PEMAAF PERBUATAN YANG
MULIA ?
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah, kamu berlaku
lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu. [Ali Imran/3:159]
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan
perbuatan baik, serta berpisahlah dari orang-orang yang bodoh. [al-A’raf/7:199]
Muqaddimah
Siapa di
antara kita yang tak pernah melakukan kesalahan?
Siapa pun
kita pasti ada melakukan kesalahan, kekhilafan, dan kealpaan. Tak pelak,
manusia itu pulalah yang menjadi tempat “bersemayamnya”
kesalahan.
Tinggal lagi
soal kualitas dan kuantitas kesalahan itu sendiri. Soal kualitas, artinya
menyangkut kadar atau berat, dan soal kuantitas menyangkut banyak atau
seringnya Ada pun segala besaran kesalahan itu ada cara dan alamat
penyesaiannya untuk seseorang memperbaiki agama.
Walaupun
Allah telah banyak menjelaskan dalam firman- firman Nya, bahwa salah satu ciri
orang yang bertaqwa adalah memaafkan kesalahan orang lain, namun dalam
prakteknya memaafkan adalah bukan perkara yang mudah.
Masih
ingatkah kita akan kisah Abu Bakar As-Shiddiq yang pada suatu hari bersumpah
untuk tidak lagi membantu Misthah bin Atsatsah, salah seorang kerabatnya?
Begitu
berat kenyataan itu bagi beliau karena Misthah bin Atsatsah telah ikut
menyebarkan berita bohong tentang putri beliau yaitu siti Aisyah. Tetapi Allah
yang maha Rahman melarang sikap Abu Bakar tersebut, sehingga turunlah ayat
ke-22 dari surah An-Nur.
“Janganlah
orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah
bahwa mereka tidak akan mem beri (bantuan) kepada kaum kerabat (nya),
orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah.
Hendaklah mereka memaafkan dan berla pang dada. Apakah ka mu tidak ingin agar
Allah meng ampunimu? Sesungguhnya, Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS An-Nur: 22)
Anjuran Memaafkan ?
Memberi maaf
atas kesalahan orang lain adalah salah satu ciri orang bertaqwa (3:133) dan
3:134).
Salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al Qur’an adalah sikap
memaafkan:
1.Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan
yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh. (QS. Al Qur’an, 7:199)
2. "...dan hendaklah mereka memaafkan dan
berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An Nuur, 24:22)
3... dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta
ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. At Taghaabun, 64:14)
4. “Dan
orang yang menahan amarahnya dan memaafkan orang lain, Allah menyintai orang
yang berbuat kebajikan.” (Surah Ali Imran,
ayat 132).
Balasan yang memaafkan
?
Al-Qur,an mengajarkan pada seluruh umat manusia, untuk dan saling memaafkan, memang tidak mudah memaafkan kesalahan orang lain, akan tetapi sifat pemaaf adalah salah satu sifat yang diajarkan oleh Al-Qur’an dalam Surat Al-A'raf (7) ayat 199, yang artinya :
“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh”
1.Allah SWT mengampuni bagi orang orang yang memaafkan kesalahan orang lain, sesuai firman Alloh, dalam Al-Qur’an surat An-Nuur (24 ayat 22 yang artinya :
”Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
2.”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. QS. At-Taghaabun (64) : 14.
4.(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. QS. Ali ‘Imraan (3):134
Al-Qur,an mengajarkan pada seluruh umat manusia, untuk dan saling memaafkan, memang tidak mudah memaafkan kesalahan orang lain, akan tetapi sifat pemaaf adalah salah satu sifat yang diajarkan oleh Al-Qur’an dalam Surat Al-A'raf (7) ayat 199, yang artinya :
“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh”
1.Allah SWT mengampuni bagi orang orang yang memaafkan kesalahan orang lain, sesuai firman Alloh, dalam Al-Qur’an surat An-Nuur (24 ayat 22 yang artinya :
”Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
2.”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. QS. At-Taghaabun (64) : 14.
4.(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. QS. Ali ‘Imraan (3):134
Ayat itu
membuktikan bahawa orang yang menahan kemarahannya, termasuk dalam golongan
Muttaqin iaitu orang yang bertakwa kepada Allah. Tambahan pula Allah akan
memberikan pengampunan kepada mereka, lalu menyediakan mereka balasan syurga.
Alangkah besar dan hebatnya ganjaran bagi manusia pemaaf.
5.Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara khsusus
menggambarkan besarnya keutamaan dan pahala sifat mudah memaafkan di sisi Allah
Azza wa Jalla dalam sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan
pemberian maafnya (kepada saudaranya) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat)”
Arti
bertambahnya kemuliaan orang yang pemaaf di dunia adalah dengan dia dimuliakan
dan diagungkan di hati manusian karena sifatnya yang mudah memaafkan orang
lain, sedangkan di akhirat dengan besarnya ganjaran pahala dan keutamaan di
sisi Allah Azza wa
Perbuatan yang paling
mulia ?
Menurut Imam
Al-Ghazali, pengertian maaf itu ialah apabila anda mempunyai hak untuk
membalas, lalu anda gugurkan hak itu, dan bebaskan orang yang patut menerima
balasan itu, dari hukum qisas atau hukum denda.
1.Dalam
sebuah hadis qudsi Allah Azza wa Jalla berfirman.
“Nabi Musa telah
bertanya kepada Allah, wahai Tuhanku!, manakah hamba-Mu yang lebih mulia
menurut pandanganMu?”
Allah Azza
wa Jalla berfirman.
“Ialah orang
yang apabila berkuasa (menguasai musuhnya) dapat segera memaafkan.”
Daripada
hadis itu, Allah menjelaskan bahawa hamba yang mulia di sisi Allah adalah
mereka yang berhati mulia, bersikap
lembut, mempunyai toleransi tinggi dan bertolak ansur terhadap musuh.
2.Allah Azza
wa Jalla berfirman.
“Dan bersegeralah
kamu kepada (mengerjakan amal yang baik untuk mendapat) keampunan daripada
Tuhan kamu, dan mendapat syurga yang bidangnya seluas segala langit dan
bumi, yang disediakan bagi orang yang bertakwa.”
(Surah Ali Imran, ayat 133-134)
Cara Memadamkan Kemarahan ?
Memang tepat sifat pemaaf itu bukanlah satu perbuatan
mudah dilakukan. Firman Allah yang bermaksud: “Tetapi, sesiapa
yang sabar dan suka memaafkan, sesungguhnya termasuk pekerjaan yang berat
ditanggung.” (Surah
asy-Syura, ayat 43).
Nabi Muhammad bersabda: “Bukanlah orang yang
kuat itu (dinilai) dengan (kekuatan) dalam pergelutan, sesungguhnya orang yang
kuat ialah orang yang dapat menguasai dirinya ketika marah.” (Hadis riwayat Bukhari).
Imam Al-Ghazali memberi tiga panduan bagi memadamkan api
kemarahan dan melahirkan sifat pemaaf. Apabila marah hendaklah mengucap “A’uzubillahiminassyaitanirrajim”
(aku berlindung kepada Allah dari syaitan yang direjam).
Apabila marah itu muncul ketika berdiri, maka hendaklah segera
duduk, jika duduk hendaklah segera
berbaring. Orang yang sedang marah, sunat baginya mengambil wuduk dengan air yang dingin. Hal ini
kerana kemarahan itu berpunca daripada api, manakala api itu tidak boleh
dipadamkan melainkan dengan air.
Mudah memaafkan, penyayang terhadap sesama Muslim dan
lapang dada terhadap kesalahan orang merupakan amal shaleh yang keutamaannya
besar dan sangat dianjurkan dalam Islam.
Allah Azza wa Jalla berfirman.
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah
orang mengerjakan perbuatan baik, serta berpisahlah dari orang-orang yang
bodoh. [al-A’raf/7:199]
Jalla.
Ikhtitam
اللهم إنك عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pema’af, Engkau
suka memaafkan (hamba-Mu), maka maafkanlah aku”(HR Tirmidzi)
JAKARTA
12/3/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar