MENGINTIP
ALAM KUBUR ?
“Setiap jiwa pasti akan
merasakan kematian. Dan kami benar-benar akan menguji kalian dengan kejelekan
dan kebaikan, dan kepada kamilah kalian akan dikembalikan.” (QS. Al Anbiyaa': 35).
Muqaddimah
Pertama, untuk orang kafir yang tidak bisa menjawab
ketiga pertanyaan, maka adzab berlangsung terus-menerus. Sebagaimana firman
Allah Ta’ala, yang artinya, “Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan
petang, dan pada hari terjadinya kiamat (Dikatakan pada malaikat): Masukkanlah
Fir’aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras.” (QS. Ghafir: 46)
Demikian juga dalam hadits Al Barra’ bin ‘Azib tentang
kisah orang kafir, “Kemudian dibukakan baginya pintu Naar sehingga ia dapat
melihat tempat tinggalnya di sana hingga hari kiamat.” (HR. Imam Ahmad)
Kedua, untuk para pelaku maksiat yang ringan
kemaksiatannya, maka adzab hanya berlangsung beberapa waktu kemudian berhenti.
Mereka disiksa sebatas dosanya, kemudian diberi keringanan. (lihat Tahdzib
Syarh Ath Thahawiyah, Syaikh Abdul Akhir Hammad al Ghunaimi)
Saudariku, semoga Allah Melindungi kita dari adzab
kubur dan memudahkan perjalanan setelahnya. Seringan apapun adzab kubur, tidak
ada satupun dari kita yang sanggup menahan penderitaannya. Begitu banyak dosa
telah kita kerjakan… maka jangan siakan waktu lagi untuk bertaubat. Janganlah
lagi menunda berbuat kebaikan. Amal perbuatan kita, kita sendirilah yang akan
mempertanggungjawabkannya dan mendapatkan balasannya. Jika bukan kita sendiri
yang beramal shalih demi keselamatan dunia dan akhirat kita, maka siapa lagi
???
Sungguh indah nasihat Yazid Ar Riqasyi rahimahullah
yang dikatakannya pada dirinya sendiri, “Celaka engkau wahai Yazid! Siapa
yang akan mendirikan shalat untukmu setelah engkau mati? Siapa yang akan
berpuasa untukmu setelah engkau mati? Siapa yang akan memintakan maaf untukmu
setelah engkau mati?” Lalu ia berkata, “Wahai manusia, mengapa kalian
tidak menangis dan meratapi dirimu selama sisa hidupmu. Barangsiapa yang
akhirnya adalah mati, kuburannya sebagai rumah tinggalnya, tanah sebagai
kasurnya dan ulat-ulat yang menemaninya, serta dalam keadaan demikian ia
menunggu hari kiamat yang mengerikan. Wahai, bagaimanakah keadaan seperti ini?”
Lalu beliau menangis. Wallahu Ta’ala a’lam.
Fitnah Kubur ?
يُثَبِّتُ اللّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللّهُ مَا يَشَاء
Artinya :
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang
zalim dan memperbuat apa yang dia kehendaki.” (QS. Ibrahim : 27)
Menurut satu
riwayat hadis Rasulullah SAW, kibaran pakaian orang-orang yang hidup di atas
kubur ketika meninggalkan kubur si mati setelah upacara pengkebumian selesai,
dapat didengar oleh mayat yang terkujur di dalam tanah itu. Dan setelah
beberapa langkah mereka meninggalkan mayat orang yang telah dikebumikan tadi,
Allah SWT meniupkan semula roh si mati
tadi ke dalam jasadnya. Ketika itu, mayat tadi pun terkejut dan bingkas
bangun. Ada satu riwayat dari Syeikh Ibnu Hajar Haitami, roh yang dikembalikan
oleh Allah SWT kepada mayat itu hanya kepada sebahagian badannya saja iaitu
dari punggung ke atas.
Fitnah secara bahasa berarti ujian (ikhtibaar),
sedangkan secara istilah fitnah kubur adalah pertanyaan yang ditujukan kepada mayit tentang Rabbnya,
agamanya dan Nabinya. Hal ini benar berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah.
(Lihat Syarah Lum’atul I’tiqod hal 67, syaikh Muhammad bin Shalih al
‘Utsaimin)
Diriwayat oleh Bukhari dan Muslim dari hadits Al
Barra’ bin ‘Azib bahwasanya ketika seorang mayit telah selesai dikuburkan dan
dihadapkan pada alam akhirat, maka akan datang padanya dua malaikat (yaitu
malaikat Munkar dan Nakir) yang akan bertanya kepada sang mayit tiga
pertanyaan.
Pertanyaan pertama, “Man Robbuka?” … Siapakah Robbmu?
Kedua, “Wa maa diinuka?” … dan apakah agamamu?
Ketiga, “Wa maa hadzaar rujululladzii bu’itsa fiikum?” … dan siapakah orang yang telah diutus di antara kalian ini?
Pertanyaan pertama, “Man Robbuka?” … Siapakah Robbmu?
Kedua, “Wa maa diinuka?” … dan apakah agamamu?
Ketiga, “Wa maa hadzaar rujululladzii bu’itsa fiikum?” … dan siapakah orang yang telah diutus di antara kalian ini?
Tiga pertanyaan inilah yang disebut dengan fitnah
kubur. Oleh karena itu, tiga pertanyaan pokok ini merupakan masalah besar yang
penting dan mendesak untuk diketahui. Wajib bagi setiap manusia untuk
mengetahui, meyakini dan mengamalkan hal ini, baik secara lahir maupun bathin.
Tidak seorang pun dapat beralasan untuk tidak mengetahui tiga hal tersebut dan
tidak mempelajarinya. Bahkan ketiga hal ini harus dipelajari sebelum hal lain.
Perhatikanlah hal ini wahai saudariku!
Tiga pertanyaan ini juga awal dari nikmat dan siksaan
di alam kubur. Orang-orang yang bisa menjawab
adalah orang-orang yang paham, yakin dan mengamalkannya selama hidup sampai
akhir hayat dan meninggal dalam keimanan. Seorang mukmin yang bisa menjawab
ketiga pertanyaan, maka dia akan memperoleh nikmat kubur. Adapun orang kafir
yang tidak bisa menjawabnya, maka dia akan dihadapkan kepada adzab kubur.
Saudariku, Allah Ta’ala telah berfirman dalam Al
Qur’an surah Ibrahim 27, yang artinya, “Allah Meneguhkan (iman) orang-orang
yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di
akhirat, dan Allah akan Menyesatkan orang-orang yang dzalim dan Memperbuat apa
yang Dia kehendaki.”
Menurut Ibnu Katsir yang dimaksud dengan “ucapan yang
teguh” adalah seorang mukmin akan teguh di atas keimanan dan terjaga dari
syubhat dan ia akan terjaga di atas keimanan. Sedangkan di akhirat, ia akan
meninggal dalam keadaan husnul khatimah (dalam keadaan beriman) dan bisa
menjawab tiga pertanyaan.
Kita memohon kepada Allah semoga Dia meneguhkan iman kita ketika masih hidup dan ketika akan meninggal dunia. Meneguhkan kita ketika menjawab ketiga pertanyaan serta ketika dibangkitkan kelak di akhirat. Keteguhan iman di dunia dan akhirat, inilah hakikat kebahagiaan yang sesungguhnya.
Kita memohon kepada Allah semoga Dia meneguhkan iman kita ketika masih hidup dan ketika akan meninggal dunia. Meneguhkan kita ketika menjawab ketiga pertanyaan serta ketika dibangkitkan kelak di akhirat. Keteguhan iman di dunia dan akhirat, inilah hakikat kebahagiaan yang sesungguhnya.
Berita Alam Kubur ?
وَحَاقَ بِآَلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آَلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
“Maka
Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Firaun beserta kaumnya
dikepung oleh azab yang amat buruk.
Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari
terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Firaun dan kaumnya
ke dalam azab yang sangat keras”.” (QS. Ghafir/ Al Mu’min: 45-46)
وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آَيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu
melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan
sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil
berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang
sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan)
yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap
ayat-ayat-Nya.” (QS. Al An’am: 93)
وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لَا تَشْعُرُونَ
“Dan
janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah,
(bahwa mereka itu) mati; bahkan
(sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS. Al
Baqarah: 154)
لَوْلَا أَنْ لَا تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُسْمِعَكُمْ من عَذَابَ الْقَبْرِ ما أسمعني
“Seandainya
kalian tidak akan saling menguburkan, tentulah aku akan berdoa kepada Allah
agar memperdengarkan kepada kalian siksa
kubur yang aku dengar.” (HR. Muslim 7393, Ahmad 12026, dari sahabat Anas
bin Malik radhilallahu’anhu)”
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَتْ عَلَىَّ عَجُوزَانِ مِنْ عُجُزِ يَهُودِ الْمَدِينَةِ فَقَالَتَا لِى إِنَّ أَهْلَ الْقُبُورِ يُعَذَّبُونَ فِى قُبُورِهِمْ ، فَكَذَّبْتُهُمَا ، وَلَمْ أُنْعِمْ أَنْ أُصَدِّقَهُمَا ، فَخَرَجَتَا وَدَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فَقُلْتُ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ عَجُوزَيْنِ وَذَكَرْتُ لَهُ ، فَقَالَ « صَدَقَتَا ، إِنَّهُمْ يُعَذَّبُونَ عَذَابًا تَسْمَعُهُ الْبَهَائِمُ كُلُّهَا » . فَمَا رَأَيْتُهُ بَعْدُ فِى صَلاَةٍ إِلاَّ تَعَوَّذَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
“Dari
Aisyah Radhiallahu ‘anha, ia berkata: Suatu ketika ada dua orang tua dari
kalangan Yahudi di Madinah datang kepadaku. Mereka berdua berkata kepadaku
bahwa orang yang sudah mati diadzab di
dalam kubur mereka. Aku pun mengingkarinya dan tidak mempercayainya.
Kemudian mereka berdua keluar. Lalu Nabi shallallahu’alaihi wa sallam datang
menemuiku. Maka aku pun menceritakan apa yang dikatakan dua orang Yahudi tadi
kepada beliau. Beliau lalu bersabda: ‘Mereka berdua benar, orang yang sudah
mati akan diadzab dan semua binatang ternak dapat mendengar suara adzab
tersebut’. Dan aku pun melihat beliau
senantiasa berlindung dari adzab kubur setiap selesai shalat” (HR. Bukhari
6005)
Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا أُقْعِدَ الْمُؤْمِنُ فِى قَبْرِهِ أُتِىَ ، ثُمَّ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ ( يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ )
“Jika
seorang mu’min telah didudukkan di dalam kuburnya, ia kemudian didatangi (oleh
dua malaikat lalu bertanya kepadanya), maka dia akan menjawab dengan mengucapkan:’Laa ilaaha illallah wa anna muhammadan
rasuulullah’. Itulah yang dimaksud al qauluts tsabit dalam firman Allah
Ta’ala (yang artinya): ‘Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan al
qauluts tsabit’ (QS. Ibrahim: 27)” (HR. Bukhari 1369, Muslim 7398)
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِحَائِطٍ مِنْ حِيطَانِ الْمَدِينَةِ أَوْ مَكَّةَ ، فَسَمِعَ صَوْتَ إِنْسَانَيْنِ يُعَذَّبَانِ فِى قُبُورِهِمَا ، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يُعَذَّبَانِ ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِى كَبِيرٍ » ، ثُمَّ قَالَ « بَلَى ، كَانَ أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ ، وَكَانَ الآخَرُ يَمْشِى بِالنَّمِيمَةِ
“Dari
Ibnu ‘Abbas, ia berkata: Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar dari
sebagian pekuburan di Madinah atau Makkah. Lalu beliau mendengar suara dua
orang manusia yang sedang diadzab di kuburnya. Beliau bersabda, ‘Keduanya
sedang diadzab. Tidaklah keduanya diadzab karena dosa besar (menurut mereka
bedua)’, lalu Nabi bersabda: ‘Padahal itu merupakan dosa besar. Salah satu di antara
keduanya diadzab karena tidak membersihkankan bekas kencingnya, dan yang lain
karena selalu melakukan namiimah (adu domba)” (HR. Bukhari 6055, Muslim 703)
Ikhtitam
Utsman
bin Affan Radhiallahu’anhu berkata:
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : « إن القبر أول منازل الآخرة فمن نجا منه فما بعده أيسر منه ، ومن لم ينج منه فما بعده أشد منه » قال : فقال عثمان رضي الله عنه : ما رأيت منظرا قط إلا والقبر أفظع منه
“Aku
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Alam kubur adalah
awal perjalanan akhirat, barang siapa yang berhasil di alam kubur, maka
setelahnya lebih mudah. Barang siapa yang tidak berhasil, maka setelahnya lebih
berat’
Utsman
Radhiallahu’anhu berkata, ‘Aku tidak pernah memandang sesuatu yang lebih
mengerikan dari kuburan’” (HR. Tirmidzi 2308, ia berkata: “Hasan Gharib”,
dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam Futuhat Rabbaniyyah, 4/192)
Sumber:1.Al-Qur’an Hadits 2.http://muslimah.or.id
JAKARTA 13/3/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar