POTRET WANITA Shalihah
“Maukah aku beritakan kepadamu tentang
sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila
dipandang akan menyenangkannya3, bila diperintah4 akan mentaatinya5, dan bila
ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Dawud no. 1417.
Asy-Syaikh Muqbil t berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini shahih
di atas syarat Muslim.”)
Muqaddimah
Apa yang sering diangankan oleh kebanyakan
laki-laki tentang wanita yang bakal menjadi pendamping hidupnya? Cantik, kaya,
punya kedudukan, karir bagus, dan baik pada suami. Inilah keinginan yang banyak
muncul. Sebuah keinginan yang lebih tepat disebut angan-angan, karena jarang
ada wanita yang memiliki sifat demikian. Kebanyakan laki-laki lebih
memperhatikan penampilan dzahir, sementara unsur akhlak dari wanita tersebut
kurang diperhatikan. Padahal akhlak dari pasangan hidupnya itulah yang akan
banyak berpengaruh terhadap kebahagiaan rumah tangganya.
Sifat-sifat Istri Shalihah
Allah r berfirman:
Allah r berfirman:
“Wanita (istri) shalihah adalah yang taat lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikarenakan Allah telah memelihara
mereka.” (An-Nisa: 34)
Dalam ayat yang mulia di atas disebutkan di antara sifat wanita shalihah adalah taat kepada Allah dan kepada suaminya dalam perkara yang ma‘ruf6 lagi memelihara dirinya ketika suaminya tidak berada di sampingnya.
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di t berkata: “Tugas seorang istri adalah menunaikan ketaatan kepada Rabbnya dan taat kepada suaminya, karena itulah Allah berfirman: “Wanita shalihah adalah yang taat,” yakni taat kepada Allah I, “Lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada.” Yakni taat kepada suami mereka bahkan ketika suaminya tidak ada (sedang bepergian, pen.), dia menjaga suaminya dengan menjaga dirinya dan harta suaminya.” (Taisir Al-Karimir Rahman, hal.177)
Dalam ayat yang mulia di atas disebutkan di antara sifat wanita shalihah adalah taat kepada Allah dan kepada suaminya dalam perkara yang ma‘ruf6 lagi memelihara dirinya ketika suaminya tidak berada di sampingnya.
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di t berkata: “Tugas seorang istri adalah menunaikan ketaatan kepada Rabbnya dan taat kepada suaminya, karena itulah Allah berfirman: “Wanita shalihah adalah yang taat,” yakni taat kepada Allah I, “Lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada.” Yakni taat kepada suami mereka bahkan ketika suaminya tidak ada (sedang bepergian, pen.), dia menjaga suaminya dengan menjaga dirinya dan harta suaminya.” (Taisir Al-Karimir Rahman, hal.177)
Ketika Rasulullah r menghadapi permasalahan dengan istri-istrinya sampai beliau bersumpah tidak akan mencampuri mereka selama sebulan, Allah I menyatakan kepada Rasul-Nya:
“Jika sampai Nabi menceraikan kalian,7
mudah-mudahan Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang
lebih baik daripada kalian, muslimat, mukminat, qanitat, taibat, ‘abidat,
saihat dari kalangan janda ataupun gadis.” (At-Tahrim: 5)
Dalam ayat yang mulia di atas disebutkan beberapa sifat istri yang shalihah yaitu:
a. Muslimat: wanita-wanita yang ikhlas (kepada Allah I), tunduk kepada perintah Allah ta‘ala dan perintah Rasul-Nya.
b. Mukminat: wanita-wanita yang membenarkan perintah dan larangan Allah I
c. Qanitat: wanita-wanita yang taat
d. Taibat: wanita-wanita yang selalu bertaubat dari dosa-dosa mereka, selalu kembali kepada perintah (perkara yang ditetapkan) Rasulullah r walaupun harus meninggalkan apa yang disenangi oleh hawa nafsu mereka.
e. ‘Abidat: wanita-wanita yang banyak melakukan ibadah kepada Allah I (dengan mentauhidkannya karena semua yang dimaksud dengan ibadah kepada Allah I di dalam Al-Qur’an adalah tauhid, kata Ibnu Abbas c).
f. Saihat: wanita-wanita yang berpuasa. (Al-Jami‘ li Ahkamil Qur’an, 18/126-127, Tafsir Ibnu Katsir, 8/132)
Rasulullah r menyatakan:
Dalam ayat yang mulia di atas disebutkan beberapa sifat istri yang shalihah yaitu:
a. Muslimat: wanita-wanita yang ikhlas (kepada Allah I), tunduk kepada perintah Allah ta‘ala dan perintah Rasul-Nya.
b. Mukminat: wanita-wanita yang membenarkan perintah dan larangan Allah I
c. Qanitat: wanita-wanita yang taat
d. Taibat: wanita-wanita yang selalu bertaubat dari dosa-dosa mereka, selalu kembali kepada perintah (perkara yang ditetapkan) Rasulullah r walaupun harus meninggalkan apa yang disenangi oleh hawa nafsu mereka.
e. ‘Abidat: wanita-wanita yang banyak melakukan ibadah kepada Allah I (dengan mentauhidkannya karena semua yang dimaksud dengan ibadah kepada Allah I di dalam Al-Qur’an adalah tauhid, kata Ibnu Abbas c).
f. Saihat: wanita-wanita yang berpuasa. (Al-Jami‘ li Ahkamil Qur’an, 18/126-127, Tafsir Ibnu Katsir, 8/132)
Rasulullah r menyatakan:
“Apabila seorang wanita shalat lima waktu,
puasa sebulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka
dikatakan kepadanya: Masuklah engkau ke dalam surga dari pintu mana saja yang
engkau sukai.” (HR. Ahmad 1/191, dishahihkan Asy-Syaikh Albani t dalam Shahihul
Jami’ no. 660, 661)
Tanda Istri Shalihah
Dari dalil-dalil yang telah disebutkan di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa sifat istri yang shalihah adalah sebagai berikut:
1. Mentauhidkan Allah I dengan mempersembahkan ibadah hanya kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.
2. Tunduk kepada perintah Allah I, terus menerus dalam ketaatan kepada-Nya dengan banyak melakukan ibadah seperti shalat, puasa, bersedekah, dan selainnya. Membenarkan segala perintah dan larangan Allah I.
3. Menjauhi segala perkara yang dilarang dan menjauhi sifat-sifat yang rendah.
4. Selalu kembali kepada Allah I dan bertaubat kepada-Nya sehingga lisannya senantiasa dipenuhi istighfar dan dzikir kepada-Nya. Sebaliknya ia jauh dari perkataan yang laghwi, tidak bermanfaat dan membawa dosa seperti dusta, ghibah, namimah, dan lainnya.
5. Menaati suami dalam perkara kebaikan bukan dalam bermaksiat kepada Allah I dan melaksanakan hak-hak suami sebaik-baiknya.
6. Menjaga dirinya ketika suami tidak berada di sisinya. Ia menjaga kehormatannya dari tangan yang hendak menyentuh, dari mata yang hendak melihat, atau dari telinga yang hendak mendengar. Demikian juga menjaga anak-anak, rumah, dan harta suaminya.
Dari dalil-dalil yang telah disebutkan di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa sifat istri yang shalihah adalah sebagai berikut:
1. Mentauhidkan Allah I dengan mempersembahkan ibadah hanya kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.
2. Tunduk kepada perintah Allah I, terus menerus dalam ketaatan kepada-Nya dengan banyak melakukan ibadah seperti shalat, puasa, bersedekah, dan selainnya. Membenarkan segala perintah dan larangan Allah I.
3. Menjauhi segala perkara yang dilarang dan menjauhi sifat-sifat yang rendah.
4. Selalu kembali kepada Allah I dan bertaubat kepada-Nya sehingga lisannya senantiasa dipenuhi istighfar dan dzikir kepada-Nya. Sebaliknya ia jauh dari perkataan yang laghwi, tidak bermanfaat dan membawa dosa seperti dusta, ghibah, namimah, dan lainnya.
5. Menaati suami dalam perkara kebaikan bukan dalam bermaksiat kepada Allah I dan melaksanakan hak-hak suami sebaik-baiknya.
6. Menjaga dirinya ketika suami tidak berada di sisinya. Ia menjaga kehormatannya dari tangan yang hendak menyentuh, dari mata yang hendak melihat, atau dari telinga yang hendak mendengar. Demikian juga menjaga anak-anak, rumah, dan harta suaminya.
Surga Bagi Istri Shalihah
Untuk itu kita butuh ilmu, agar tahu bagaimana caranya meraih
surga melalui ibadah pernikahan. Berikut adalah langkah yang harus kita tempuh
agar bisa menjadi istri shalihah, yang akan menuai pahala dan kedudukan yang
tinggi dengan keshalihan itu..
[1].
Taat Kepada Suaminya
Setelah
wali atau orang tua sang isteri menyerahkan kepada suaminya, maka kewajiban
taat kepada suami menjadi hak tertinggi yang harus dipenuhi, setelah kewajiban
taatnya kepada Allah dan Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
“Artinya : Apabila seorang isteri mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya (menjaga kehormatannya) , dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya.” (HR Ibnu Hibban)
“Artinya : Apabila seorang isteri mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya (menjaga kehormatannya) , dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya.” (HR Ibnu Hibban)
Dalam
hadits yang lain, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang
sifat wanita penghuni Surga,
“Artinya : Wanita-wanita kalian yang menjadi penghuni Surga adalah yang penuh kasih sayang, banyak anak, dan banyak kembali (setia) kepada suaminya yang apabila suaminya marah, ia mendatanginya dan meletakkan tangannya di atas tangan suaminya dan berkata, ‘Aku tidak dapat tidur nyenyak hingga engkau ridha.’” (HR Thabrani)
“Artinya : Wanita-wanita kalian yang menjadi penghuni Surga adalah yang penuh kasih sayang, banyak anak, dan banyak kembali (setia) kepada suaminya yang apabila suaminya marah, ia mendatanginya dan meletakkan tangannya di atas tangan suaminya dan berkata, ‘Aku tidak dapat tidur nyenyak hingga engkau ridha.’” (HR Thabrani)
Hadits
ini menggambarkan perintah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk
memperhatikan hak suami yang harus dipenuhi isterinya karena suami adalah Surga
dan Neraka bagi isteri. Apabila isteri taat kepada suami, maka ia akan masuk
Surga, tetapi jika ia mengabaikan hak suami, tidak taat kepada suami, maka
dapat menyebabkan isteri terjatuh ke dalam jurang Neraka. Nasalullaahas
salaamah wal ‘aafiyah.
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Demi Allah, yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, seorang wanita tidak akan bisa menunaikan hak Allah sebelum ia menunaikan hak suaminya. Andaikan suami meminta dirinya padahal ia sedang berada di atas punggung unta, maka ia (isteri) tetap tidak boleh menolak.” (HR Ibnu Majah)
[2].
Banyak Bersyukur Dan Tidak Banyak Menuntut
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
“Artinya : Allah tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya, dan dia selalu menuntut (tidak pernah merasa cukup).” (HR Annasai)
“Artinya : Allah tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya, dan dia selalu menuntut (tidak pernah merasa cukup).” (HR Annasai)
Dalam
hadits lain, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Artinya : Sesungguhnya orang yang selalu melakukan kefasikan adalah penghuni Neraka.” Dikatakan, “Wahai Rasulullah, siapakah yang selalu berbuat fasik itu?” Beliau menjawab, “ Para wanita.” Seorang Shahabat bertanya, “Bukankah mereka itu ibu-ibu kita, saudari-saudari kita, dan isteri-isteri kita?” Beliau menjawab, “Benar. Akan tetapi apabila mereka diberi sesuatu, mereka tidak bersyukur. Apabila mereka ditimpa ujian (musibah), mereka tidak bersabar.” (HR Ahmad)
“Artinya : Sesungguhnya orang yang selalu melakukan kefasikan adalah penghuni Neraka.” Dikatakan, “Wahai Rasulullah, siapakah yang selalu berbuat fasik itu?” Beliau menjawab, “ Para wanita.” Seorang Shahabat bertanya, “Bukankah mereka itu ibu-ibu kita, saudari-saudari kita, dan isteri-isteri kita?” Beliau menjawab, “Benar. Akan tetapi apabila mereka diberi sesuatu, mereka tidak bersyukur. Apabila mereka ditimpa ujian (musibah), mereka tidak bersabar.” (HR Ahmad)
[3].
Isteri Diperintahkan Untuk Tinggal Di Rumah Dan Mengurus Rumah Tangga Dengan
Baik
Allah
‘Azza wa Jalla berfirman:
“Artinya : Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang Jahiliyyah dahulu, dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” [Al-Ahzaab : 33]
“Artinya : Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang Jahiliyyah dahulu, dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” [Al-Ahzaab : 33]
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Artinya : Barangsiapa yang menjaga kehormatan dirinya, maka Allah akan jaga dirinya dan barangsiapa yang merasa cukup, maka Allah akan memberikan kecukupan kepada dirinya.” (HR Bukhari)
“Artinya : Barangsiapa yang menjaga kehormatan dirinya, maka Allah akan jaga dirinya dan barangsiapa yang merasa cukup, maka Allah akan memberikan kecukupan kepada dirinya.” (HR Bukhari)
[4].
Berhias Dan Mempercantik Diri Untuk Suami, Selalu Tersenyum Dan Tidak Bermuka
Masam Di Hadapan Suaminya, Juga Jangan Sampai Ia Memperlihatkan Keadaan Yang
Tidak Disukai Oleh Suaminya.
Allah
Ta’ala berfirman:
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)- Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.” [Ar-Ruum : 21]
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)- Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.” [Ar-Ruum : 21]
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Artinya : Sebaik-baik isteri adalah yang menyenangkan jika engkau melihatnya, taat jika engkau menyuruhnya, serta menjaga dirinya dan hartamu di saat engkau pergi.” [Hadits)
“Artinya : Sebaik-baik isteri adalah yang menyenangkan jika engkau melihatnya, taat jika engkau menyuruhnya, serta menjaga dirinya dan hartamu di saat engkau pergi.” [Hadits)
[5].
Tidak Boleh Mengungkit-ungkit Apa Yang Pernah Ia Berikan Dari Hartanya Kepada
Suaminya Maupun Keluarganya.
Karena
menyebut-nyebut pemberian dapat membatalkan pahala. Allah Ta’ala berfirman:
“Artinya ; Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima).” [Al-Baqarah : 264]
[6]. Tidak Menyakiti Suami, Baik Dengan Ucapan Maupun Perbuatan.
“Artinya ; Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima).” [Al-Baqarah : 264]
[6]. Tidak Menyakiti Suami, Baik Dengan Ucapan Maupun Perbuatan.
“Artinya
: Tidaklah seorang isteri menyakiti suaminya di dunia, melainkan isterinya dari
para bidadari Surga akan berkata, ‘Janganlah engkau menyakitinya. Celakalah
dirimu! Karena ia hanya sejenak berkumpul denganmu yang kemudian meninggalkan-
mu untuk kembali kepada kami.” [Hadits)
[7 Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua Dan Kerabat Suami.
[7 Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua Dan Kerabat Suami.
[8] Pandai Menjaga Rahasia Suami Dan Rahasia Rumah Tangga. Jangan Sekali-kali Ia Menyebarluaskannya.
Tidak
boleh mengabarkan/ menceritakan suaminya kepada orang lain, tidak membocorkan
rahasianya dan tidak membuka apa yang disembunyikan dan tidak membuka aib
suaminya. Dan di antara rahasia yang paling dalam adalah perkara ranjang
suami-isteri. Sungguh, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah melarang
hal itu.
[9].
Isteri Harus Bersungguh-Sungguh Dalam Menjaga Keberlangsungan Rumah Tangga
Bersama Suami-nya.
Janganlah
ia meminta cerai tanpa ada alasan yang disyari’atkan.
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Artinya ; Siapa pun isteri yang meminta cerai dari suaminya tanpa alasan yang benar, maka ia tidak akan mencium aroma Surga.” (HR Abu Dawud)
“Artinya ; Siapa pun isteri yang meminta cerai dari suaminya tanpa alasan yang benar, maka ia tidak akan mencium aroma Surga.” (HR Abu Dawud)
74. Dan orang orang yang
berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa.(AL-FURQAN)
JAKARTA 13/3/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar