NILAI-NILAI AJARAN
TASAWUF ?
وَإِنَّ رَبَّكَ لَيَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ
Artinya: "Dan sesungguhnya
Tuhanmu, benar-benar mengetahui apa yang disembunyikan hati mereka dan apa yang
mereka nyatakan." (Q. S. 27. An-Naml, A. 74).
Muqaddimah
Ada empat sebab
yang menjadikan tarekat begitu menarik masyarakat Islam sejak abad ke-6/12.
Pertama, ialah
faktor Al-Ghazali. Dalam suasana pertentangan klaim jalan untuk mencapai
kebenaran, ia telah mempelajari dengan cermat berbagai aliran utama islam, dan pada akhirnya, setelah
mengalami krisis intelektual, ia menemukan tasawuf sebagai jalan yang paling
valid untuk melihat kebenaran.
Kedua, Ialah
jatuhnya imperium islam dan dengan demikian muncul persaan tidak aman
dikalangan masyarakat Islam.
Ketiga, ialah
keyakinan bahwa tasawuf mampu mengantarkan manusia berkomunikasi langsung
dengan Tuhan dan jaminan itu diberikan oleh tarekat.
Intisari ajaran tasawuf sebagaimana faham mistisisme
dalam agama-agama lain, adalaj bertujuan memperoleh hubungan langsung dan
disadari dengan Tuhan, sehingga seseorang merasa dengan kesadarannya itu berada
di hadirat-Nya.
Tasawuf Islami ?
Sejalan dengan
itu, Al-Qur'an dan Al-Hadits sebagai pedoman dan tuntunan abadi kita sepanjang
masa, pastilah di dalamnya terkandung nilai-nilai spiritual di samping
nilai-nilai lainnya. Berbagai ayat dalam Al-Qur'an dan sabda Rasul dalam kitab
Al-Hadits menunjukkan secara jelas kepada kita bahwa nilai-nilai spiritual itu
memang ada, diantaranya sebagai berikut:
وَلِلّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّواْ فَثَمَّ وَجْهُ اللّهِ إِنَّ اللّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya:
"Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Q. S. 2. Al-Baqoroh,
A. 115).
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Artinya:
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.
Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Q. S. 2.
Al-Baqarah, A. 186).
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
Artinya:
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih
dekat kepadanya daripada urat lehernya." (Q. S. 50. Qof, A. 16).
فَوَجَدَا عَبْداً مِّنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِندِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِن لَّدُنَّا عِلْماً
Artinya:
"Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang
telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi
Kami." (Q. S. 18. Al-Kahfi, A. 65).
Membersihkan Hati ?
Al-Junaid Al-Bagdadi mengatakan bahwa
tasawuf adalah membersihkan hati dan
sifat yang menyamai binatang dan melepaskan akhlak yang fitri, menekankan sifat
Basyariah (kemanusiaan), menjauhi hawa nafsu, memberikan tempat bagi
sifat-sifat kerohanian, berpegang pada ilmu kebenaran, mengamalkan sesuatu yang
lebih utama atas dasar keabadiannya, member nasihat kepada umat, benar-benar
menepati janji terhadap Allah SWT, dan mengikuti syariat Rasulullah SAW.
Junaid menyebutkan juga bahwa tasawuf
didasarkan pada teladan tujuh rasul,
yaitu :
1.
Kedermawanan Ibrahim yang
mengorbankan putranya
2.
Kepasrahan Ismail yang menyerahkan
dirinya disembelih atas perintah tuhan
3.
Kesabaran Ayub yang tahan menderita dari
berbagai penyakit berat.
4.
Perlambangan Zakaria yang menerima titah tuhan untuk tidak berbicara selama tiga hari kecuali dengan simbol-simbol.
5.
Keterkucilan Yunus yang merasa asing di negerinya dan
ditengah kaumnya.
6.
Kezuhudan Isa yang dalam hidupnya
hanya menyimpan sebuah mangkuk dan sisir. Dimana mangkuk itu dibuang ketika ia
melihat seseorang bisa minum dengan tangan. Dan sisir juga akhirnya dibuang
oleh Nabi Isa karena melihat orang bisa menyisir rambut dengan tangan.
7.
Kemelaratan Muhammad SAW yang mana
beliau mempunyai kunci dari kekuasaan untuk memiliki harta berlimpah ruah,
namun memilih hidup sehari kenyang
sehari lapar.
Implikasi Nilai-nilai Tasawuf dalam Kehidupan Sehari-hari ?
Tasawuf merupakan upaya membersihkan pandangan, memurnikan orientasi,
meluruskan niat dan cara bersikap untuk tidak terlalu mementingkan “yang selain
Allah” (dunia). Dalam tasawuf ada nilai-nilai yang menjadi hal penting untuk
tasawuf itu sendiri. Pada kenyataanya diera milienium ini nilai-nilai tasawuf
itu sendiri mulai diabaikan. Padahal jika nilai-nilai itu bisa diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, maka peluang untuk mendapatkan masyarakat islami itu
sangat besar, dengan kesopan-santunan dan kekentalan unsur spritual.
Berikut beberapa nilai-nilai tasawuf yang bisa diimplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari :
a. Zuhud
Orang yang zuhud tidak merasa senang dengan berlimpah ruahnya harta dan
tidak merasa susah dengan kehilangannya. Firman Allah dalam surah Al-Hadid:3,
yang artinya :
Agar kalian tidak merasa susah dengan apa yang hilang, dan juga tidak
merasa bangga dengan apa yang datang kepada kalian.
Zuhud menurut Al-Junaid adalah kosongnya tanga dari kemilikan dan bersihnya hati
daripada keinginan untuk memiliki sesuatu.[1][2]
Al-Harraz dalam kitab as-shidqu menyebutkan bahwa zuhud adalah orang yang
meniadakan keinginan keduniaan dari hatinya secara sedikit demi sedikit, dan ia
akan melihat tujuan dari zuhud itu.
Untuk nilai zuhud ini, Nabi Muhammad jelas menjadi contoh yang tepat untuk kita jadikan
pedoman. Banyangkan saja seorang pemimpin umat dan khalifah besar seperti
beliau pernah tidur dengan beralas pelepah kurma, dimana ketika begitu
terbangun bekas pelepah tersebut menempel ditubuhnya. Padahal beliau bisa hidup
jauh lebih mewah dari hal itu, tapi beliau dengan kesederhanaannya memilih
tidak begitu mencintai dunia.
Artinya kita bisa melakukan nilai-nilai zuhud dengan bentuk kesederhanaan
kita dalam kehidupan sehari-hari.
b. Ridho
Secara harfiah, Ridho artinya rela, suka, senang. Harun nasution
mengatakan ridho tidak berusaha, tidak menentang qada’ dan qadar tuhan. Dalam
hal ini ketika kita mampu melakukan ridho dengan penerimaan atas qada dan
qadar, secara tidak langsung kita telah mengeluarkan perasaan benci dari hati
sehingga yang tinggal didalam hati kita hanya perasan sengan dan gembira.
Dengan demikian
penting sekali implikasi dari ridho untuk kehidupan kita. Contohnya ketika kita
harus mengikuti ujian, dan mendapatkan hasil. Pada akhirnya ketika kita
mendapat IPK
yang baik atau tidak, ketika sifat ridho telah tertanam dalam diri kita
maka, apapun hasil dari IPK yang ada, akan diterima dengan kerelaan sebagai
bentuk penerimaan atas qada dan qadar.
c. Qanaah
Qanaah merupakan satu dari nilai-nilai tasawuf yang juga begitu penting
dalam pengaplikasiaannya. Dalam keseharian kita terkadang apa yang kita
inginkan tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Boleh digambarkan ketika
kita berjalan dipinggir jalan, seusai huja reda. Tiba-tiba saja sebuah mobil
sedan lewat dan menyebabkan genangan air
setelah hujan membasahi kita. Sementara si pengendara mobil tampaknya
tak menyadari kekeliruannya dan tetap melaju. Pertanyaanya, apa yang akan anda
lakukan untuk menghadapi hal semacam ini? Marah? Atau anda akan menggerutu?.
Marah atau menggerutu, itu pilihan anda, hanya saja pada siapa anda akan marah
atau menggerutu? Sementara si pengendara mobil sudah berlalu meninggalkan anda.
Disinilah qanaah diperlukan, sifat menerima takdir Allah dengan lapang
dada, itulah qanaah yang perlu kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari kita.
d. Tawakal
Tawakal adalah perasaan dari seorang
mu’min dalam memandang alam, bahwa apa yang terdapat didalamnya tidak akan
luput dari tangan Allah, dimana di dalam hatinya digelar oleh Allah ketenangan,
dan disinilah seorang muslim merasa tenag dengan tuhannya, setelah ia
melaksanakan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Pada hakikatnya sebelum bentuk
ketawakalan itu muncul, hal yang pertama kita lalui adalah ikhtiar. Dimana
ikhtiar merupakan proses yang dilakukan semaksimal mungkin dengan fisik dan
raga, lalu setelah proses tersebut dilakukan, kini giliran hati atau jiwa untuk
bersika pasrah secara penuh kepada ketentuan ALLAH SWT, inilah yang kemudian
disebut tawakal.
Namun dalam keseharian kita terkadang sering terlihat kekeliruaan akan hal
seperti ini. Banyak terkadang dari mereka yang berusaha sekuat tenaga untuk
mendapatkan sesuatu, tanpa melakukan proses tawakkal setelah itu. Inilah yang
membuat kita tak jarang menganggap semua yang dihasilkan hanya atas kerja keras
pribadi, bukan bantuan atau campur tangan tuhan.
Padahal ketika kita telah berusaha keras, dan dilanjutkan dengan proses
tawakal. Maka kebimbangan hati atau kekecewaan kita akan segera terobati ketika
apa yang kita usahakan tidak terlaksana dengan baik.
e. Sabar
Secara hafiah, sabar berarti tabah hati. Menurut Zun Al-Nun al-Mishry,
sabar artinya menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak
Allah, tetapi tenang ketika mendapatkan cobaan, dan manampakkan sikap cukup
walaupun sebenarnya berada dalam kefakiran dalam bidang ekonomi. Selanjutnya
ibn Atha mengatakan sabar artinya tetap tabah dalam menghadapi cobaan dengan
sikap yang baik.
Dikatakan bahwa sabar adalah sesuatu yang tak ada batasnya, sebab sabar
tidak memiliki tolak ukur. Hanya Allah pemilik sifat sabar yang sempurna. Tapi
kesabaran tetap saja harus kita implikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun dalam hal ini juga diperlukan kejelian kita dalam menghadapi suatu
masalah. Terkadang apa yang dicobakan untuk kita adalah buah untuk melihat
sejauh mana kesabarannya ataupun melatih sikap sabar yang ada pada diri kita
sendiri,
f. Syukur
Menurut Al- Kharraz syukur dibagi
menjadi tiga, yaitu syukur dengan hati meliputi keyakinan kita bahwa nikmat
yang adalah hanyalah dari Allah bukan dari selain-Nya. Yang kedua, syukur dengan lisan, berupa ucapan
Alhamdulillah, yang kita ucapkan atas nikmat yang diberikan. Dan ketiga syukur
dengan jasmani, dimana perwujudannya dilakukan dengan mempergunakan setiap
anggotanya, yang telah disehatkan oleh Allah dan yang telah dicipkanan dengan
bentuk yang sangat baik.
Apa yang terjadi jika Allah menskor 3 menit tanpa nikmatya, maka dalam
tiga menit orang akan hancur dan sibuk mencari pertolongan. Udara berhenti dan
manusia kesusahan bernapas, itu salah satu contoh kecilnya. Betapa besar nikmat
yang diberikan untuk kita para manusia, tapi terkadang manusia jarang
mengapresiasikan nikmat itu. Bersyukur itu menjadi jalan keluar yang mesti
didukung pelaksanaanya. Allah telah memberi banyak, jadi rasa syukur merupakan
hal yang pastinya menjadi wajib untuk kita lakukan.
Ikhtitam
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Artinya:
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.
Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Q. S. 2.
Al-Baqarah, A. 186).
Sumber:1.Al-Qur’an Hadits 2.http://tasawufislam.blogspot.com
3.http://singkrof.blogspot.com
JAKARTA 6/3/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar