7 Wasiat Nabi kepada Abu Dzar Al
Ghifari ?
|
Abu Dzar adalah salah satu sahabat yang
disayangi Rasulullah SAW. Penegak yang Haq dari Suku Ghifar ini memiliki
sifat pemberani yang sangat dipuji Rasulullah yang akhirnya mewasiatkan tujuh
hal kepadanya. Rasulullah menitipkan ini bukan tanpa sebab. Beliau memahami karakter
Abu Dzar yang taat dan teguh dalam mematuhi segala perintah Allah dan
RasulNya.
Melalui ribuan haditsnya, Nabi Muhammad SAW telah mengabadikan wasiat tentang nilai-nilai kebajikan sebagai pedoman hidup bagi umatnya dan juga bagi seluruh manusia. Salah satunya adalah wasiat yang beliau sampaikan kepada Abu Dzar al-Ghifari ra. Dari Abu Dzar ra., ia berkata: “Kekasihku (Rasulullah SAW) berwasiat kepadaku dengan tujuh hal, (1) supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahimku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku, (4) aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan la haula wala quwwata illa billah (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), (5) aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit, (6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah, dan (7) beliau melarang aku agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia.” [Hadits ini diriwayatkan oleh imam-imam ahli hadits, di antaranya Imam Ahmad, Imam ath-Thabrani, Imam Ibnu Hibban, Imam Abu Nu’aim dan Imam al-Baihaqi] 1.Mencintai Orang Miskin • Orang-orang miskin yang dimaksud adalah mereka yang hidupnya tidak berkecukupan, tidak punya kepandaian untuk mencukupi kebutuhannya dan mereka tidak mau meminta-minta kepada manusia. • Mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka yaitu dengan membantu dan menolong mereka, bukan sekedar dekat dengan mereka. Apa yang ada pada kita, kita bagi dan kita berikan kepada mereka karena kita akan diberikan kemudahan oleh Allah SWT dalam setiap urusan, dihilangkan kesusahan pada hari Kiamat dan memperoleh ganjaran yang besar. • Dalam Hadist yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah ra. Rasulullah bersabda, “Orang yang membiayai kehidupan para janda dan orang-orang miskin bagaikan orang yang bejihad fii sabilillah.” –Saya (perawi) kira beliau bersabda– “Dan bagaikan orang yang shalat tanpa merasa bosan serta bagaikan orang yang berpuasa terus-menerus.” (HR Bukhari dan Muslim) • Rasul sudah mengetahui bahwa terdapat perbedaan jarak waktu antara orang-orang miskin dan orang-orang kaya dari kalangan kaum muslimin ketika memasuki surga. Orang-orang miskin akan setengah hari lebih cepat memasuki surga dibandingkan dengan orang-orang kaya. Kadar waktu setengah hari ini adalah lima ratus tahun, seperti yang tertuang dalam surat al-Hajj (22): 47. 2.Melihat pada Orang yang Lebih Rendah dalam Hal Materi dan Penghidupan • Rasulullah SAW memerintahkan kita agar senantiasa melihat orang yang berada di bawah kita dalam masalah kehidupan dunia dan mata pencaharian. Tujuannya supaya kita tetap mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. • Disadari atau tidak, kita sering lupa untuk mengikuti perintah tersebut, padahal ini merupakan salah satu jebakan setan yang bisa menjerumuskan kita ke dalam jurang kerugian. Kita suka silau melihat mereka yang hidupnya menurut kita jauh lebih enak, nyaman dan tentram sehingga kita lupa untuk menyukuri segala karunia Allah yang sudah kita miliki. • Tapi kalau berbicara urusan agama, ketaatan, pendekatan diri kepada Allah SWT, kita seharusnya melihat kepada orang yang berada di atas kita, yaitu para nabi, para sahabat, para syuhaa dan orang-orang saleh. Supaya kita termotivasi untuk meneladani kesungguhan dan kegigihan mereka dalam meningkatkan kualitas ibadah terhadap Allah SWT bahkan berlomba-lomba untuk melakukannya. • Abu Dzar ra adalah teladan kita dalam hal ini. Beliau mencari makan untuk hari yang sedang dijalaninya. Lalu untuk keesokan harinya beliau akan mencarinya lagi dan itu terus-menerus dilakukan dalam kehidupannya. 3.Menyambung Tali Silaturahmi • Karena kita merupakan makhluk yang tidak luput dari keterikatan manusia lainnya, jadi silaturahim ini merupakan ibadah yang amat agung mulia lagi mudah dan memberikan banyak berkah bagi yang melakukannya. • Rasulullah bersabda dalam salah satu haditsnya, “Wahai sekalian manusia, tebarkanlah salam, memberi orang makan, sambungkanlah silaturahim, salatlah ketika manusia sedang tidur, niscaya kamu akan masuk surga dengan selamat.” (HR at-Tirmidzi) • Perkembangan teknologi transportasi dan komunikasi saat ini tidak bisa jadi alasan kita untuk menyambung tali silaturahim karena tanpa terhalang jarak dan waktu. • Keutamaan silaturahim: salah satu tanda dan kewajiban iman, mendapatkan rahmat dan kebaikan dari Allah SWT dan salah stau sebab penting masuk surga dan dijauhkan dari api neraka. 4.Memperbanyak Ucapan “La Haula Wa La Quwwata Illa Billah” • Lafazh ini (“Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah”) untuk mengingatkan kita kalau sudah semestinya kita meyakini bahwa apa yang kita lakukan semata-mata terjadi karena kehendak Allah SWT. TanpaNya, kita tidak akan pernah bisa mencapai segala apa yang kita rencanakan dan kita upayakan. • Apapun peran dan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manusia, tidak selayaknya ia merasa sombong. Tidak seharusnya ia merasa bahwa apa yang berhasil diraihnya semata-mata adalah murni hasil kerja keras dan jerih payahnya. 5.Berani Berkata Benar Meskipun Pahit • Sesungguhnya jihad yang paling utama adalah mengatakan kalimat yang haq (kebenaran) kepada penguasa. Rasulullah SAW di salah satu haditsnya bersabda, “Jihad yang paling utama ialah mengatakan kalimat yang haq kepada penguasa yang zhalim.” (HR Ahmad) • Cara menyampaikan kebenaran kepada atasan, pemimpin atau penguasa adalah dengan mengunjungi mereka dan memberi nasihat dengan cara yang baik. Jika tidak bisa, maka bisa dengan menulis surat atau melalui orang yang menjadi wakil mereka. Bila tidak bisa juga, maka tidak perlu juga mengadakan orasi, provokasi dan demonstrasi. Penyampaian masukan secara persuasif biasanya jauh lebih efektif dibandingkan menyampaikannya dengan cara berteriak-teriak di jalan. 6.Tidak Takut Celaan Ketika Berdakwah di Jalan Allah SWT • Rasulullah SAW dan nabi-nabi sebelumnya juga pernah mendapat tantangan dan rintangan saat berdakwah. Seperti cibiran, gunjingan, hinaan, celaan sampai rintangan yang bersifat fisik dari mereka yang tidak berkenan melihat dakwah Islam berlangsung dengan baik dan lancar. • Jadi beliau menjalaninya dengan dakwah secara rahasia kemudian dilanjutkan dengan dakwah secara terbuka. • Orang-orang yang tidak takut dicela hanya karena mengutarakan suatu kebenaran dari ajaranNya merupakan orang yang dicintai olehNya. “Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabb-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih Mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (an-Nahl [16]:25) 7.Tidak Meminta-Minta • Meminta-minta adalah sikap yang sama sekali tidak diajarkan Rasulullah SAW serta para nabi dan rasul sebelum beliau. Sejak belia, Nabi Muhammad SAW sudah bekerja sebagai penggembala dan beranjak dewasa bekerja sebagai pedagang. • Meminta hanya dibolehkan untuk keperluan yang berkaitan dengan kepentingan umum umat Islam, seperti untuk pembangunan sarana peribadatan, pendidikan, bantuan untuk fakir miskin dan anak-anak yatim. Caranya juga tidak sembarangan, yaitu dengan mendatangi orang-orang yang memiliki kelebihan harta kekayaan dan membicarakannya dengan baik. Atau dengan mengumumkan di masjid dan cara lainnya sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. • Panutan kita, Muhammad SAW, sangat menghargai dan menyukai pekerjaan seseorang meskipun hanya menghasilkan upah yang sedikit daripada menengadahkan tangannya kepada orang lain. Bekerja meskipun hanya pedagang asongan, buruh bangunan atau pekerjaan-pekerjaan lainnya yang menurut pandangan masyarakat kita sebagai pekerjaan yang remeh, itu adlah kebaikan yang besar disbanding mengandalkan hidupnya dari meminta-minta kepada orang lain. Sumber: http://www.dtjakarta.or.id |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar