BAGAIMANA HIDUP BERKAH
?
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
”Katakanlah: “Wahai Tuhan yang
mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki
dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan
orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di
tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala
sesuatu” (QS. Ali Imron: 26). Yang dimaksud ayat “di tangan Allah-lah segala
kebaikan” adalah segala kebaikan tersebut atas kuasa Allah. Tiada seorang pun
yang dapat mendatangkannya kecuali atas kuasa-Nya. Karena Allah-lah yang Maha
Kuasa atas segala sesuatu. Demikian penjelasan dari Ath Thobari rahimahullah.
Muqaddimah
Setiap orang tentu saja ingin
memperoleh keberkahan dalam hidupnya di dunia ini. Karena itu kita selalu
berdo’a dan meminta orang lain mendo’akan kita agar segala sesuatu yang kita
miliki dan kita upayakan memperoleh keberkahan dari Allah Swt. Secara harfiyah,
berkah berarti an nama’ waz ziyadah yakni tumbuh dan bertambah, ini berarti
Berkah adalah kebaikan yang bersumber dari Allah yang ditetapkan terhadap
sesuatu sebagaimana mestinya sehingga apa yang diperoleh dan dimiliki akan
selalu berkembang dan bertambah besar manfaat kebaikannya.
Kalau sesuatu yang kita miliki membawa pengaruh negatif, maka kita berarti tidak memperoleh keberkahan yang diidamkan itu.
Namun, Allah Swt tidak sembarangan memberikan keberkahan kepada manusia. Ternyata, Allah hanya akan memberi keberkahan itu kepada orang yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Janji Allah untuk memberikan keberkahan kepada orang yang beriman dan bertaqwa dikemukakan dalam firman-Nya yang artinya:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلُ الْقُرَى امَنُوا وَالتَّقَوا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكتٍ مِنَ السَّمَآءِ وَالاَرْضِ وَلكِنَّ كَذَّبُوا فَاَخَذْنهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُون
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (QS 7:96).
Kalau sesuatu yang kita miliki membawa pengaruh negatif, maka kita berarti tidak memperoleh keberkahan yang diidamkan itu.
Namun, Allah Swt tidak sembarangan memberikan keberkahan kepada manusia. Ternyata, Allah hanya akan memberi keberkahan itu kepada orang yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Janji Allah untuk memberikan keberkahan kepada orang yang beriman dan bertaqwa dikemukakan dalam firman-Nya yang artinya:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلُ الْقُرَى امَنُوا وَالتَّقَوا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكتٍ مِنَ السَّمَآءِ وَالاَرْضِ وَلكِنَّ كَذَّبُوا فَاَخَذْنهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُون
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (QS 7:96).
Makna Barokah ?
Dalam bahasa Arab, barokah bermakna
tetapnya sesuatu, dan bisa juga bermakna bertambah atau berkembangnya
sesuatu.[1] Tabriik adalah mendoakan seseorang agar mendapatkan keberkahan.
Sedangkan tabarruk adalah istilah untuk meraup berkah atau “ngalap berkah”.
dapun makna barokah dalam Al Qur’an
dan As Sunnah adalah langgengnya kebaikan, kadang pula bermakna bertambahnya
kebaikan dan bahkan bisa bermakna kedua-duanya[2]. Sebagaimana do’a keberkahan
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sering kita baca saat tasyahud
mengandung dua makna di atas.
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
“Maksud dari ucapan do’a “keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad
karena engkau telah memberi keberkahan kepada keluarga Ibrahim, do’a keberkahan
ini mengandung arti pemberian kebaikan karena apa yang telah diberi pada
keluarga Ibrahim. Maksud keberkahan tersebut adalah langgengnya kebaikan dan
berlipat-lipatnya atau bertambahnya kebaikan. Inilah hakikat barokah”.
Contoh Ngalap Berkah
yang Halal ?
Kami contohkan misalnya keberkahan orang sholih, yaitu orang
yang sholih secara lahir dan batin[8], selalu menunaikan hak-hak Allah. Di
antara keberkahan orang sholih adalah karena keistiqomahan agamanya. Karena
istiqomahnya ini, dia akan memperoleh keberkahan di dunia yaitu tidak akan
sesat dan keberkahan di akhirat yaitu tidak akan sengsara[9]. Allah Ta’ala
berfirman,
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى
“Maka jika datang kepadamu petunjuk
daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat
dan tidak akan celaka.” (QS. Thoha: 123).
Keberkahan orang sholih pun terdapat
pada usaha yang mereka lakukan. Mereka begitu giat menyebarkan ilmu agama di
tengah-tengah masyarakat sehingga banyak orang pun mendapat manfaat. Itulah
keberkahan yang dimaksudkan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut
orang-orang sholih yang berilmu sebagai pewaris para nabi.
إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ
“Sesungguhnya para
ulama adalah pewaris para nabi”.
Keberkahan juga bisa diperoleh jika
seseorang berlaku jujur dalam jual beli. Dari Hakim bin Hizam, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
“Orang yang bertransaksi jual beli
masing-masing memilki hak khiyar (membatalkan atau melanjutkan transaksi)
selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya jujur dan terbuka, maka keduanya
akan mendapatkan keberkahan dalam jual beli, tapi jika keduanya berdusta dan
tidak terbuka, maka keberkahan jual beli antara keduanya akan hilang”.
Ketika seseorang mencari harta dengan
tidak diliputi rasa tamak, maka keberkahan pun akan mudah datang. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan pada Hakim bin Hizam,
يَا حَكِيمُ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ ، فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ كَالَّذِى يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ ، الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى
“Wahai Hakim, sesungguhnya harta itu
hijau lagi manis. Barangsiapa yang mencarinya untuk kedermawanan dirinya (tidak
tamak dan tidak mengemis), maka harta itu akan memberkahinya. Namun barangsiapa
yang mencarinya untuk keserakahan, maka harta itu tidak akan memberkahinya,
seperti orang yang makan namun tidak kenyang. Tangan yang di atas lebih baik
daripada tangan yang di bawah” Yang dimaksud dengan kedermawanan dirinya, jika
dilihat dari sisi orang yang mengambil harta berarti ia tidak mengambilnya dengan
tamak dan tidak meminta-minta. Sedangkan jika dilihat dari orang yang
memberikan harta, maksudnya adalah ia mengeluarkan harta tersebut dengan hati
yang lapang.
Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, “Qona’ah
dan selalu merasa cukup dengan harta yang dicari akan senantiasa mendatangkan
keberkahan. Sedangkan mencari harta dengan ketamakan, maka seperti itu tidak
mendatangkan keberkahan dan keberkahan pun akan sirna.”
Begitu pula keberkahan dapat
diperoleh dengan berpagi-pagi dalam mencari rizki. Dari sahabat Shokhr Al
Ghomidiy, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا
“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu
paginya.”
Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengirim peleton pasukan, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengirimnya pada pagi hari. Sahabat Shokhr sendiri adalah seorang pedagang. Dia
biasa membawa barang dagangannya ketika pagi hari. Karena hal itu dia menjadi
kaya dan banyak harta.
Bentuk
Keberkahan ?
Secara umum, keberkahan yang diberikan Allah kepada orang-orang yang beriman bisa kita bagi kedalam tiga bentuk.
Pertama, berkah dalam keturunan, yakni dengan lahirnya generasi yang shaleh.
وَامْرَأَتُهُ قَائِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ.قَالَتْ يَا وَيْلَتَا أَأَلِدُ وَأَنَا عَجُوزٌ وَهَذَا بَعْلِي شَيْخًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عَجِيبٌ. قَالُوا أَتَعْجَبِينَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ رَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ إِنَّهُ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang kelahiran Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya’kub. Isterinya berkata: "Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak, padahal aku adalah perempuan seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh". Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlul bait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah" (QS Hud:71-73).
Kedua, keberkahan dalam soal makanan yakni makanan yang halal dan thayyib.
وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah Allah rizkikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya (QS al-Maidah:88).
Ketiga, berkah dalam soal waktu yang cukup tersedia dan dimanfaatkannya untuk kebaikan.
وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran (QS al-‘Asr:1-3).
Secara umum, keberkahan yang diberikan Allah kepada orang-orang yang beriman bisa kita bagi kedalam tiga bentuk.
Pertama, berkah dalam keturunan, yakni dengan lahirnya generasi yang shaleh.
وَامْرَأَتُهُ قَائِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ.قَالَتْ يَا وَيْلَتَا أَأَلِدُ وَأَنَا عَجُوزٌ وَهَذَا بَعْلِي شَيْخًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عَجِيبٌ. قَالُوا أَتَعْجَبِينَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ رَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ إِنَّهُ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang kelahiran Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya’kub. Isterinya berkata: "Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak, padahal aku adalah perempuan seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh". Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlul bait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah" (QS Hud:71-73).
Kedua, keberkahan dalam soal makanan yakni makanan yang halal dan thayyib.
وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah Allah rizkikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya (QS al-Maidah:88).
Ketiga, berkah dalam soal waktu yang cukup tersedia dan dimanfaatkannya untuk kebaikan.
وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran (QS al-‘Asr:1-3).
Kunci Keberkahan ?
1. Iman dan Taqwa Yang Benar.
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa dan jangan sampai kamu mati kecuali dalam keadaan berserah diri/muslim (QS Ali ‘Imran:102).
2. Berpedoman kepada Al-Qur’an
وَهَذَا ذِكْرٌ مُبَارَكٌ أَنْزَلْنَاهُ أَفَأَنْتُمْ لَهُ مُنْكِرُونَ
Dan Al-Qur’an ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah kami turunkan. Maka mengapakah kamu mengingkarinya? (QS al-Ambiya’:50).
Ikhtitam
وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah Allah rizkikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya (QS al-Maidah:88).
Sumber:1.http://rumaysho.com 2.http://khutbah-jumat.blogspot.com
JAKARTA 12/3/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar