MAKNA SUJUDNYA MALAIKAT ?
وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Artinya,”Dan Dia mengajarkan
kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada
para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu
jika kamu memang orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha Suci
Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan
kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,”(al-Baqarah
[2]: 31-32)
“Dan
(ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah kamu
kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur
dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (al-Baqarah
[2]: 34)
Muqaddimah
Allah swt.menyebutkan keutamaan Nabi Adam as daripada Malaikat dikarenakan
ilmu mengenai nama-nama seluruh makhluk. Dan ini terjadi setelah diciptakannya
Adam as, kemudian malaikat diperintahkan untuk sujud kepada Adam as.
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa berita mengenai
pemberitahuan Adam as kepada Malaikat tentang nama-nama segala sesuatu,
didahulukan daripada berita mengenai sujudnya Malaikat kepada Adam as. karena
memang ini yang sesuai dengan ayat sebelumnya. Di ayat sebelumnya para Malaikat
bertanya mengenai hikmah dijadikannya manusia sebagai khalifah di muka bumi,
padahal mereka akan merusak dan membunuh. Maka Allah swt. Menjelaskan bahwa Dia
lebih tahu apa-apa yang belum diketahui oleh para Malaikat
Sujud ada dua sisi, (mengandung) pengagungan, pendekatan kepada
orang yang disujudi. Dan sujud ini adalah ibadah tidak boleh kecuali untuk
Allah saja pada semua syareat.
Bentuk kedua
dari sujud, sujud selamat dan
penghormatan. Sujud inilah yang Allah perintahkan kepada para malaikat
kepada Adam, maka mereka bersujud sebagai penghormatan. Dan hal itu termasuk
ibadah untuk Allah Subhanahu dengan ketaatannya kepada-Nya ketika mereka
diperintahkan untuk bersujud.
Sementara sujud kedua orang tua Yusuf dan saudara-saudaranya kepadanya begitu juga
termasuk sujud selamat dan penghormatan.
Dahulu diperbolehkan dalam syareat mereka. Sementara ajaran yang dibawa oleh
Nabi penutup Muhammad sallallahu’alaihi wa sallam, tidak dibolehkan bersujud
kepada selain Allah secara mutlak. Oleh karena itu Rasulullah sallallahu’alaihi
wa sallam bersabda:
" لو كنت آمراً أحداً أن يسجد لأحد ، لأمرت المرأة أن تسجد لزوجها "
“Kalau
sekiranya saya memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada seseorang. Maka
akan saya perintahkan wanita bersujud kepada suaminya.’
Dan Nabi
sallallahu’alaihi wa sallam melarang Muaz bersujud kepada beliau, ketika dia
menceritakan bahwa Ahli Kitab bersujud kepada para pembesarnya. Dan menyebutkan
hadits tadi. Pengharaman secara mutlak bersujud kepada selain Allah dalam
syareat ini, itu termasuk merealisasikan ketauhidan yaitu syareat yang sempurna
yang mencakup semua bentuk hukum. Allah Ta’ala berfirman, ‘Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.’ (QS. Al-Maidah: 3).
Perintah Sujud
kepada Nabi Adam as ?
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada
Para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka
kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan
orang-orang yang kafir.” (al-Baqarah [2]: 34)
Dalam ayat ini dijelaskan kemuliaan besar yang dianugerahkan kepada
manusia. Kita lihat bagaimana Allah swt. memerintahkan para Malaikat untuk
sujud kepada Adam as.Dalam beberapa ayat Al-Quran dijelaskan dan dikuatkan
bahwa Malaikat diperintahkan untuk bersujud kepada Adam, dan semuanya sujud kecuali Iblis. Hal ini
dikuatkan juga oleh beberapa hadits, yang salah satunya adalah hadits tentang
syafa’at yang sudah disebutkan di atas.
Semua Malaikat sujud kepada Adam
sebagai bentuk keta’atan kepada perintah Allah swt.
Para Ulama berbeda pendapat dalam
sujud Malaikat kepada Adam as ?
1. Sujud Hakiki. Sujudnya para malaikat kepada Adam sebagai bentuk sikap ta’at kepada
Allah swt, sebagaimana juga bentuk kemuliaan dan pengagungan kepada Adam.
Qatadah berkata,”Sujud mereka itu semata karena taat kepada Allah. Sujud kepada
Adam adalah pemulian Allah kepadanya yang memerintahkan para malaikat bersujud
kepadanya”.
2. Bukan sujud hakiki (menempelkan kening ke bawah), tapi makna sujud disini hanyalah penghormatan dengan inhinaa (merendahkan/membungkukan punggung), sebagai bentuk penghormatan. Hal seperti ini diperbolehkan dalam riusalah-risalah nabi terdahulu, berdasarkan dalil sujudnya kedua orang tua dan saudara Yusuf kepadanya dalam firman Allah:
Artinya,”Dan
ia menaikkan kedua ibu-bapaknya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya)
merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf: "Wahai
ayahku inilah takbir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah
menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik
kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kamu
dari dusun padang pasir, setelah syaitan merusakkan (hubungan) antaraku dan
saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Yusuf
[12]:100)
Dan pendapat
ini lemah karena lahiriah ayat menunjukan bahwa sujud disana adalah sujud
sebenarnya (hakiki) dengan meletakan kening di atas tanah, berdasarkan firman
Allah swt.:
Artinya,”Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah
meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud,” (al-Hijr [15]: 29)
3. Sujud hakiki kepada Allah swt. bukan kepada Adam. Sujud ini menghadap kepada Adam,
jadi Adam hanya sebagai arah saja. sebagaimana kaum muslimin sujud kepada Allah
swt. dengan menghadap qiblat (kabah). Dan pendapat ini pun lemah dan tidak bisa
diterima, karena ayat dengan jelas menegaskan {اسْجُدُوا لِآَدَمَ}.
Dan yang kuat
adalah pendapat pertama, yang mengatakan bahwa sujud itu adalah sujud hakiki
dengan meletakan kening ke bawah (tempat sujud). Sebagai bentuk keta’atan
kepada perintah Allah swt.
Pendapat yang
paling kuat bahwa malaikat yang diperintahkan sujud ialah semua malaikat yang
diciptakan ketika itu tanpa terkecuali. Diperkuat dengan firman Allah swt:
Artinya, “Maka
bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama,kecuali iblis. Ia enggan
ikut bersama-sama (malaikat) yang sujud itu,” (al-Hijr [15]:30-31)
Dalam ayat
tersebut ada empat alasan. Pertama, Alif lam ma’rifat. Kedua, taukid (penguat)
dengan lafazh kulluhum dan taukid kedua dengan lafzh ajma’un,
serta isttitsna (pengecualin) munqathi’, dalam lafzh “kecuali
Iblis”.
Dalam ayat
tersebut ditegaskan bahwa Hnaya Iblis-lah yang diecualikan dari golongan
makhluk yang sujud. Ini menjadi dalil bahwa Iblis itu tidak sujud kepada Adam,
tetapi ia enggan, sombong dan membangkang. Pengecualian Iblis dari sujud
menjadi dalil bahwa ia diperintahkan Allah untuk sujud kepada Adam, karena
termasuk dalam redaksi perintah atas malaikat. Al-Qur’an dengan jelas
menjabarkan abhwa Iblis itu adalah Jin bukan Malaikat, sebagaimana dalam firman
Allah swt.:
Artinya,”Dan
(ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu
kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan
jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan
turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah
musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang
yang dzalim,” (al-Kahfi [18]: 50).
Iblis adalah jin, dan bersama Malaikat diperintahkan untuk sujud
kepada Adam as. Dan mereka menjalankan perintah itu lalu semuanya sujud kecuali
Iblis. Hasan Bashri dan Abdurrahman bin Zaid berkata bahwa Iblis bukanlah
termasuk golongan dari malaikat sama sekali. Ia adalah asal jin, sebagaimana
Adam yang merupakan asal dari manusia.
Yang membuat Iblis tidak mau sujud adalah karena kesombongan dan iri hati (dengki)
kepada Adam, {إِلَّا
إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ}.
Qatadah berkata bahwa Iblis
yang merupakan musuh Allah swt. Itu iri kepada Adam karena kemuliaan yang
diberikan Allah kepadanya. Dan Dia berkata,”Aku diciptakan dari api, sedangkan
Adam diciptakan hanya dari tanah”. Inilah pertama kalinya dosa kesombongan
dilakukan msuuh Allah yang enggan sujud kepada Adam as.
85. Kesombongan
Iblis membuatnya ia tercegah masuk surga. Sebagaimana dalam hadits Rasulullah
saw:
لَا يَدْخُلُ
الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ كِبْرٍ
“Tidak akan masuk surga orang yang
dalam hatinya ada kesombongan, walaupun sedikit”. [1][2]
Hati iblis
telah dipenuhi dengan kesombongan, kekufuran, kebencian dan keras-kepala.
Itulah sebab yang membuatnya diusir dari surga dan terjauhkannya dari rahmat
Allah.
Firman Allah
swt.: وَكَانَ مِنَ
الْكَافِرِينَ
Allah swt.
mengabarkan bahwa Iblis itu telah kafir,
ketika enggan, somboing dan menolak sujud kepada Adam atas perintah Allah
swt. Para Ulama memiliki beberapa
pendapat mengenai isyarat lafadz “kaana”. Pendapat pertama ialah bahwa lafazh kaana
berarti Shara (menjadi) menunjukan bahwa Iblis kafir karena menolak
sujud kepada Adam. Ada ayat yang menjealskan bahwA “kaana” itu bermakna “shara”
yaitu firman Allah, “Dan tiba-tiba ombak besar melumat keduanya, maka (kaana)
jadilah keduanya itu tenggelam”. Maksudnya, “shara” (menjadi) orang yang
tenggelam.
Kedua, lafazh kaana
ini bermakna apa adanya dan memberii isyarat kepada masa lalu yang merupakan
awal penciptaan bahwa kafirnya Iblis itu sejak penciptaannya semula. Dan yang
rajih (kuat) adalah pendapat kedua sebagaimana didukung oleh Imam Qurthuby.
Allah swt.
berfirman;
Artinya,”Dan
Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan
makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai,
dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang
yang dzalim.Lalu keduanya digelincirkan oleh
syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman:
"Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu
ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan". (al-Baqarah [2): 35-36)
Ikhtitam
Hal itu merupakan syari’at umat-umat terdahulu (sebelum umat Nabi Muhammad Shalallahu ’alaihi wasallam). Namun cara memuliakan seperti itu dihapus dalam agama kita. Muadz pernah bercerita, aku pernah datang ke Syam, setibanya di sana aku menyaksikan mereka bersujud kepada para pendeta dan pemuka agama mereka. Lalu kukatakan: ”Engkau, ya Rasulullah, lebih berhak untuk dijadikan tempat bersujud”. Maka beliau pun bersabda:
”Tidak, seandainya aku dibolehkan memerintah manusia untuk bersujud kepada seseorang, maka aku akan menyuruh seorang isteri untuk bersujud kepada suaminya, karena keagungan haknya atas (isterinya)”. (HR. Abu Dawud, al-Hakim, at-Tirmidzi, dengan sanad hasan).
JAKARTA 18/3/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar