammad saw.
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ فِي الصَّلاَةِ فَإِنَّهُ يُنَاجِي
رَبَّهُ
Artinya: “Bila seseorang di antara kalian sedang shalat, maka
sesungguhnya dia sedang bermohon (sedang berbisik, sedang berdialog) dengan
Tuhannya (Allah Swt). (HR. Bukhari ).
Sekarang kita bertanya: “Apa benar waktu saya sedang shalat
saya sedang berbisik, sedang bermohon padanya…? ataukah kita sedang berbicara sendirian karena tidak
mengerti apa yang sedang kita ucapkan….?
Jawabannya ada dalam diri kita masing-masing. Namun lebih jelasnya Allah swt.
berfirman dalam surat An-Nisaa ayat 43
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu Shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti
apa yang kamu ucapkan… (An-Nisaa’: 43).
Bila seorang muslim dengan shalat yang didirikannya menjadikan dia
ingat kepada Allah sehingga terhindar dari perbuatan yang keji dan mungkar,
maka jiwanya akan tentram sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-Ra'du ayat
28:
Artinya: Orang-orang yang beriman dan hati mereka tentram dengan
mengingat Allah, ketauhilah dengan mengingat Allah hati menjadi tentram (QS.
Ar-Ra'du: 28)
Dan bila hati kita sudah tentram, maka jelas hidup akan bahagia,
karena bahagia itu adanya dalam ketentraman hati.
Karena tujuan shalat untuk mengingat Allah, maka bacaan shalat
dari takbir sampai dengan salam kalau dipahami dan diperhatikan, tidak ada satu
kalimatpun yang tidak mengantarkan pelakunya dari mengingat Allah.
2.Berbakti Kepada Ibu Bapak
Berbuat baik terhadap orang tua (birrul walidain) adalah
memberi kebaikan atau berkhidmat kepada keduanya serta mentaati perintahnya
(kecuali yang ma’siat) dan mendoa’kannya apabila keduanya telah wafat.
Ibu dan Bapak sebagai orang tua sudah selayaknya mendapatkan kebaikan dan penghormatan dari anaknya. Islam sangat perhatian mengenai masalah ini, sebagaimana sangat jelas ditegaskan dalam firman Allah yang berbunyi:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) terhadap kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah, bahkan menyusukan pula selama kurang lebih 2 tahun. Maka dari itu bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku sajalah tempat kamu kembali” (QS.31:15). Juga dapat dilihat dalam surat 4:36
Jelaslah bahwa Birrul Walidain adalah kewajiban setiap anak dalam kerangka ta’at kepada perintah Allah.
Ibu dan Bapak sebagai orang tua sudah selayaknya mendapatkan kebaikan dan penghormatan dari anaknya. Islam sangat perhatian mengenai masalah ini, sebagaimana sangat jelas ditegaskan dalam firman Allah yang berbunyi:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) terhadap kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah, bahkan menyusukan pula selama kurang lebih 2 tahun. Maka dari itu bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku sajalah tempat kamu kembali” (QS.31:15). Juga dapat dilihat dalam surat 4:36
Jelaslah bahwa Birrul Walidain adalah kewajiban setiap anak dalam kerangka ta’at kepada perintah Allah.
Suatu hari ada seorang laki-laki
datang menghadap Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam. Dia bertanya, “Wahai
Rasulullah, aku mempunyai harta kekayaan dan anak. Sementara ayahku
berkeinginan menguasai harta milikku dalam pembelanjaan. Apakah yang demikian
ini benar?” Maka jawab Rasulullah, “Dirimu dan harta kekayaanmu adalah
milik orang tuamu.” (Riwayat Ibnu Majah dari Jabir bin Abdillah).
Begitulah, syari’at Islam menetapkan betapa besar hak-hak orang tua atas anaknya. Bukan saja ketika sang anak masih hidup dalam rengkuhan kedua orang tuanya, bahkan ketika ia sudah berkeluarga dan hidup mandiri. Tentu saja hak-hak yang agung tersebut sebanding dengan besarnya jasa dan pengorbanan yang telah mereka berikan. Sehingga tak mengherankan jika perintah berbakti kepada orang tua menempati ranking ke dua setelah perintah beribadah kepada Allah dengan mengesakan-Nya. Allah berfirman, “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada ibu bapakmu.” (An-Nisa:36)
Begitulah, syari’at Islam menetapkan betapa besar hak-hak orang tua atas anaknya. Bukan saja ketika sang anak masih hidup dalam rengkuhan kedua orang tuanya, bahkan ketika ia sudah berkeluarga dan hidup mandiri. Tentu saja hak-hak yang agung tersebut sebanding dengan besarnya jasa dan pengorbanan yang telah mereka berikan. Sehingga tak mengherankan jika perintah berbakti kepada orang tua menempati ranking ke dua setelah perintah beribadah kepada Allah dengan mengesakan-Nya. Allah berfirman, “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada ibu bapakmu.” (An-Nisa:36)
Sebagai anak, sebenarnya banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mengekspresikan rasa bakti dan hormat kita kepada kedua orang tua. Memandang dengan rasa kasih sayang dan bersikap lemah lembut kepada mereka pun termasuk birrul walidain. Allah berfirman, “Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia, dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang.” (Al-Isra’:23)
Dalam kitab “Adabul Mufrad, Imam Bukhari mengetengahkan sebuah riwayat bersumber dari Ibnu Jarir dan Ibnu Mundzir melalui Urwah, menjelaskan mengenai firman Allah : “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang.” Maka Urwah menerangkan bahwa kita seharusnya tunduk patuh di hadapan kedua orang tua sebagaimana seorang hamba sahaya tunduk patuh di hadapan majikan yang garang, bengis, lagi kasar.
Kisah Uwais al-Qorni
Dari Asir bin Jabir beliau mengatakan, “Jika para gubernur Yaman menemui
khalifah Umar Ibnul Khatthab, maka khalifah selalu bertanya, “Apakah diantara
kalian ada yang bernama Uwais bin Amir”, sampai suatu hari beliau bertemu
dengan Uwais, beliau bertanya, “engkau Uwais bin Amir?”, “Betul” Jawabnya.
Khalifah Umar bertanya, “Engkau dahulu tinggal di Murrad kemudian tinggal di
daerah Qorn?”, “Betul,” sahutnya. Beliau bertanya, “Dulu engkau pernah terkena
penyakit belang lalu sembuh akan tetapi masih ada belang di tubuhmu sebesar
uang dirham?”, “Betul.” Beliau bertanya, “Engkau memiliki seorang ibu.”
Khalifah Umar mengatakan, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Uwais bin Amir akan datang bersama rombongan orang dari Yaman
dahulu tinggal di Murrad kemudian tinggal di daerah Qorn. Dahulu dia pernah
terkena penyakit belang, lalu sembuh, akan tetapi masih ada belang di tubuhnya
sebesar uang dirham. Dia memiliki seorang ibu, dan dia sangat berbakti kepada
ibunya. Seandainya dia berdoa kepada Allah, pasti Allah akan mengabulkan
doanya. Jika engkau bisa meminta kepadanya agar memohonkan ampun untukmu kepada
Allah maka usahakanlah.” Maka mohonkanlah ampun kepada Allah untukku,
Uwais al-Qarni lantas berdoa memohonkan ampun untuk Umar Ibnul Khaththab.
Setelah itu Umar bertanya kepadanya, “Engkau hendak pergi ke mana? “Kuffah,”
jawabnya. Beliau bertanya lagi, “Maukah ku tuliskan surat untukmu kepada
gubernur Kuffah agar melayanimu? Uwais al-Qorni mengatakan, “Berada di
tengah-tengah banyak orang sehingga tidak dikenal itu lebih ku sukai.” (HR.
Muslim)
Bentuk-bentuk Birrul Walidain
Berbuat baik kepada orang tua dapat dilakukan dalam dua kesempatan:
Saat orang tua masih hidup:
• Mentaati selama bukan maksiat. Hadits Rasulullah: “Tidak ada ketaatan
kepada makhluk dalam rangka maksiat kepada Allah”.
Contoh: Kisah Sa’ad bin Abi Waqosh.
• Bersikap rendah hati dan berbicara lemah lembut (QS.17:23)
• Memohonkan ampunan baginya kepada Allah (mendoa’kan) (QS.17:24)
• Membantu dengan harta
• Memintakan restunya terlebih dahulu atas perbuatan penting yang akn
dilakukan.
Hadits Rasulullah: “Ridho Allah ada dalam Ridho orang tua, Murka Allah juga
ada dalam Murkanya orang tua”.
Saat orang tua telah wafat:
• Menyelenggarakan pengurusan jenazahnya seperti: memandikannya,
mengkafaninya, menshalatkannya dan menguburkannya,dsb.
• Senantiasa berdo’a untuk memohonkan ampun atas segala dosanya.
• Memenuhi segala janjinya semasa hidup yang belum terlaksana seperti: wasiat,
hutang piutang, dll.
• Menghormati teman dan sahabat orang tua semasa keduanya masih hidup.
Rasulullah Muhammad S.A.W bersabda :
” Seorang laki-laki dari golongan Anshar mendatangi Rasulullah , lalu bertanya
: ‘Apakah yang tinggal bagiku untuk dapat berbuat kebaikan terhadap Ibu-Bapakku
setelah mereka meninggal ya Rasulullah ? Rasul menjawab : ‘Ada 4 macam yang
dapat anda lakukan : menshalatkannya, memohonkan ampun segala dosanya, memenuhi
janjinya dan juga menghormati teman dan sahabatnya. (HR. Muslim)
Jangan Durhaka !
Durhaka kepada orang tua (‘uquuqul walidain) termasuk dalam kategori dosa besar. Bentuknya bisa berupa tidak mematuhi perintah, mengabaikan, menyakiti, meremehkan, memandang dengan marah, mengucapkan kata-kata yang menyakitkan perasaan, sebagaimana disinggung dalam Al-Qur’an: “Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan ‘ah’ kepada orang tua.” (Al-Isra’ : 23). Jika berkata ‘ah/cis/huh’ saja nggak boleh, apalagi yang lebih kasar daripada itu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Barangsiapa membuat hati orang tua sedih, berarti dia telah durhaka kepadanya.” (Riwayat Bukhari). Dalam kesempatan lain Rasulullah bersabda, “Termasuk perbuatan durhaka seseorang yang membelalakkan matanya karena marah.” (Riwayat Thabrani).
Orang tua kita, siapa pun orangnya, memang harus dihormati, apalagi jika beliau seorang muslim. Rasulullah pernah berpesan, “Seorang muslim yang mempunyai kedua orang tua yang muslim, kemudian ia senantiasa berlaku baik kepadanya, maka Allah berkenan membukakan dua pintu surga baginya. Kalau ia memiliki satu orang tua saja, maka ia akan mendapatkan satu pintu surga terbuka. Dan kalau ia membuat kemurkaan kedua orang tua maka Allah tidak ridha kepada-Nya.” Maka ada seorang bertanya, “Walaupun keduanya berlaku zhalim kepadanya?” Jawab Rasulullah, “Ya, sekalipun keduanya menzhaliminya.” (Riwayat Bukhari)
Berhubungan dengan orang tua memang harus hati-hati. Jangan sampai hanya karena emosi, kelalaian, ketidaksabaran plus rasa ego kita yang besar, kita terjerumus ke dalam ‘uququl walidain yang berarti kemurkaan Allah. Na’udzubillah. Bukankah dalam sebuah hadits Rasulullah pernah berpesan bahwa keridhaan Allah berada dalam keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah berada dalam kemarahan orang tua? Dus, selagi masih ada waktu dan kesempatan, tunjukkanlah cinta, sayang, hormat, dan bakti kita kepada keduanya, hanya untuk satu tujuan: meraih cinta, ampunan, pahala, dan ridha-Nya…
3.Jihad Di jalan Allah
Seperti diterangkan dalam al Qur’an dan as Sunnah kemudian dibukukan dalam
ratusan kitab fiqh oleh ulama’ salafus sholeh dan ulama’-ulama’ zaman sekarang
(dan mu’tabar; jadi rujukan dan pegangan umat Islam), bisa diringkas;
Secara bahasa kata “al-jihaad” berasal dari kata “jaahada”, yang bermakna “al-juhd”
(kesulitan) atau “al-jahd” (tenaga atau kemampuan).Imam Ibnu
Mandzur dalam Kitab Lisaan al-’Arab nya, secara bahasa, al-jihaad
artinya;mengerahkan kemampuan dan tenaga yang ada, baik berupa perkataan maupun
perbuatan.
Dalam kitab Syarh al-Qasthalaani ‘alaa Shahiih al-Bukhaariy
dinyatakan sebagai berikut Kata jihaad merupakan pecahan dari kata al-jahd,
dengan huruf jim difathah yang berarti: at-ta’b (lelah) dan
al-masyaqqah (sulit). Sebab, kelelahan dan kesulitan yang ada di dalamnya
bersifat terus-menerus. Kata jihaad bisa merupakan bentuk pecahan dari kata
al-juhd dengan “jim” didhammah, yang berarti: at-thaaqah (kemampuan atau
tenaga). Sebab, masing-masing mengerahkan tenaganya untuk melindungi
shahabatnya.
Di dalam al-Quran dan Sunnah, kata jihaad diberi arti baru oleh syariat dari
arti asal (bahasanya) atau menuju makna yang lebih khusus, yaitu, “mengerahkan
seluruh kemampuan untuk berperang di jalan Allah, baik secara langsung, dengan
bantuan keuangan, pendapat (pemikiran), memperbanyak kuantitas (taktsiir
al-sawaad) ataupun yang lain (Ibn ‘Abidiin, Haasyiyah, juz III, hal. 336)
Dengan demikian, ketika kata “jihad” disebut, secara otomatis orang akan
memaknainya dengan makna syariatnya –berperang di jalan Allah”, bukan dengan
makna bahasanya. Jihad dengan makna khusus ini, bisa ditemukan pada ayat-ayat
Madaniyah. Sedangkan kata jihad di dalam ayat-ayat Makkiyah, maknanya merujuk
pada makna bahasanya (bersungguh-sungguh).
Para ulama empat madzhab juga telah sepakat bahwa jihad harus dimaknai
sesuai dengan hakekat syariatnya, yakni berperang di jalan Allah baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Madzhab as-Syaafi’i, sebagaimana yang dinyatakan dalam kitab al-Iqnaa’,
mendefinisikan jihad dengan “berperang di jalan Allah”. Al-Siraazi juga
menegaskan dalam kitab al-Muhadzdzab; sesungguhnya jihad itu adalah perang.
Dalam masalah ini, Ibnu Qudamah dalam al Mughni-nya berkata: Ribaath
(menjaga perbatasan) merupakan pangkal dan cabang jihad. Beliau juga
mengatakan: Jika musuh datang, maka jihad menjadi fardlu ‘ain bagi mereka… jika
hal ini memang benar-benar telah ditetapkan, maka mereka tidak boleh
meninggalkan (wilayah mereka) kecuali atas seizin pemimpin (mereka). Sebab,
urusan peperangan telah diserahkan kepadanya.
Jihad Ofensif dan Jihad Defensif
Dr. Mohammad Khair Haekal di dalam kitab al-Jihad wa al-Qital menyatakan,
bahwa sebab dilaksanakannya jihad fi sabilillah bukan hanya karena adanya musuh
(jihad defensif), akan tetapi juga dikarenakan tugas Daulah Islamiyyah dalam
mengemban dakwah Islam ke negara lain, atau agar negara-negara lain tunduk di
bawah kekuasaan Islam (jihad ofensif).
Hanya saja, para ulama berbeda pendapat dalam menentukan batas minimal jihad
yang dilakukan oleh negara. Imam al-Mawardiy dalam kitab al-Iqnaa’, hal.175
menyatakan, “Hukum jihad adalah fardlu kifayah, dan imamlah yang berwenang
melaksanakan jihad…ia wajib melaksanakan jihad minimal setahun sekali, baik ia
pimpin sendiri, atau mengirim ekspedisi perang.”
Syeikh Imam Nawawi al-Bantani al-Jawi dalam kitab Nihayah Az-Zain, “Jihad
itu adalah fardhu kifayah untuk setiap tahun, apabila orang-orang kafir berada
di negeri mereka. Paling sedikit satu kali dalam satu tahun, tapi apabila lebih
tentu lebih utama, selama tidak ada kebutuhan lebih dari satu kali. Jika jihad
tidak dilakukan maka wajib atas sebagian (kaum Muslimin) untuk mengajak jihad,
dengan salah satu dari dua cara”.
Berdasarkan pendapat di atas dapatlah disimpulkan bahwa jihad yang dilakukan
oleh kaum Muslim bisa berujud jihad ofensif maupun defensive. Jadi jihad itu
bukan terorisme, dan jihad tidak sama dan tidak identik dengan terminologi
kekerasan.
Terakhir dan terpenting dari segalanya adalah bahwa jihad harus dilaksanakan
demi Allah, bukan untuk memperoleh tanda jasa, pujian, apalagi keuntungan
duniawi.
Firman Allah dalam QS. al- Hajj (22): 78
Terjemahannya:
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang
sebenar-benarnya.
Mujahid adalah yang mencurahkan seluruh kemmpuannya dan berkorban
dengan nyawa atau tenaga, pikiran, emosi, dan apa saja yang berkaitan dengan
diri manusia. Jihad adalah cara untuk mencapai tujuan. Caranya disesuaikan
dengan tujuan yang ingin dicapai dan dengan modal yang tersedia. Jihad tidak
mengenal putus asa, menyerah, bahkan, tidak pula pamrih.
Dengan demikian beraneka ragam jihad dari segi lawan dan buahnya. Ada jihad
melawan orang-orang kafir, munafik, setan, hawa nafsu dan lain-lain. Buahnyapun
berbeda-beda. Jihad seorang ilmuwan adalah pemanfaatan ilmunya; Pemimpin adalah
keadailannya; pengusaha adalah kejujurannya; Pemangkul senjata adalah
kemerdekaan dan penaklukan manusia yang zalim. Semua jihad, apapun bentuknya
dan siapapun lawannya, harus karena Allah dan tidak boleh berhenti sebelum
berhasil atau kehabisan modal. Itula yang dimaksud dengan (حق جهاده) haqq
jihadihi dalam firman-Nya di atas.
Mereka yang berjihad pasti diberi petunjuk dan jalan untuk mencapai
cita-citanya. Firman Allah dalam QS. al-Ankabut (29): 69
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar-
benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya
Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
Disamping itu para mujahid akan memdapatkan ampunan dan rezki (nikmat) yang
mulia. Firman Allah dalam QS. al-Anfal (8): 74; Akan diberikan derajat yang
tinggi dan mendapatkan kemenangan (QS. al- Taubah (9): 20; dan mendapatkan
keberuntungan (QS. al-Maidah (5): 35.
Jakarta 7/2/2013
subhanallah
BalasHapusSyirik mah itu... Menduakan alloh
Hapusmakasih buat infonya
BalasHapusThank's
BalasHapusnumpang share
BalasHapusMohon izin untuk share...
BalasHapusMohon izin untuk share...
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSemoga berkah dan bermanfaat....http://www.bukucatatan.net/2016/06/apakah-boleh-mencumbu-istri-ketika-puasa.html
BalasHapusAssalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
BalasHapussedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
agar di berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur,
saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik,
jika ingin seperti saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau
SAYA SEKELUARGA INGIN MENGUCAPKAN BANYAK TERIMAH KASIH KEPADA AKI NAWE BERKAT BANTUANNNYA SEMUA HUTANG HUTANG SAYA SUDAH PADA LUNAS SEMUA BAHKAN SEKARAN SAYA SUDAH BISA BUKA TOKO SENDIRI,ITU SEMUA ATAS BANTUAN AKI YG TELAH MEMBERIKAN ANKA JITUNYA KEPADA SAYA DAN ALHAMDULILLAH ITU BENER2 TERBUKTI TEMBUS..BAGI ANDA YG INGIN SEPERTI SAYA DAN YANG SANGAT MEMERLUKAN ANGKA RITUAL 2D 3D 4D YANG DIJAMIN 100% TEMBUS SILAHKAN HUBUNGI AKI NAWE DI 085-218-379-259
BalasHapusBanyak yg komentar masalah KOTORAN. gaya smcem DUKUN
BalasHapusyang mau mengiklankan DIKUN atau hal SYIRIK lainnya lebih baik jangan masuk sini dah, ini thread untuk mencari ilmu, bekal akhirat, bukan untuk mengiklankan dukun payah anda.
BalasHapusmakasih infonya, silahkan kunjungi web kami http://bit.ly/2PCSHxk
BalasHapusBanyak iklan dukun 🙅
BalasHapus