MAKNA SABAR MENURUT
SUFI ?
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian
dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada
Allah, supaya kalian beruntung.” (Ali Imran: 200)
"Bersabarlah, dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan
pertolongan Allah."
(Q.s. An Nahl: 127).
Muqaddimah
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو
الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِل لَّهُمْ
“Maka
bersabarlah kamu seperti kesabaran orang-orang yang mempunyai keteguhan hati
dari kalangan rasul-rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi
mereka.” (al-Ahqaf: 35)
Tingkatan Sabar (Ash-Shabru). Itu
ada Karena dalam laku tasuwuf (orang
sufi) akan mengalami banyak hambatan, maka seorang sufi harus berlaku sabar.
Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi
istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah "Shobaro", yang
membentuk infinitif (masdar) menjadi "shabran". Dari segi bahasa,
sabar berarti menahan dan mencegah. Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang
hamba. Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah:
Menahan diri dari sifat kegundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Kedudukan sabar dalam iman laksana kepala bagi seluruh tubuh. Apabila kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi kehidupan di dalam tubuh.”
Menahan diri dari sifat kegundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Kedudukan sabar dalam iman laksana kepala bagi seluruh tubuh. Apabila kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi kehidupan di dalam tubuh.”
Allah berfirman (QS.An-Nahl:127).
Yang Artinya: ”Bersabarlah, dan tiadalah kesabaran itu melainkan dengan
pertolongan Allah”
Syaikh Muhammad bin Shalih Al
‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar itu terbagi menjadi tiga macam:
1. Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada
Allah
2. Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal
yang diharamkan Allah
3. Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir
Allah yang dialaminya, berupa
berbagai hal yang menyakitkan dan gangguan yang timbul di luar kekuasaan
manusia ataupun yang berasal dari orang lain.
melebihinya. Allah swt. berjanji, "Dan sesungguhnya Kami akan memberi
balasan kepada orang orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang mereka kerjakan". (Q.s. An Nahl: 96)."
Amru bin Utsman
mengatakan, "Sabar adalah berlaku teguh terhadap Allah swt. dan menerima
cobaan cobaan Nya dengan sikap lapang dada dan tenang."
Sabar Ala Sufi ?
Al-Syibli, seorang sufi, ditanya oleh seorang pemuda
mengenai sabar. ''Sabar macam apa yang paling sulit?'' tanya pemuda itu.
''Sabar demi Allah,'' jawab Al-Syibli. ''Bukan,'' tolak si pemuda. ''Sabar
dalam Allah,'' jawab Al-Syibli. ''Bukan,'' katanya. ''Sabar dengan Allah,''
ucapnya. ''Bukan,'' bantahnya. ''Terkutuklah kamu, sabar macam apa itu?'' kata
Al-Syibli jengkel. ''Sabar dari Allah,'' jawab pemuda itu. Al-Syibli menangis,
lalu pingsan.
Dalam literatur tasawuf, sabar (sabr) salah satu maqam, selain zuhd, ma'rifah, mahabbah, tawbah, wara,' faqr, tawakkal, dan ridha. Menurut Nashiruddin Al-Thusi dalam Manazil Al-Sa'irin, ''Sabar membuat batin tidak sedih, lidah tidak mengeluh, dan anggota badan tidak melakukan gerakan-gerakan.''
Dalam literatur tasawuf, sabar (sabr) salah satu maqam, selain zuhd, ma'rifah, mahabbah, tawbah, wara,' faqr, tawakkal, dan ridha. Menurut Nashiruddin Al-Thusi dalam Manazil Al-Sa'irin, ''Sabar membuat batin tidak sedih, lidah tidak mengeluh, dan anggota badan tidak melakukan gerakan-gerakan.''
Syaikh Junaid menegaskan, "Perjalanan dari dunia ke akhirat adalah
mudah bagi orang beriman, tetapi hijrahnya di sisi Allah swt. adalah sulit. Dan
perjalanan dari diri sendiri menuju Allah swt. adalah sangat sulit, tetapi yang
lebih sulit lagi adalah bersabar bersama Allah swt."Ketika ditanya tentang
sabar, Syaikh Junaid menjawab, "Sabar adalah meneguk kepahitan tanpa wajah
cemberut."
Imam Ali bin Abu Thalib as mengatakan, "Hubungan antara sabar dengan
iman adalah seperti hubungan antara kepala dengan badan."
Abul Qasim al Hakim menjelaskan, "Firman Allah swt, 'Dan bersabarlah,'
adalah perintah untuk beribadat, dan firman Nya, 'Dan tiadalah kesabaranmu itu
melainkan dengan pertolongan Allah,' (Q.s. An Nahl: 127) adalah untuk ubudiyah.
Barangsiapa naik dari derajat 'bagi Mu' menuju derajat 'dengan Mu', maka ia
telah beralih dari derajat ibadat ke ubudiyah.
Dzun Nuun berkata, "Sabar adalah menjauhi pelanggaran dan tetap
bersikap rela sementara merasakan sakitnya penderitaan, dan sabar juga
menampakkan kekayaannya ketika ditimpa kemiskinan di lapangan kehidupan."
Ruwaym berkata, "Sabar adalah meninggalkan keluh kesah."
Dzun Nuun berkata, "Sabar adalah meminta pertolongan kepada Allah
swt."
Syeikh Abu Ali ad Daqqaq mengatakan, "Sabar adalah seperti namanya.
"
Ibnu Atha' berkata, "Sabar adalah tetap tabah dalam malapetaka dengan
perilaku adab." Dikatakan, "Sabar adalah fana jiwa dalam cobaan,
tanpa keluhan."
Al-junayd menegaskan, “perjalanan
dari dunia ke akhirat adalah mudah bagi orang yang beriman, tetapi menghindari
makhluk demi allah adalah sulit. Dan perjalanan dari diri sendiri menuju Allah
SWT adalah sangat sulit, tetapi yang lebih sulit lagi adalah bersabar terhadap
Allah.” Ketika ditanya sabar Al-junayd menjawab, ”sabar adalah meminum
kepahitan tanpa wajah cemberut.” Dan Ali bin abi thalib ra,
menyatakan,”hubungan antara sabar dengan iman seperti hubungan antara kepala
dengan badan.”
Al-jurayri menjelaskan,“sabar
tidaklah membedakan keadaan bahagia atau menderita, disertai dengan ketentraman
pikiran dalam keduanya. Ketabahan yang sabar adalah mengalami kedamaian ketika
menerima cobaan, meskipun dengan adanya kesadaran akan beban penderitaan.”
Syaikh Abu Ali ad-daqqaq
menegaskan,”kebenaran hakiki tentang sabar adalah jika si hambah keluar dari
cobaan dalam keadaan seperti ketika ia memasukinya, sebagaimana yang dikatakan
oleh ayub as pada Akhir cobaan yang menimpanya, ‘sesungguhnya aku telah ditimpa
penyakit dan Engkau adalah tuhan yang maha penyayang diantara semua yang
penyayang’(QS.Al-Anbiya’:83). Ayyub memperlihatkan sikap berbicara yang layak
dengan ucapanya,’Dan Engkau adalah Tuhan yang maha penyayang diantara semua
yang menyayangi’ tetapi dia tidak bicara secara eksplesit [seperti yang dikatakanya],
‘Limpahkanlah kasih saying-Mu kepadaku’.”
Syeikh Abu Ali ad Daqqaq berkomentar, "Orang yang sabar akan mencapai
derajat yang tinggi di dunia dan di akhirat, sebab mereka telah mendapat
derajat 'kesertaan' di sisi Allah swt. sebagaimana firman Nya,
"Sesungguhnya Allah beserta orang orang yang sabar." (Q.s. Al Anfal:
46).
Dikatakan mengenai arti firman Allah swt, "Hai orang orang yang
beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan katakanlah (dirimu
kepada Allah)." (Q.s. Ali 1mran: 200), bahwa sabar (shabr) adalah berada
di bawah tahap berteguh hati dalam kesabaran (mushaabarah) dan di bawah tahap
mengaitkan diri kepada Allah (muraabathah)."
Ibn ‘Ata’illah membagi sabar menjadi 3 macam sabar terhadap perkara haram,
sabar terhadap kewajiban, dan sabar terhadap segala perencanaan (angan-angan)
dan usaha.
Sabar terhadap perkara haram adalah sabar terhadap hak-hak manusia. Sedangkan sabar terhadap kewajiban adalah sabar terhadap kewajiban dan keharusan untuk menyembah kepada Allah. Segala sesuatu yang menjadi kewajiban ibadah kepada Allah akan melahirkan bentuk sabar yang ketiga yaitu sabar yang menuntut sufi untuk meninggalkan segala bentuk angan-angan kepada-Nya. “Sabar atas keharaman adalah sabar atas hak-hak kemanusiaan. Dan sabar atas kewajiban adalah sabar atas kewajiban ibadah. Dan semua hal yang termasuk dalam kewajiban ibadah kepada Allah mewajibkan pula atas sufi untuk meniadakan segala angan-angannya bersama Allah”
Sabar terhadap perkara haram adalah sabar terhadap hak-hak manusia. Sedangkan sabar terhadap kewajiban adalah sabar terhadap kewajiban dan keharusan untuk menyembah kepada Allah. Segala sesuatu yang menjadi kewajiban ibadah kepada Allah akan melahirkan bentuk sabar yang ketiga yaitu sabar yang menuntut sufi untuk meninggalkan segala bentuk angan-angan kepada-Nya. “Sabar atas keharaman adalah sabar atas hak-hak kemanusiaan. Dan sabar atas kewajiban adalah sabar atas kewajiban ibadah. Dan semua hal yang termasuk dalam kewajiban ibadah kepada Allah mewajibkan pula atas sufi untuk meniadakan segala angan-angannya bersama Allah”
Macamnya Sabar ?
Dialog ini menjelaskan kepada kita mengenai tingkatan sabar bagi kaum sufi. Sabar dari Allah (ash-shabr 'an Allah) paling sulit ditempuh dari tingkatan sabar lainnya. Untuk mencapai maqam ini, Ali bin Abi Thalib selalu berdoa, ''Ya, Tuhanku, Junjunganku, Pelindungku! Sekiranya aku bersabar menanggung siksa-Mu, bagaimana aku mampu bersabar berpisah dari-Mu?!''
Dialog ini menjelaskan kepada kita mengenai tingkatan sabar bagi kaum sufi. Sabar dari Allah (ash-shabr 'an Allah) paling sulit ditempuh dari tingkatan sabar lainnya. Untuk mencapai maqam ini, Ali bin Abi Thalib selalu berdoa, ''Ya, Tuhanku, Junjunganku, Pelindungku! Sekiranya aku bersabar menanggung siksa-Mu, bagaimana aku mampu bersabar berpisah dari-Mu?!''
Sabar ada dua macam:
Sabar para ahli lbadat (abidin) dan sabar Para pecinta (muhibbin). Mengenai
sabar para ahli ibadat, adalah lebih baik jika sabar macam ini dipelihara.
Mengenai sabar para pecinta sebaiknya ditinggalkan.
Ikhtitam
Sedang bagi orang awam seperti kita, ada tiga tingkatan sabar seperti dijelaskan Nabi Muhammad SAW dalam Al-Kafi. Ali bin Abi Thalib berkata, ''Rasulullah bersabda, 'Ada tiga macam sabar: sabar ketika menderita, sabar dalam ketaatan, dan sabar untuk tidak membuat maksiat.
Sedang bagi orang awam seperti kita, ada tiga tingkatan sabar seperti dijelaskan Nabi Muhammad SAW dalam Al-Kafi. Ali bin Abi Thalib berkata, ''Rasulullah bersabda, 'Ada tiga macam sabar: sabar ketika menderita, sabar dalam ketaatan, dan sabar untuk tidak membuat maksiat.
وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
“Dan Allah
mencintai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 146)
Sumber:1.Al-Qur’an Hadits 2.http://hikmahpsikologku.blogspot.com
3http://www.republika.co.id
4.http://cafe-sufi.blogspot.com
JAKARTA 12/3/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar