Contoh
Ayat-Ayat Muhkam dan Mutasyabih
Muhkam dan mutasyâbih termasuk diantara sifat yang Allâh Azza wa Jalla
tetapkan untuk al-Qur'ân. Keduanya memiliki makna yang berbeda-beda. Berikut
penjelasannya.
a. Al-Qur'an, semuanya muhkam
Allâh Azza wa Jalla berfirman.
الر ۚ كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ
Alif lâm râ, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatnya muhkam (disusun
dengan rapi) serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi
(Allâh) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu, [Hûd/11:1]
Dengan gamblang, disebutkan dalam ayat diatas bahwa semua ayatnya muhkam.
Jadi muhkam merupakan sifat bagi al-Qur'ân secara keseluruhan. Inilah yang
dinamakan oleh para Ulama dengan ihkâmun 'âm. Muhkam disini maksudnya adalah
al-Qur'ân itu sangat sempurna dan tertata dengan susunan yang paling rapi.
Semua berita yang terkandung dalam al-Qur'ân adalah benar, tidak ada kontra
sama sekali. Perintah-perintah yang termaktub dalam al-Qur'ân, semua
mendatangkan kebaikan dan barakah. Sebaliknya, semua larangan yang disebutkan
dalam al-Qur'ân tidak ada yang terlepas dari keburukan, bahaya dan prilaku yang
hina. Inilah yang dinamakan ihkâm 'âm.
b. Al-Qur'ân, semuanya mutasyâbih
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ
Allâh telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Qur'ân yang
serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit
orang-orang yang takut kepada Rabbnya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati
mereka di waktu mengingat Allâh. [az-Zumar/39:23]
Mutasyâbih, sifat yang disematkan pada al-Qur'ân pada ayat di atas
dinamakan tasyâbuh (serupa) 'am. Maksudnya, semua ayat yang terkandung dalam
al-Qur'ân serupa atau sama dalam masalah keindahan, kebenaran, kandungannya
terhadap nilai-nilai luhur yang mampu membersihkan akal manusia, menyucikan
hati dan memperbaiki kondisi. Jadi untaian kalimatnya adalah untaian kalimat
terbaik serta kandungannya adalah kandungan terbaik. Inilah maksud tasyâbuh
'am.
c. Al-Qur'ân, sebagiannya muhkam dan sebagiannya lagi mutasyâbih
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ
Dia-lah yang menurunkan al-Qur'ân kepada kamu. di antaranya ada ayat-ayat
yang muhkamât. Itulah pokok-pokok al-Qur'ân dan yang lain (ayat-ayat)
mutasyâbihât. [Ali Imrân/3:7]
Dalam ayat di atas, Allâh Azza wa Jalla menjelaskan bahwa sebagian dari
ayat-ayat al-Qur'ân itu muhkam dan sebagiannya lagi mutasyâbihat. Muhkam dan
mutasyâbih yang termaktub dalam ayat diatas bukan muhkam dan mutsyabih yang sudah
dijelaskan maknanya di atas.
Ketika menjelaskan ayat ini, Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan,
"Allâh Azza wa Jalla memberitahukan bahwa dalam al-Qur'ân ada ayat-ayat
yang muhkam. Ayat-ayat ini merupakan ummul kitab (pokok-pokok Kitab). (Muhkam)
maksudnya adalah ayat-ayat yang jelas dan terang maknanya, tidak ada
kekurangjelasan sama sekali bagi semua orang dalam ayat-ayat tersebut. Dan ada
sebagian lagi ayat-ayat yang kurang jelas maknanya bagi mayoritas atau sebagian
orang. Barangsiapa mengembalikan makna (ayat) yang belum jelas kepada (ayat)
yang jelas maknanya dan menjadikan (ayat) yang jelas maknanya sebagai hakim
bagi (ayat) yang belum jelas baginya, berarti dia telah mendapatkan petunjuk.
Berangsiapa yang melakukan kebalikannya, berarti dia terbalik (tersesat).
Syaikh Abdurrahman bin Nâshir as-sa'diy rahimahullah mengatakan,
"Para ahli ilmu (yang memahami) al-Qur'ân, mereka mengembalikan makna
ayat-ayat kurang jelas kepada ayat-ayat yang maknanya jelas, sehingga semuanya
menjadi jelas. Dan mereka juga mengatakan, "Semua ayat-ayat itu datang
dari Rabb kami." Makusdnya semua yang datang dari Rabb tidak yang
bertentangan. Makna yang belum jelas pada satu tempat, telah dijelaskan pada
tempat lain sehingga (semua) terpahami dan problem dalam memahaminya telah
sirna.
Diantara contohnya yaitu pemberitahuan Allâh Azza wa Jalla bahwa Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu, segala yang Allâh Azza wa Jalla kehendaki pasti
terjadi dan yang tidak dikehendaki pasti tidak terjadi. Allâh Azza wa Jalla
(memberitahukan), Dia memberikan petunjuk kepada orang yang dikehendaki dan
menyesatkan orang yang dikehendaki-Nya.
Jika makna-makna ini tidak terpahami dengan baik oleh orang yang mengira
bahwa ini bertentangan dengan nilai keadilan atau mengira bahwa penganugerahan
hidayah dan penyesatan itu begitu saja tanpa sebab, maka ketidakjelassan ini
telah dijelaskan dalam ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa semua itu ada
sebabnya. Dan sebab itu dilakukan oleh manusia. Seperti firman Allâh Azza wa
Jalla :
يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ
Dengan Kitab itulah, Allâh menunjuki orang-orang yang mengikuti
keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, [al-Mâidah/5:16]
Juga firman-Nya :
فَرِيقًا هَدَىٰ وَفَرِيقًا حَقَّ عَلَيْهِمُ الضَّلَالَةُ ۗ إِنَّهُمُ اتَّخَذُوا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ اللَّهِ
Sebagian diberi petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi
mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan setan-setan pelindung (mereka) selain
Allâh, [al-A'râf/7:30]
فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ
Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allâh memalingkan hati
mereka. [as-Shaf/61:5]
Jika ini masih mutasyâbih (tidak terpahami dengan baik) oleh golongan
Jabriyah yang memandang bahwa manusia itu dipaksa atau dikendalikan seperti
robot, maka Allâh Azza wa Jalla jelaskan dalam banyak ayat bahwa Allâh Azza wa
Jalla tidak memaksa manusia. Dan Allâh Azza wa Jalla jelaskan bahwa apa yang
mereka lakukan itu berdasarkan pilihan dan kemampuan mereka.
Jika ini masih mustabihat (tidak terpahami dengan baik) oleh golongan
Qadariyah yang memandang bahwa usaha manusia itu murni dari mereka tanpa ada
kehendak dan takdir dari Allâh Azza wa Jalla , maka bacakanlah kepada mereka
ayat-ayat yeng menerangkan tentang kekuasaan Allâh Azza wa Jalla yang meliputi
segala sesuatu, termasuk perbuatan manusia. Mereka tidak memiliki keinginan
kecuali setelah Allâh Azza wa Jalla menghendakinya.
Dan kita katakan kepada Jabriyah dan Qadariyah, bahwa semua itu merupakan
ayat-ayat Allâh Azza wa Jalla yang haq yang wajib diimani oleh kaum Muslimin.
Kesimpulannya, ayat yang masih mujmal (global) atau belum jelas maknanya
pada satu tempat, maka di tempat lain ayat tersebut telah dijelaskan, sehingga
menjadi jelas maknanya.
Faedah Ayat-Ayat Muhkamat dan
Ayat-Ayat Mutasyabihat
Dalam pembahasan ini perlu
dijelaskan faedah atau hikmah ayat-ayat muhkam lebih dahulu sebelum menerangkan
faedah ayat-ayat mutasyabihat.
1)
Hikmah Ayat-Ayat Muhkamat
a) Menjadi rahmat bagi
manusia, khususnya orang kemampuan bahasa Arabnya lemah. Dengan adanya
ayat-ayat muhkam yang sudah jelas arti maksudnya, sangat besar arti dan
faedahnya bagi mereka.
b) Memudahkan bagi
manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi mereka dalam
menghayati makna maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya.
c) Mendorong umat untuk
giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi kandungan Al-Quran, karena lafal
ayat-ayatnya telah mudah diketahui, gampang dipahami, dan jelas pula untuk diamalkan.
d) Menghilangkan kesulitan dan
kebingungan umat dalam mempelajari isi ajarannya, karena lafal ayat-ayat dengan
sendirinya sudah dapat menjelaskan arti maksudnya, tidak harus menuggu
penafsiran atau penjelasan dari lafal ayat atau surah yang lain.
2)
Hikmah Ayat-Ayat Mutasyabihat
a) Memperlihatkan
kelemahan akal manusia. Akal sedang dicoba untuk meyakini keberadaan ayat-ayat
mutasyabih sebagaimana Allah memberi cobaan pada badan untuk beribadah.
Seandainya akal yang merupakan anggota badan paling mulia itu tidak diuji,
tentunya seseorang yang berpengetahuan tinggi akan menyombongkan keilmuannya
sehingga enggan tunduk kepada naluri kehambaannya. Ayat-ayat mutasyabih
merupakan sarana bagi penundukan akal terhadap Allah karena kesadaraannya akan
ketidakmampuan akalnya untuk mengungkap ayat-ayat mutasyabih itu.
b) Teguran bagi
orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasybih. Sebagaimana Allah
menyebutkan wa ma yadzdzakkaru ila ulu al-albab sebagai cercaan terhadap
orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasyabih. Sebaliknya Allah
memberikan pujian bagi orang-orang yang mendalami ilmunya, yakni orang-orang
yang tidak mengikuti hawa nafsunya untuk mengotak-atik ayat-ayat mutasyabih
sehingga mereka berkata rabbana la tuzighqulubana. Mereka menyadari
keterbatasan akalnya dan mengharapkan ilmu ladunni.
c) Membuktikan kelemahan
dan kebodohan manusia. Sebesar apapun usaha dan persiapan manusia, masih ada
kekurangan dan kelemahannya. Hal tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan
Allah SWT, dan kekuasaan ilmu-Nya yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
d) Memperlihatkan kemukjizatan
Al-Quran, ketinggian mutu sastra dan balaghahnya, agar manusia menyadari
sepenuhnya bahwa kitab itu bukanlah buatan manusia biasa, melainkan wahyu
ciptaan Allah SWT.
e) Mendorong kegiatan
mempelajari disiplin ilmu pengetahuan yang bermacam-macam.
Daftar Pustaka
Al-Qattan, Manna’ Khalil. 2009, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an,
Bogor:Lintera Antar Nusa
Anwar, Rosihon. 2004, Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Media
Djalal, Abdul, 2008, Ulumul Quran. Surabaya: Dunia Ilmu
Hadi, Abd. 2010, Pengantar Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, Surabaya:Graha
Pustaa Islamic Media
Hermawan, Acep, 2011. ‘Ulumul Quran:Ilmu Untuk Memahami Wahyu,
Bandung:PT Remaja Rosdakarya
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, 2012, Studi Al-Qur’an. Surabaya :
IAIN Sunan Ampel Press
Zenrif, MF. 2008. Sintesis Paradigma Studi Al-Quran, Malang:UIN
Malang Perss
Drs. H. Ahmad Syadali, and Drs. H. Ahmad Rofi’i. ULUMUL QURAN I.
cetakan II Revisi. Bandung: CV PUSTAKA SETIA, n.d.
Mohammad Nor Ichwan, M.Ag. STUDI ILMU-ILMU SL-QUR’AN. cetakan I.
Semarang: RaSAIL Media Group, 2008.
Syaikh Manna’ Al-Qathan. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. cetakan I.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006.
By Abi Naufal. Jakarta (2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar