TIGA WASIAT NABI SAW ?
عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Dari Abu Dzar, Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman,
Mu’az bin Jabal radhiallahuanhuma dari Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam beliau bersabda : “Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu
berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah
manusia dengan akhlak yang baik “
Takhrij hadits
Hadits ini hasan. Diriwayatkan oleh : Ahmad (V/153,
158, 177), at-Tirmidzi (no. 1987), ad-Darimi (II/323), dan al-Hâkim (I/54) dari
seorang shahabat Rasulullah yang bernama Abu Dzar al-Ghifâri Radhiallahu’anhu.
Diriwayatkan juga oleh Ahmad (V/236); ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabîr
(XX/296, 297, 298) dan dalam al-Mu’jamush Shaghîr (I/192), dan Abu Nu’aim dalam
Hilyatul Auliyâ‘ (IV/418, no. 6058) dari Shahabat Mu’adz bin Jabal Radhiallahu’anhu.
Hadits ini dihukumi hasan oleh Imam at-Tirmidzi, an-Nawawi dalam al-Arba’în dan
Riyâdush Shâlihîn, dan Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam Shahîh
al-Jâmi’ish Shâghîr no. 97.
Penjelasan hadits
Hadits yang mulia ini berisi wasiat berharga dari
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam kepada kita semua dalam
mengarungi kehidupan dunia ini. Wasiat ini berhubungan dengan hubungan kita
kepada Allah, diri sendiri dan orang lain. Setiap kita mesti akan berhubungan
dengan sang pencipta kita dan ini dapat diwujudkan dengan benar hanya dengan
takwa kepadaNya disetiap saat. Juga setiap kita akan berhubungan dengan diri
sendiri sebagai insan yang tidak luput dari kesalahan dan dosa, maka caranya
adalah dengan mengiringi kesalahan dan dosa dengan taubat yang merupakan amalan
sholih dan kebajikan yang dapat menghapus dosa kesalahan tersebut. Sehingga
bila seorang berbuat dosa maka segera mengiringinya dengan taubat dan menambah
amal kebaikan yang dapat menghapusnya. Allah Ta’ala berfirman yang
artinya, “Dan laksanakanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang)
dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus
kesalahan-kesalahan” (Qs Hûd/11: 114).
Demikian juga kita tidak mungkin lepas dari masyarakat
dan orang lain disekitar kita, karena manusia adalah makhluk sosial yang selalu
berinteraksi dengan orang lain. Sebab itu beliau n mewasiatkan dengan
menjadikan akhlak mulia sebagai dasar dalam pergaulan ini. Bergaul dengan orang
lain dengan akhlak mulia dapat dijabarkan oleh sabda beliau yang lainnya, yaitu
sabda beliau Shallallahu’alaihi Wasallam :
فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ وَيَدْخُلَ الْجَنَّةَ فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِى يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْه
“Siapa yang ingin diselamatkan dari neraka dan
masuk syurga maka hendaknya kematian menjemputkanya dalam keadaan ia beriman
kepada Allah dan hari akhir dan hendaknya ia bergaul dengan orang lain
sebagaimana ia ingin orang lain bergaul dengannya” (HR Muslim).
Demikian indahnya wasiat ini, sehingga siapa yang
ingin selamat dunia akherat maka hendaknya mengamalkan tiga wasiat Rasululah Shallallahu’alaihi
Wasallam ini. Semoga kita dapat mewujudkannya!
Fawaid
- Takwa kepada Allah merupakan kewajiban setiap muslim dan dia merupakan asas diterimanya amal shaleh.
- Semangatnya Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dalam mengarahkan umatnya kepada setiap kebaikan.
- Wajib bagi seseorang untuk memenuhi hak Allah dengan bertakwa kepada-Nya.
- Wajibnya bertakwa kepada Allah Ta’ala dimana pun seseorang berada. Yaitu dengan cara melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya, baik saat bersama orang lain maupun ketika sendirian.
- Wasiat takwa adalah wasiat yang paling agung.
- Wajib seseorang memenuhi hak dirinya dengan bertobat dan berbuat kebajikan.
- Bersegera melakukan ketaatan setelah keburukan secara langsung, karena kebaikan akan menghapus keburukan.
- Bersungguh-sungguh menghias diri dengan akhlak mulia dan Anjuran bergaul bersama manusia dengan akhlak yang baik.
- Akhlak yang baik termasuk dari kesempurnaan iman dan sifat orang-orang yang bertakwa, serta termasuk puncak dari agama Islam yang lurus.
- Akhlak yang baik termasuk asas dari peradaban hidup manusia, sebagai sebab bersatunya umat, tersebarnya rasa cinta, dicintai Allah Ta’ala, dan diangkatnya derajat pada hari Kiamat.
- Menjaga pergaulan yang baik merupakan kunci kesuksesan, kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan akhirat. Hal tersebut dapat menghilangkan dampak negatif pergaulan.
3 Wasiat Rasulullah ?
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan “Temanku (yakni
Rasulullah sallallaahu alayhi wa sallam) telah mewasiatkanku dengan tiga
perkara; 1. Berpuasa tiga hari pada
setiap bulan. 2. Mengerjakan dua rakaat solat dhuha. 3. Menunaikan solat witir
sebelum aku tidur”.(Hadith Riwayat oleh Imam Bukhari dan Muslim)
1.Puasa 3 Hari Sebulan
Rasulullah sallallaahu alayhi wa sallam melakukan
puasa sunat 11 hari setiap bulan secara tetap (rutin), iaitu pada Hari Isnin
dan Khamis (8 hari sebulan) dan tiga hari pertengahan iaitu 13, 14 dan 15
haribulan.
Daripada Abu Hurairah r.a., katanya: Rasulullah
sallallaahu alayhi wa sallam bersabda: ” .. berpuasalah nescaya kamu
menjadi sihat dan mengembaralah nescaya kamu menjadi kaya (Hadith Riwayat
Tabrani)
2.Solat Dhuha
“Sesiapa yang menjaga sembahyang Dhuhanya nescaya diampuni
Allah baginya aku segala dosanya walaupun seperti buih dilautan.”(Riwayat
Ibnu Majah dan At-Tirmidzi)
Daripada Anas bin Malik Radhiallahu ‘anhu berkata “Aku
mendengar Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Sesiapa yang mengerjakan
(mengekalkan)sembahyang sunat Dhuha dua belas rakaat dibina akan
Allah baginya sebuah mahligai daripada emas (Riwayat Ibnu Majah dan
Tirmidzi).
Rasulullah sallallaahu alayhi wa
sallam bersabda,”Dalam syurga, terdapat pintu yang bernama Ad-Dhuha.
Apabila tiba Hari Kiamat, ada seseorang menyeru, ‘Mana orang yang mendirikan
solat Dhuha? Inilah pintu kamu. Masuklah ke dalam syurga dengan iringan rahmat
Allah.” (Riwayat At-Tabrani)
Rasulullah sallallaahu alayhi wa sallam keluar
menemui penduduk Quba ketika mereka melaksanakan solat Duha, lalu . Rasulullah
s.a.w. bersabda yang bermaksud: “Solat Duha dilakukan apabila anak-anak unta
telah berasa kepanasan (kerana sinaran matahari):” (Riwayat Muslim dari Ahmad).
3.Solat Witir
Sembahyang witir boleh dilakukan selepas Isyak jika
bimbang tidak dapat bangun malam. Sabda Nabi sallallaahu alayhi wa sallam.: “Sesiapa
yang bimbang tidak bangun pada akhir malam, maka berwitirlah pada awal malam,
dan sesiapa yang ingin bangun pada akhir malam, maka berwitirlah pada akhir
malam. (Muslim).
“Sesungguhnya Allah SWT telah menambahkan kepada kamu satu solat, iaitu solat witir. Maka sembahyanglah antara solat Isyak dan solat subuh. (Ahmad)
“Sesungguhnya Allah SWT telah menambahkan kepada kamu satu solat, iaitu solat witir. Maka sembahyanglah antara solat Isyak dan solat subuh. (Ahmad)
Sabda Nabi sallallaahu alayhi wa sallam: “Bila sudah
menjelang pagi, dan salah seorang daripada kamu masih belum melakukan (solat)
witir, maka berwitirlah (qadha). (Baihaqi & al-Hakim)
“ Wahai ahli Al-Quran, kerjakanlah solat witir, sebab
Allah itu witir ( Maha Esa) dan suka sekali kepada yang witir. ( HR. Ahmad)
Sesungguhnya Allah itu witir (ganjil), dan Dia
menyukai witir, maka lazimkanlah solat witir, wahai ahli Al-Quran.” HR Abud
Dawud dan Tirmizi.
Witir adalah kewajiban, barangsiapa tidak melaksanakan
Witir, maka ia tidak termasuk golongan kami” (H.R. Ahmad dan Abu Dawud.)
Ikhtitam
Karena itu, para sahabat sering meminta nasihat kepada Rasulullah SAW, salah seorang diantaranya adalah Muadz bin Jabal ra. dia berkata:
يَارَسُوْلَ اللهِ, أَوْصِنِى. قَالَ: عَلَيْكَ بِتَقْوَى اللهِ مَا اسْتَطَعْتَ, وَاذْكُرِ اللهَ عِنْدَ كُلِّ حَجَرٍ وَشَجَرٍ, وَمَا عَمِلْتَ مِنْ سُوْءٍ فَأَحْدِثْ لَهُ تَوْبَةً, اَلسِّرُّ بِالسِّرِّ وَالْعَلَانِيَةُ بِالْعَلَانِيَةِ
Ya Rasullah, berilah wasiat kepadaku. Beliau bersabda: Bertaqwalah kamu kepada Allah sesuai dengan kemampuanmu, berdzikirlah kepada Allah di setiap batu dan pohon, dan jika engkau melakukan suatu perbuatan buruk (dosa), maka perbaruilah untuknya taubatmu (bertaubat lagi).
Jika perbuatan buruk dengan sembunyi-sembunyi, maka taubatnya juga dengan cara sembunyi-sembunyi, dan jika perbuatan itu dengan terang-terangan, maka taubatnya juga dengan terang-terangan (HR. Tabrani).
JAKARTA 11/3/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar