Rabu, 05 Oktober 2016

BUKAN SARA


82.Renungan Pagi !!!
*CINTA TANAH AIR*

KPU: "SILAHKAN PARA ULAMA MENGAJAK UMAT ISLAM UNTUK MEMILIH PEMIMPIN MUSLIM, KARENA PARA PENDETA JUGA TELAH MENGAJAK UMAT KRISTEN UNTUK MEMILIH ZHONG KARENA SE-AGAMA. ITU BUKAN SARA!"
*KPU Tegaskan:*
"Ajakan pemuka agama (ulama) kepada umat yang seagama untuk memilih atau tidak memilih pemimpin (muslim/non muslim) bukan termasuk SARA," kata Sumarno kepada TeropongSenayan, Jakarta, Selasa (20/9/2016).
*Mengapa Allah swt Melarang Orang Beriman Memilih Non Muslim Sebagai Prmimpin ?*
*1.Jangan Jadikan Orang Kafir Sebagai Orang*
Kepercayaan Dan Pemimpin
ﻟَﺎ ﻳَﺘَّﺨِﺬِ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮِﻳﻦَ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺀَ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﻣَﻦْ
ﻳَﻔْﻌَﻞْ ﺫَﻟِﻚَ ﻓَﻠَﻴْﺲَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻓِﻲ ﺷَﻲْﺀٍ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻥْ ﺗَﺘَّﻘُﻮﺍ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﺗُﻘَﺎﺓً
ﻭَﻳُﺤَﺬِّﺭُﻛُﻢُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻧَﻔْﺴَﻪُ ﻭَﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟْﻤَﺼِﻴﺮُ
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-
orang kafir menjadi auliya dengan meninggalkan orang- orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian,niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang
ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu) ” (QS. Al Imran: 28)
*Ibnu Abbas* radhiallahu’anhu menjelaskan makna ayat
ini: “Allah Subhanahu Wa Ta’ala melarang kaum
mu’minin untuk menjadikan orang kafir sebagai walijah (orang dekat, orang kepercayaan)
padahal ada orang mu’min. Kecuali jika orang-orang
kafir menguasai mereka, sehingga kaum mu’minin
menampakkan kebaikan pada mereka dengan tetap
menyelisihi mereka dalam masalah agama. Inilah
mengapa Allah Ta’ala berfirman: ‘kecuali karena
(siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari
mereka‘” ( Tafsir Ath Thabari , 6825).
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻟَﺎ ﺗَﺘَّﺨِﺬُﻭﺍ ﺍﻟْﻴَﻬُﻮﺩَ ﻭَﺍﻟﻨَّﺼَﺎﺭَﻯ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺀَ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ
ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺀُ ﺑَﻌْﺾٍ ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﺘَﻮَﻟَّﻬُﻢْ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﺎ ﻳَﻬْﺪِﻱ
ﺍﻟْﻘَﻮْﻡَ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi auliya bagimu; sebahagian mereka adalah auliya bagi
sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi auliya, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang lalim” (QS. Al Maidah: 51)
*Ibnu Katsir menjelaskan* ayat ini: “Allah Ta’ala
melarang hamba-Nya yang beriman untuk loyal kepada
orang Yahudi dan Nasrani . Mereka itu musuh Islam
dan sekutu-sekutunya. Semoga Allah memerangi
mereka. Lalu Allah mengabarkan bahwa mereka itu adalah auliya terhadap sesamanya. Kemudian Allah
mengancam dan memperingatkan bagi orang mu’min
yang melanggar larangan ini Barang siapa di antara
kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang lalim“” (Tafsir Ibni Katsir, 3/132).
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻟَﺎ ﺗَﺘَّﺨِﺬُﻭﺍ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺍﺗَّﺨَﺬُﻭﺍ ﺩِﻳﻨَﻜُﻢْ ﻫُﺰُﻭًﺍ ﻭَﻟَﻌِﺒًﺎ
ﻣِﻦَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺃُﻭﺗُﻮﺍ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏَ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻜُﻢْ ﻭَﺍﻟْﻜُﻔَّﺎﺭَ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺀَ ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ
ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﻣُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil jadi auliya bagimu, orang-orang yang
membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan,
(yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab
sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang
musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu
betul-betul orang-orang yang beriman ” (QS. Al
Maidah: 57)
*As Sa’di menjelaskan:* “Allah melarang hamba-Nya yang beriman untuk menjadikan ahlul kitab yaitu Yahudi dan Nasrani dan juga orang kafir lainnya
sebagai auliya yang dicintai dan yang diserahkan loyalitas padanya. Juga larangan memaparkan kepada mereka rahasia-rahasia kaum mu’minin juga larangan meminta tolong pada mereka pada sebagian urusan yang bisa membahayakan kaum muslimin. Ayat ini juga
menunjukkan bahwa jika pada diri seseorang itu masih ada iman, maka konsekuensinya ia wajib meninggalkan
loyalitas kepada orang kafir. Dan menghasung mereka untuk memerangi orang kafir” ( Tafsir As Sa’di , 236)
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻟَﺎ ﺗَﺘَّﺨِﺬُﻭﺍ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺍﺗَّﺨَﺬُﻭﺍ ﺩِﻳﻨَﻜُﻢْ ﻫُﺰُﻭًﺍ ﻭَﻟَﻌِﺒًﺎ
ﻣِﻦَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺃُﻭﺗُﻮﺍ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏَ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻜُﻢْ ﻭَﺍﻟْﻜُﻔَّﺎﺭَ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺀَ ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ
ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﻣُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil jadi auliya bagimu, orang-orang yang
membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan,(yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman ” (QS. Al Maidah: 57)
*As Sa’di menjelaskan:* “Allah melarang hamba-Nya yang beriman untuk menjadikan ahlul kitab yaitu Yahudi dan Nasrani dan juga orang kafir lainnya
sebagai auliya yang dicintai dan yang diserahkan loyalitas padanya. Juga larangan memaparkan kepada
mereka rahasia-rahasia kaum mu’minin juga larangan meminta tolong pada mereka pada sebagian urusan
yang bisa membahayakan kaum muslimin. Ayat ini juga menunjukkan bahwa jika pada diri seseorang itu masih ada iman, maka konsekuensinya ia wajib meninggalkan
loyalitas kepada orang kafir. Dan menghasung mereka untuk memerangi orang kafir” ( Tafsir As Sa’di , 236)
*2.Jangan Berikan Rasa Sayang dan Kasihan Kepada Orang Kafir*
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻟَﺎ ﺗَﺘَّﺨِﺬُﻭﺍ ﻋَﺪُﻭِّﻱ ﻭَﻋَﺪُﻭَّﻛُﻢْ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺀَ ﺗُﻠْﻘُﻮﻥَ
ﺇِﻟَﻴْﻬِﻢْ ﺑِﺎﻟْﻤَﻮَﺩَّﺓِ ﻭَﻗَﺪْ ﻛَﻔَﺮُﻭﺍ ﺑِﻤَﺎ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ﻳُﺨْﺮِﺟُﻮﻥَ
ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝَ ﻭَﺇِﻳَّﺎﻛُﻢْ ﺃَﻥْ ﺗُﺆْﻣِﻨُﻮﺍ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﺭَﺑِّﻜُﻢْ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺧَﺮَﺟْﺘُﻢْ ﺟِﻬَﺎﺩًﺍ
ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻠِﻲ ﻭَﺍﺑْﺘِﻐَﺎﺀَ ﻣَﺮْﺿَﺎﺗِﻲ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi auliya
yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal
sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan
(mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah,Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian) ” (QS. Al Mumtahanah: 1).
Para ulama ahli tafsir menjelaskan bahwa sebab
turunnya ayat ini adalah kisah Hathib bin Abi
Baltha’ah radhiallahu’anhu . Beliau adalah sahabat
Nabi yang ikut hijrah, beliau juga mengikuti perang Badar, namun beliau memiliki anak-anak, sanak kerabat dan harta di kota Mekkah yang ia tinggalkan untuk berhijrah. Ketika Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam diperintahkan untuk membuka kota Mekkah dan memerangi orang Musyrikin di sana, Hathib merasa kasihan kepada orang-orang Quraisy di Mekkah. Hathib pun berinisiatif untuk berkomunikasi
dengan kaum Quraisy secara diam-diam melalui surat yang dikirimkan melalui seorang wanita. Hathib mengabarkan kedatangan pasukan kaum Muslimin untuk menyerang kaum Quraisy di Mekkah. Bukan karena Hathib berkhianat dan bukan karena ia munafik, namun ia kasihan kepada kaum Quraisy dan
berharap mereka mau dirangkul untuk memeluk Islam daripada mereka hancur binasa. Namun para sahabat
memergoki wanita yang membawa surat dan
melaporkan hal ini kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam. Lalu turunlah ayat ini sebagai teguran tidak kasihan dan tidak menaruh rasa sayang kepada orang-orang kafir, apalagi dengan menyampaikan
kepada mereka kabar-kabar rahasia kaum Muslimin.Namun Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam menegur Hathib namun memaafkannya dan
memberinya udzur (lihat Tafsir Ibni Katsir 8/82, Tafsir As Sa’di 7/854)
*3.Menjadikan Orang Kafir Sebagai Auliya,* *Sifat Orang Munafik*
ﺑَﺸِّﺮِ ﺍﻟْﻤُﻨَﺎﻓِﻘِﻴﻦَ ﺑِﺄَﻥَّ ﻟَﻬُﻢْ ﻋَﺬَﺍﺑًﺎ ﺃَﻟِﻴﻤًﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﺘَّﺨِﺬُﻭﻥَ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮِﻳﻦَ
ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺀَ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﺃَﻳَﺒْﺘَﻐُﻮﻥَ ﻋِﻨْﺪَﻫُﻢُ ﺍﻟْﻌِﺰَّﺓَ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟْﻌِﺰَّﺓَ ﻟِﻠَّﻪِ
ﺟَﻤِﻴﻌًﺎ
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi
teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah ”
(QS. An Nisa: 139)
*Ibnu Katsir berkata:* “Lalu Allah Ta’ala menyemat
sebuah sifat kepada orang-orang munafik yaitu lebih
memilih menjadikan orang kafir sebagai auliyaa
daripada orang mu’min. Artinya, pada hakikat orang-orang munafik itu pro terhadap orang kafir, mereka diam-diam loyal dan cinta kepada orang kafir. Ketika tidak ada orang mu’min, orang munafik berkata
kepada orang kafir: ‘Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah main-main’. Yaitu ketika orang munafik menampakkan seolah setuju terhadap
orang mu’min. Maka Allah pun membantah sikap
mereka terhadap orang kafir yang demikian itu dalam firman-Nya: ‘ Apakah mereka mencari kekuatan di sisi
orang kafir? ‘. Lalu Allah Ta’ala mengabarkan bahwa sesungguhnya izzah (kekuatan) itu semuanya milik Allah semata, tidak ada yang bersekutu dengan-Nya,
dan juga milik orang-orang yang Allah takdir
kepadanya untuk memiliki kekuatan” ( Tafsir Ibni Katsir , 2/435)
*4.Siksaan Pedih Karena Menjadikan* Orang Kafir
Sebagai Auliya
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻟَﺎ ﺗَﺘَّﺨِﺬُﻭﺍ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮِﻳﻦَ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺀَ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ
ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﺃَﺗُﺮِﻳﺪُﻭﻥَ ﺃَﻥْ ﺗَﺠْﻌَﻠُﻮﺍ ﻟِﻠَّﻪِ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺳُﻠْﻄَﺎﻧًﺎ ﻣُﺒِﻴﻨًﺎ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan
meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu
mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk
menyiksamu)?” (QS. An Nisa: 144)
*Ibnu Katsir menjelaskan:* “Allah Ta’ala melarang
hamba-Nya dari kaum mu’minin untuk menjadikan
orang-orang kafir sebagai auliya padahal ada orang
mu’min. Maksudnya Allah melarang kaum mu’minin
bersahabat dan berteman dekat serta menyimpan rasa cinta kepada mereka. Juga melarang mengungkapkan
keadaan-keadaan kaum mu’minin yang tidak mereka ketahui. Sebagaimana firman Allah Ta’ala berfirman:
‘Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-
orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian,niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang
ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya‘ (QS. Al Imran: 28).
Maksudnya Allah memperingatkan kalian terhadap siksaan-Nya bagi orang yang melanggar larangan ini.
Oleh karena itu Ia berfirman: ‘Inginkah kamu
mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk
menyiksamu)?‘. Maksudnya perbuatan tersebut akan
menjadi hujjah (alasan) untuk menjatuhkan hukuman atas kalian”
( Tafsir Ibni Katsir , 2/441).
*Semoga kita termasuk orang beriman,cinta tanah air dan tidak menjadikan non muslim sebagai pemimpin ... Aamiin.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman