Selasa, 18 Oktober 2016

TAUBAT


45.Renungan Siang !!!
*Taubat Sebelum Berhaji* 

  ﻭَﻟِﻠَّﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺣِﺞُّ ﺍﻟْﺒَﻴْﺖِ ﻣَﻦِ ﺍﺳْﺘَﻄَﺎﻉَ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺳَﺒِﻴﻠًﺎ ﻭَﻣَﻦْ
ﻛَﻔَﺮَ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻏَﻨِﻲٌّ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦَ
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap
Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan
perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari
(kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. ” (QS.
Ali Imron: 97).
ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ : ﺍﻟﻌﻤﺮﺓُ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻌﻤﺮﺓِ ﻛﻔَّﺎﺭَﺓٌ ﻟﻤَﺎ ﺑﻴﻨَﻬﻤَﺎ ، ﻭﺍﻟﺤﺞُّ
ﺍﻟﻤﺒﺮﻭﺭُ ﻟﻴﺲَ ﻟﻪُ ﺟﺰﺍﺀٌ ﺇﻻ ﺍﻟﺠﻨَّﺔُ
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu , Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Ibadah umrah
ke ibadah umrah berikutnya adalah penggugur (dosa)
di antara keduanya, dan haji yang mabrur tiada
balasan (bagi pelakunya) melainkan surga ” (HR al-
Bukhari dan Muslim).
*Perintah haji wajib hukumnya bagi orang orang beriman dan yang mampu. Jika tidak dilaksanakan dengan segera terancam dengan dekatnya ajal dan mati dalam kadaan suul khatimah,tidak dalam kadaan muslim.* Untuk itu segeralah mendaftarkan diri untuk siap memenuhi panggilan ilahi,untuk ibadah haji.
Sungguh beruntung bagi orang orang beriman yang sudah mendapat giliran berhaji dan bertambah ikhlas beragama serta banyak beramal shalih disamping bekal taqwa,hartanya halal.
Untuk mendapatkan haji yang mabrur,haji yang menambah keikhlasan dan meningkatkan ketaqwaan bagi para hujjaaj serta istiqamah dalam bertauhidkan Allah swt.
Bukankah ibadah dan amal shalih termasuk haji yang diterima hanyalah orang orang bertaqwa,mereka orang orang beriman,patuh kepada Allah swt tidak bermasiat,bersyukur kepadaNya tidak kufur,banyak berdzikir kepadaNya tidak melupakan ?
Manusia kadang berbuat baik dan kadang melakukan dosa terutama buruk sangka kepada Allah swt,ghibah,namimah dan maksiat lainnya itu wajar tapi tetap berdosa. Agar supaya tidak bertambah dosa maka bertaubatlah dengan banyak baca istighfar dan banyak beramal shalih.
Lain dengan para malaikat yang selalu mengerjakan perintah Allah swt dan tidak pernah bermasiat kepadaNya. Demikian juga para Nabi dan Rasul ma`shum terjaga dari perbuatan dosa.
Siapa para haji yang akan mendapat haji mabrur dan mendapat balasan surga di kelak hari pembalasan ?
Jawabnya, mungkin mereka yang beriman,syarat rukun/wajib haji dipenuhi,adab dan sunnah sunnahnya,meninggalkan perbuatan dosa,mengikuti petunjuk Nabi dalam melaksanakannya dan hartanya halal ?!
*Haji Mabrur Idaman para Hujjaaj*
1. Dilakukan dengan ikhlash (memurnikan niat dalam
melaksanakan hajinya) hanya karena Allah Ta’ala
semata, tanpa riya’ dan sum’ah .
2. Biaya pelaksanaan haji tersebut berasal dari harta
yang halal . Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ﺇﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻃﻴِّﺐٌ ﻭﻻ ﻳﻘﺒﻞُ ﺇﻻ ﻃﻴﺒًﺎ
“Sesungguhnya Allah Maha Baik, dan Ia tidak
menerima kecuali hal yang baik… ”. (HR Muslim, 1015).
3. Menjauhi segala dosa dan perbuatan maksiat, segala
macam perbuatan bid’ah dan semua hal yang
menyelisihi syariat. Karena, jika hal tersebut
berdampak negatif terhadap semua amal shalih dan
bahkan dapat menghalangi dari diterimanya amal
tersebut, maka hal itu lebih berdampak negatif lagi
terhadap ibadah haji dan keabsahannya. Hal ini
berdasarkan beberapa dalil, di antaranya firman Allah
Ta’ala:
ﺍﻟْﺤَﺞُّ ﺃَﺷْﻬُﺮٌ ﻣَﻌْﻠُﻮﻣَﺎﺕٌ ﻓَﻤَﻦْ ﻓَﺮَﺽَ ﻓِﻴﻬِﻦَّ ﺍﻟْﺤَﺞَّ ﻓَﻠَﺎ ﺭَﻓَﺚَ
ﻭَﻟَﺎ ﻓُﺴُﻮﻕَ ﻭَﻟَﺎ ﺟِﺪَﺍﻝَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺤَﺞِّ
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi,
barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu
akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats,
berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa
mengerjakan haji…” (QS al-Baqarah: 197).
4. Dilakukan dengan penuh akhlak yang mulia dan
kelemah-lembutan, serta dengan sikap
tawadhu’ (rendah hati) ketika ia berkendaraan,
bersinggah sementara pada suatu tempat dan dalam
bergaul bersama yang lainnya, dan bahkan dalam
segala keadaannya.
*Haji ala para Sufi*
*Amalan-amalan haji yang bersifat zhahir sebagaimana pendapat Hujjatul Islam Al-Ghazali*
adalah sebagai berikut:
Pertama, memulai maksud menunaikan haji dengan
bertaubat, membayar utang-utang, mengembalikan
barang-barang yang didapat dengan berbuat zhalim
kepada pemiliknya, mengembalikan titipan-titipan dan
amanah-amanah kepada yang berhak, dan menyiapkan
nafkah bagi orang-orang yang wajib ia nafkahi selama
ia melakukan perjalanan sampai ia kembali kepada
mereka.
Kedua, mengambil teman yang baik dalam
perjalanannya, yang membantunya untuk melakukan
kebaikan dan mengingatkannya akan sesuatu yang
membuat Allah menjadi ridha.
Ketiga, ketika akan berangkat dari rumahnya,
hendaknya ia berdoa kepada Allah dengan ikhlas
seperti membaca doa-doa yang biasa dibaca saat akan
melakukan perjalanan kemana saja.
Keempat, berniat ihram dan memulai talbiyah dengan
mengucapkan Labbaik, Allahumma labbaik, labbaika la
syarika laka labbaik. Innal-hamda wan-ni`mata laka
wal-mulk, la syarika lak.
*Muhammad bin Al-Fadhl* mengatakan, “Aku
heran pada orang-orang yang mencari Ka’bah-Nya di
dunia ini. Mengapa meraka tidak berupaya melakukan
musyahadat tentang-NYa di dalam hati mereka?
Tempat suci kadangkala mereka capai dan kadangkala
mereka tinggalkan, tetapi musyahadat bisa mereka
nikmati selalu. Jika mereka harus mengunjungi batu
(Ka’bah), yang dilihat hanya setahun sekali,
sesungguhnya meraka lebih harus mengunjungi Ka’bah
hati, di mana Dia bisa dilihat tiga ratus enam puluh kali
sehari semalam. Tetapi setiap langkah mistikus adalah
simbol perjalanan menuju Mekkah, dan bilamana ia
mencapai tempat suci ia menerima jubah kehormatan,
bagi setiap langkah.”
*Dan Abu Yazid* mengatakan, “Pada hajiku yang
pertama aku hanya melihat Ka’bah, kedua kalinya, aku
melihat Ka’bah dan Tuhannya Ka’bah, dan ketiga
kalinya, aku hanya melihat Tuhan saja.” Pendeknya,
tempat suci ada di mana musyahadat ada.
Tujuan mereka adalah mujahadat dalam suatu
kerinduan yang membuat mereka tak bisa tenang, dan
kelenyapan dalam cinta yang tak pernah berakhir.
*Ahmad bin Abi Al-Hawari* berkata, “Aku bersama
dengan Abu Sulaiman Ad-Darani ketika ia hendak
berihram. Ia tidak bertalbiyah sampai kami berjalan
sejauh satu mil. Kemudian ia pingsan, lalu tersadar.
Setelah itu ia berkata, ‘Wahai Ahmad, telah sampai
keterangan kapadaku bahwa barang siapa berhaji
dengan harta yang tidak halal kemudian ia bertalbiyah,
Allah akan berkata kepadanya: Tidak ada talbiyah
bagimu, tidak ada kebahagiaan bagimu sampai engkau
mengembalikan apa yang berada di tanganmu.’ Maka
jangan sampai dikatakan demikian kepada kita.”
*Semoga dosa dosa kita diampuni dan mendapat panggilan haji yang mabrur...Aamiin.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman