PENGHAFAL AL-QUR’AN
AHLULLAH ?
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرّاً وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَّن تَبُورَ. لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan
shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada
mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan
yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka
dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Mensyukuri. (QS Al Fathir: 29-30)
Muqaddimah
Sebagian kaum Muslimin ternyata masih banyak yang
belum memahami mengapa mereka perlu untuk menghafal Al Qur’an. Bahkan ada yang
mengatakan, “mengapa kita bangga dengan anak-anak yang hafal Qur’an yang
notabene bukan bahasa kita? bukankah lebih baik mengajarkan mereka membaca
terjemahannya agar bisa menerapkan nilai luhur di dalamnya?”
Perkataan ini keluar tentu karena ketidak-pahaman
mengenai keutamaan dan urgensi menghafal Al Qur’an. Orang tersebut juga tidak
memahami keutamaan Al Qur’an serta bagaimana cara mempelajari Al Qur’an,
sehingga ia merasa cukup dengan terjemahan Al Qur’an saja dalam mempelajari Al
Qur’an. Oleh karena itu mari kita simak pembahasan berikut..
Hukum menghafal Al Qur’an
Menurut Imam Nawawi hukum menghafal Al-Qur’an adalah fardu
kifayah. Termasuk hukumnya fardu kifayah, ilmu-ilmu syara’ yang mesti
diperoleh oleh seorang muslim untuk menegakkan agamanya seperti menghafal
Al-Qur’an. Yang dimaksud dengan fardu kifayah yaitu kewajiban yang ditujukan
kepada semua mukallaf atau sebahagian dari mereka yang apabila diantara
mereka (cukup sebagiannya saja) melaksanakannya maka akan menggugurkan dosa
yang lainnya (yang tidak melaksanakan) dan apabila tidak ada seorangpun yang
melaksanakan kewajiban tersebut maka dosanya ditanggung bersama. .
Orang yang melaksanakan fardu kifayah itu mempunyai
kelebihan tersendiri dari pada orang yang melaksanakan fardu ‘ain, karena dia
menggugurkan dosa umat yang tidak melaksanakan. Imam Haramain dalam kitab
Al-Giyaai mengungkapakan bahwa fardu kifayah lebih utama dari pada fardu
‘ain dilihat dari bahwa pelakunya itu menutupi dan menggugurkan dosa umat
islam yang lainnya sedangkan fardu ain hanya untuk dirinya sendiri.
Syaikh Ibnu Baz mengatakan, “menghafal Al Qur’an
adalah mustahab (sunnah)” (Fatawa Nurun ‘alad Darbi, 89906).
Namun yang rajih insya Allah, menghafal Al Qur’an adalah fardhu
kifayah, wajib diantara kaum Muslimin ada yang menghafalkan Al Qur’an, jika
tidak ada sama sekali maka mereka berdosa (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah,
17/325).
Keutamaan menghafal Al Qur’an ?
1. Penghafal Qur’an adalah Shahibul
Qur’an
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani menyatakan,
“ketahuilah, makna dari shahibul Qur’an adalah orang yang
menghafalkannya di hati. berdasarkan sabda nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
يؤم القوم أقرؤهم لكتاب الله
“hendaknya yang mengimami sebuah kaum adalah yang
paling aqra’ terhadap kitabullah”
maksudnya yang paling hafal. Maka derajat surga yang
didapatkan seseorang itu tergantung pada banyak hafalan Al Qur’annya di dunia,
bukan pada banyak bacaannya, sebagaimana disangka oleh sebagian orang. Maka di
sini kita ketahui keutamaan yang besar bagi pada penghafal Al Qur’an. Namun
dengan syarat ia menghafalkan Al Qur’an untuk mengharap wajah Allah tabaaraka
wa ta’ala, bukan untuk tujuan dunia atau harta” (Silsilah Ash Shahihah,
5/281).
2. Al Qur’an akan menjadi syafa’at
bagi shahibul Qur’an
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda:
اقرأوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعا لأصحابه
“bacalah Al Qur’an, karena ia akan datang pada hari
kiamat sebagai syafa’at bagi shahibul Qur’an” (HR. Muslim 804)
3. Derajat di surga tergantung pada
hafalan Qur’an
Semakin banyak hafalannya, akan semakin tinggi
kedudukan yang didapatkan di surga kelak. Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
يقال لصاحب القرآن اقرأ وارتقِ، ورتل كما كنت ترتل في الدنيا، فإن منزلك عند آخر آية تقرؤها
“akan dikatakan kepada shahibul qur’an (di akhirat)
: bacalah dan naiklah, bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membaca dengan
tartil di dunia. karena kedudukanmu tergantung pada ayat terakhir yang engkau
baca” (HR. Abu Daud 2240, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud).
4. Termasuk sebaik-baik manusia
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda:
خيركم من تعلم القرآن وعلَّمه
“sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al
Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Al Bukhari 4639).
5. Allah mengangkat derajat shahibul
Qur’an di dunia
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda:
إن الله يرفع بهذا الكتاب أقواماً ويضع به آخرين
“sesungguhnya Allah mengangkat beberapa kaum dengan
Al Qur’an ini dan menghinakan yang lain dengannya” (HR. Muslim 817)
6. Penghafal Al Qur’an lebih
diutamakan untuk menjadi imam
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda:
يؤم القوم أقرؤهم لكتاب الله
“hendaknya yang mengimami sebuah kaum adalah yang
paling aqra’ terhadap kitabullah” (HR. Abu Daud 582, dishahihkan Al Albani
dalam Shahih Abi Daud)
Fadhail Akhirat ?
1. Al Qur'an akan menjadi penolong (syafa'at) bagi penghafal
Dari Abi Umamah ra. ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam bersabda, "Bacalah olehmu Al Qur'an, sesungguhnya ia
akan menjadi pemberi syafa'at pada hari kiamat bagi para pembacanya
(penghafalnya)."" (HR. Muslim)
2. Hifzhul Qur'an akan meninggikan derajat manusia di surga
Dari Abdillah bin Amr bin 'Ash dari Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam, beliau bersabda, "Akan dikatakan kepada shahib Al Qur'an,
"Bacalah dan naiklah serta tartilkan sebagaimana engkau dulu mentartilkan
Al Qur'an di dunia, sesungguhnya kedudukanmu di akhir ayat yang kau baca."
(HR. Abu Daud dan Turmudzi)
Para ulama menjelaskan arti shahib Al Qur'an adalah orang yang hafal
semuanya atau sebagiannya, selalu membaca dan mentadabur serta mengamalkan
isinya dan berakhlak sesuai dengan tuntunannya.
3. Para penghafal Al Qur'an bersama para malaikat yang mulia dan taat
"Dan perumpamaan orang yang membaca Al Qur'an sedangkan ia hafal
ayat-ayatnya bersama para malaikat yang mulia dan taat." (Muttafaqun
'alaih)
4. Bagi para penghafal kehormatan berupa tajul karamah (mahkota kemuliaan)
Mereka akan dipanggil, "Di mana orang-orang yang tidak terlena oleh
menggembala kambing dari membaca kitabku?" Maka berdirilah mereka dan
dipakaikan kepada salah seorang mereka mahkota kemuliaan, diberikan kepadanya
kesuksesan dengan tangan kanan dan kekekalan dengan tangan kirinya. (HR.
At-Tabrani)
5. Kedua orang tua penghafal Al Qur'an mendapat kemuliaan
Siapa yang membaca Al Qur'an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka
dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya
matahari dan kedua orang tuanya dipakaiakan dua jubah (kemuliaan) yang tidak
pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, "Mengapa kami dipakaikan
jubah ini?" Dijawab,"Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian
untuk mempelajari Al Qur'an." (HR. Al-Hakim)
6. Penghafal Al Qur'an adalah orang yang paling banyak mendapatkan pahala
dari Al Qur'an
Untuk sampai tingkat hafal terus menerus tanpa ada yang lupa, seseorang
memerlukan pengulangan yang banyak, baik ketika sedang atau selesai menghafal.
Dan begitulah sepanjang hayatnya sampai bertemu dengan Allah. Sedangkan pahala
yang dijanjikan Allah adalah dari setiap hurufnya.
"Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur'an maka baginya satu hasanah,
dan hasanah itu akan dilipatgandakan sepuluh kali. Aku tidak mengatakan Alif
Lam Mim itu satu huruf, namun Alif itu satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu
huruf." (HR. At-Turmudzi)
7. Penghafal Al Qur'an adalah orang yang akan mendapatkan untung dalam
perdagangannya dan tidak akan merugi
Urgensi menghafal Al Qur’an
Selain keutamaan-keutamaan di atas, ada beberapa hal
juga yang menjadi pendorong untuk kita semua agar menghafalkan Al Qur’an:
1. Meneladani Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam
Panutan kita, Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam menghafalkan Al Qur’an, dan setiap bulan Ramadhan Jibril datang
kepada beliau untuk mengecek hafalan beliau. Hal ini diceritakan oleh Ibnu
Abbas radhiallahu’anhuma:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس ، وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل ، وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيُدارسه القرآن ، فالرسول الله صلى الله عليه وسلم أجودُ بالخير من الريح المرسَلة
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan
saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al
Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi
angin yang berhembus” (HR. Bukhari, no.6)
2. Membaca Al Qur’an adalah ibadah
yang agung
Membaca Al Qur’an adalah ibadah, setiap satu huruf
diganjar satu pahala.
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
“barangsiapa yang membaca 1 huruf dari Al Qur’an,
maka baginya 1 kebaikan. dan 1 kebaikan dilipat-gandakan 10x lipat. aku tidak
mengatakan alif lam miim itu satu huruf, tapi alim satu huruf, lam satu huruf
dan mim satu huruf” (HR. At Tirmidzi 2910, ia berkata: “hasan shahih gharib
dari jalan ini”)
Dan banyak lagi keutamaan dari membaca Al Qur’an. Maka
seorang Muslim yang hafal Al Qur’an dapat dengan mudahnya membaca kapan saja
dimana saja, langsung dari hafalannya tanpa harus membacanya dari mushaf.
Dan ini merupakan ibadah yang agung. Ibnu Mas’ud berkata:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَعْلَمَ أَنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ فَلْيَنْظُرْ، فَإِنْ كَانَ يُحِبُّ الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ
“Barangsiapa yang ingin mengetahui bahwa dia
mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka perhatikanlah, jika ia mencintai Al Quran
maka ia mencintai Allah dan Rasul-Nya” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul
Iman, Al Haitsami dalam Majma Az Zawaid berkata: “semua rijalnya shahih”).
3. Modal utama dalam mempelajari
agama
Al Qur’an adalah sumber hukum dalam Islam. Dengan
menghafalkan Al Qur’an, seseorang lebih mudah dalam mempelajari ilmu agama. Ia
mempelajari suatu permasalahan ia dapat mengeluarkan ayat-ayat yang menjadi
dalil terhadap masalah tersebut langsung dari hafalannya. Yang kemudian ia
perjelas lagi dengan penjelasan para ulama mengenai ayat tersebut. Ibnu ‘Abdl
Barr mengatakan:
طلب العلم درجات ورتب لا ينبغي تعديها، ومن تعداها جملة فقد تعدى سبيل السلف رحمهم الله، فأول العلم حفظ كتاب الله عز وجل وتفهمه
“Menuntut ilmu itu ada tahapan dan tingkatan yang
harus dilalui, barangsiapa yang melaluinya maka ia telah menempuh jalan salaf rahimahumullah.
Dan ilmu yang paling pertama adalah menghafal kitabullah ‘azza wa jalla
dan memahaminya” (dinukil dari Limaadza Nahfadzul Qur’an, Syaikh Shalih
Al Munajjid).
4. Modal utama dalam berdakwah
Kata para ulama, hidayah ada 2 macam: hidayah
taufiq yang ada di tangan Allah dan hidayah al irsyad wal bayan
yaitu dakwah yang menjadi tugas para Nabi dan Rasul dan juga kita. Dan Al
Qur’an adalah sumber dari hidayah ini, Allah Ta’ala berfirman:
(إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ) (الإسراء: من الآية9)
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan hidayah
kepada (jalan) yang lebih lurus” (QS. Al Isra: 9)
5. Menjaga keotentikan Al Qur’an
Salah satu keistimewaan Al Qur’an adalah
keotentikannya terjaga, tidak sebagaimana kitab-kitab samawi yang lain.
Dan salah satu sebab terjaganya hal tersebut adalah banyak kaum Muslimin yang
menghafalkan Al Qur’an di dalam dada-dada mereka. Sehingga tidak mudah bagi
para penyeru kesesatan dan musuh-musuh Islam untuk menyelipkan pemikiran mereka
lewat Al Qur’an atau mengubahnya untuk menyesatkan umat Islam.
6. Tadabbur dan Tafakkur
Dengan menghafal Al Qur’an, seseorang bisa lebih mudah
dan lebih sering ber-tadabbur dan ber-tafakkur. Yaitu merenungkan
isi Al Qur’an untuk mengoreksi keadaan dirinya apakah sudah sesuai dengannya
ataukan belum dan juga memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah. Allah Ta’ala
berfirman
(أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا) (محمد:24)
“Maka apakah mereka tidak men-tadabburi Al Quran
ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24).
7. Mengobati
Al Qur’an adalah obat bagi penyakit hati dan penyakit
jasmani. Allah Ta’ala berfirman
(وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ) (الإسراء: من الآية82)
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi
penawar” (QS. Al Isra: 82).
Sumber:1.http://dakwahsyariah.blogspot.com
JAKARTA 16/3/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar