Rabu, 19 Oktober 2016

ANTARA SABAR DAN MARAH


133.Renungan Pagi !!!
*Sabar dan Marahnya Rasulullah saw.*

ﻭَﺍﻟْﻜَﺎﻇِﻤِﻴﻦَ ﺍﻟْﻐَﻴْﻆَ ﻭَﺍﻟْﻌَﺎﻓِﻴﻦَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ۗ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻳُﺤِﺐُّ
ﺍﻟْﻤُﺤْﺴِﻨِﻴﻦَ
…Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah
mencintai orang yang berbuat kebaikan. [Ali
‘Imrân/3 : 134].
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲْ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﺃَﻥَّ ﺭَﺟُﻠًﺎ ﻗَﺎﻝَ ﻟِﻠﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ
ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ : ﺃَﻭْﺻِﻨِﻲْ ، ﻗَﺎﻝَ : )) ﻟَﺎ ﺗَﻐْﻀَﺐْ .(( ﻓَﺮَﺩَّﺩَ
ﻣِﺮَﺍﺭًﺍ ؛ ﻗَﺎﻝَ : )) ﻟَﺎ ﺗَﻐْﻀَﺐْ .(( ﺭَﻭَﺍﻩُ ﺍﻟْﺒُﺨَﺎﺭِﻱُّ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Berilah aku wasiat”. Beliau
menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu
mengulangi permintaannya berulang-ulang,
kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Engkau jangan marah!”
[HR al-Bukhâri].
ﻭَﺇِﻣَّﺎ ﻳَﻨْﺰَﻏَﻨَّﻚَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥِ ﻧَﺰْﻍٌ ﻓَﺎﺳْﺘَﻌِﺬْ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ۚ ﺇِﻧَّﻪُ ﺳَﻤِﻴﻊٌ
ﻋَﻠِﻴﻢٌ
Dan jika setan datang mengodamu, maka
berlindunglah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha
Mendengar, Maha Mengetahui.
[al-A’râf/7 : 200].
Menurut syari’at Islam bahwa orang yang kuat
adalah orang yang mampu melawan dan
mengekang hawa nafsunya ketika marah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﻟَﻴْﺲَ ﺍﻟﺸَّﺪِﻳْﺪُ ﺑِﺎﻟﺼُّﺮَﻋَﺔِ ، ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻟﺸَّﺪِﻳْﺪُ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﻳَﻤْﻠِﻚُ ﻧَﻔْﺴَﻪُ
ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟْﻐَﻀَﺐِ .
Orang yang kuat itu bukanlah yang pandai
bergulat, tetapi orang yang kuat ialah orang yang
dapat mengendalikan dirinya ketika marah.[HR al Bukhari dan Muslim]
*Imam Ibnu Baththal* rahimahullah mengatakan
bahwa melawan hawa nafsu lebih berat daripada
melawan musuh.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda kepada seorang sahabatnya,
ﻻَ ﺗَﻐْﻀَﺐْ ﻭَﻟَﻚَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔُ .
Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk
Surga.[al Hadits]
Yang diwajibkan bagi seorang Mukmin ialah
hendaklah keinginannya itu sebatas untuk mencari
apa yang dibolehkan oleh Allah Ta’ala baginya,
bisa jadi ia berusaha mendapatkannya dengan
niat yang baik sehingga ia diberi pahalanya
karena. Dan hendaklah amarahnya itu untuk
menolak gangguan terhadap agamanya dan
membela kebenaran atau balas dendam terhadap
orang-orang yang mendurhakai Allah dan Rasul- Nya, sebagaiman Allah Ta’ala berfirman:
ﻗَﺎﺗِﻠُﻮﻫُﻢْ ﻳُﻌَﺬِّﺑْﻬُﻢُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﺄَﻳْﺪِﻳﻜُﻢْ ﻭَﻳُﺨْﺰِﻫِﻢْ ﻭَﻳَﻨْﺼُﺮْﻛُﻢْ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ
ﻭَﻳَﺸْﻒِ ﺻُﺪُﻭﺭَ ﻗَﻮْﻡٍ ﻣُﺆْﻣِﻨِﻴﻦ َﻭَﻳُﺬْﻫِﺐْ ﻏَﻴْﻆَ ﻗُﻠُﻮﺑِﻬِﻢْ
Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa
mereka dengan (perantaraan) tanganmu dan Dia akan menghina mereka dan menolongmu (dengan kemenangan) atas mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman. Dan Dia
menghilangkan kemarahan hati mereka (orang
Mukmin)…
[at-Taubah/9 : 14-15].
*Sabarnya Rasulullah saw*
Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah
memuji orang-orang yang sabar dan menyanjung
mereka. Firman-Nya.
ﻭَﺍﻟﺼَّﺎﺑِﺮِﻳﻦَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺒَﺄْﺳَﺎﺀِ ﻭَﺍﻟﻀَّﺮَّﺍﺀِ ﻭَﺣِﻴﻦَ ﺍﻟْﺒَﺄْﺱِ ۗ ﺃُﻭﻟَٰﺌِﻚَ
ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺻَﺪَﻗُﻮﺍ ۖ ﻭَﺃُﻭﻟَٰﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻤُﺘَّﻘُﻮﻥَ
“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan,
penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya), dan mereka
itulah orang-orang yang bertaqwa”. [Al-Baqarah :
177]
Engkau juga akan tahu bahwa orang yang sabar
adalah orang-orang yang dicintai Allah,
sebagaimana firman-Nya.
ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻳُﺤِﺐُّ ﺍﻟﺼَّﺎﺑِﺮِﻳﻦَ
“Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar”.
[Ali Imran : 146]
Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah
memberi balasan kepada orang-orang yang sabar
dengan balasan yang lebih baik daripada amalnya
dan melipat gandakannya tanpa terhitung. Firman-
Nya.
ﻭَﻟَﻨَﺠْﺰِﻳَﻦَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺻَﺒَﺮُﻭﺍ ﺃَﺟْﺮَﻫُﻢ ﺑِﺄَﺣْﺴَﻦِ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻳَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ
“Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan
kepada orang-orang yang sabar dengan pahala
yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”.
[An-Nahl : 96]
ﻧَّﻤَﺎ ﻳُﻮَﻓَّﻰ ﺍﻟﺼَّﺎﺑِﺮُﻭﻥَ ﺃَﺟْﺮَﻫُﻢ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺣِﺴَﺎﺏٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang
bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka
tanpa batas”. [Az-Zumar : 10]
1. Kesabaran Rasulullah SAW menghadapi
pengemis yahudi buta
2. Kesabaran Rasulullah SAW Waktu Marah
3. Kesabaran Rasulullah SAW Ketika Diludahi
4. Kesabaran Rasulullah SAW Menghadapi Umatnya
5. Kesabaran Rasulullah SAW Menghadapi Ancaman Orang Quraisy
*Marahnya Rasululaah saw*
Apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
melihat atau mendengar sesuatu yang membuat
Allah murka, maka beliau marah karenanya,
menegurnya, dan tidak diam. Beliau pernah
memasuki rumah ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma
dan melihat tirai yang terdapat gambar makhluk
hidup padanya, maka wajah beliau berubah dan
beliau merobeknya lalu bersabda, “Sesungguhnya
orang yang paling keras adzabnya pada hari
Kiamat ialah orang yang menggambar gambar-
gambar ini.”[16]
Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi
pengaduan tentang imam yang shalat lama
dengan manusia hingga sebagian mereka
terlambat, beliau marah, bahkan sangat marah,
menasihati manusia, dan menyuruh meringankan
shalat (supaya tidak memanjangkan shalatnya).
[HR al Bukhari]
Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat
dahak di kiblat masjid, beliau marah,
mengeruknya, dan bersabda, “Sesungguhnya jika
salah seorang dari kalian berada dalam shalat,
maka Allah ada di depan wajahnya. Oleh karena
itu, ia jangan sekali-kali berdahak di depan
wajahnya ketika shalat.”[HR Muslim]
Diantara do’a yang Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallambaca ialah:
ﺃَﺳْﺄَﻟُﻚَ ﻛَﻠِﻤَﺔَ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻐَﻀَﺐِ ﻭَﺍﻟﺮِّﺿَﻰ .
Aku memohon kepada-Mu perkataan yang benar
pada saat marah dan ridha.[HR Ahmad]

TOLERANSI YANG DIMANIPULASI
Oleh: Ali Abdurrahman Assegaf*
Dalam beberapa hari ini tersebar berita di media tentang tokoh yang berpidato di hadapan masyarakat dan menghina Alquran, lalu umat Islam marah dengan apa yang diucapkan oleh tokoh ini, kenapa? Karena kitab suci mereka dihina. Sang Gubernur itu berkata "dibohongin pake surat Al Maidah ayat 51 macem-macem gitu".
Namun alhamdulillah ghirah muslim Indonesia masih kuat, lalu keluar Fatwa MUI mengatakan yang disampaikan Sang Gubernur DKI adalah menghinakan Alquran. Mulailah mereka mengadakan demo di mana-mana, sampai beberapa kota mengadakan demo untuk memenjarakan sang penista agama.
Lalu setelah demo berlangsung dan dihadiri ribuan umat muslim, mulailah kelompok liberal bermunculan, mereka berkata "Rasulullah itu pemaaf, dicaci dihina, tapi tidak pernah membalas, selalu memaafkan, apa tidak pernah dengar cerita Nabi Muhammad dilempari batu ketika berdakwah di Thoif? Apa nabi membalas? Tidak! Apa kalian menganggap diri kalian lebih suci dari nabi?!"
Dari sini dimulai pemelintiran dalil. Pertama, saya mengingatkan, cerita di Thoif itu, yang dihina adalah Nabi, bukan agama. Di dalam Maulid Diba'i dikatakan
*ويعفو عن الذنب إذا كان في حقه و سببه، و إذا ضيع حق الله لم يقم احد لغضبه"*
Artinya " Nabi Muhammad memaafkan kesalahan kalau bersangkutan dengan hak Beliau, tapi apabila agama Allah dinistakan, maka tak seorangpun yang bisa menahannya".
Dan di dalam kitab Fiqh Siroh yang ditulis oleh Syekh DR. Muhammad Sa'id Ramdan Al-Buthi diceritakan, Nabi mengirim Abdullah Bin Hudzafah ke Raja Persia untuk mengajaknya masuk Islam dengan membawa surat dari Nabi Muhammad SAW.
Namun saat surat itu diberikan kepada kerajaan Persia dan dibacakan kepadanya, surat tersebut diambil lalu disobek-sobek. Ketika kabar itu sampai kepada Nabi Muhammad, Nabi berkata *مزق الله ملكه* yang artinya "Semoga Allah menyobek-nyobek kerajaannya" [Fiqih Sirah : 277].
Perkataan Nabi tersebut tidak mengungkapkan perkataan maaf. Justru sebaliknya, itu merupakan kemarahan besar yang tidak mungkin dibendung; karena hak Allah sudah diinjak oleh Raja Persia. Sehingga, Nabi mengutuknya dengan doa yang terkenal, yaitu " Mazzaqallah ".
Nah, jadi kisah kesabaran Nabi ketika di Thoif itu tidak bisa dijadikan dalil dalam kejadian penghinaan Al-Quran, tentu karena perbedaan sebab.
Lalu perbuatan sang gubernur itu adalah penistaan agama, Allah berfirman di dalam Al-Quran Surat At-Tahrim ayat 9, yang artinya " Wahai Nabi lawanlah para kafir dan kaum munafik dan tegaslah kepada mereka".
Ayat ini memerintahkan kita agar bersikap tegas untuk melawan kaum kafir, dan ayat ini juga menjadi satu bab pembahasan khusus di Kitab Shohih Bukhori, yakni bab yang menjelaskan kebolehan marah dan geram dalam perkara menistakan Allah Swt.
Itu dari Al-Quran, sekarang kita lihat Hadist Rasul SAW bersabda:
*من رأى منكم منكرا فليغيره بيده فإن لم يستطع فبلسانه فإن لم يستطع فبقلبه و ذالك أضعف إيمان*
"Barangsiapa yang melihat suatu kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya (kekuasaannya), jikalau tidak mampu maka dengan lisan, jikalau tidak mampu maka dengan (ingkar dalam) hatinya, dan itu adalah selemah lemahnya iman". (HR. Muslim 78, Ahmad 11460, Ibnu Hibban 307, Baihaqi 150).
Penghinaan terhadap Al-Quran jelas sekali adalah perbuatan Mungkar, jadi ya harus ditindak, bukan didiamkan. Umat Muslim Indonesia akan berdosa jika semua berdiam diri tanpa mengambil tindakan. Karena hadist ini menjelaskan bahwasanya hukum Hisbah adalah fardhu kifayah yang apabila tidak dikerjakan oleh seorangpun, maka semuanya berdosa.
Maka seharusnya para Muslim Indonesia justru berterimakasih kepada para pendemo karena membantu mengugurkan kewajiban mereka, dan meninggikan agama Allah, bukan malah komentar negatif, dibilang tidak toleransi, anarkis, merusak bahkan mengotori.
Apabila tidak bisa membantu, janganlah berkomentar negatif, minimal bantu mereka dengan doa.
Jadi kepada kaum Liberal, yang mengatakan MUI mulai berpolitik, menjual agama untuk kepentingan politik, berfatwa untuk melengserkan minoritas, perlu diketahui, mereka adalah para ulama, bukan tukang koran, atau pembaca setia Google dan berfatwa dari kepala mereka.
Mereka berfatwa dengan dalil Qur'an dan Hadits bukan belajar singkat dari internet, kalian itulah yang lebih mendahulukan akal kalian dari pada Allah dan Rasul, lebih meninggikan konstitusi dari pada Al-Quran dan Hadits, dan terlihatlah mana yang benar dan mana yang salah?
Sekarang kembali ke pengertian judul kita yaitu toleransi, sekarang apakah penistaan dan penghinaan ini termasuk hal yang harus ditolerir? Al-Quran dihina oleh orang kafir dan kita diam? Sebenarnya sikap diam tersebut adalah bentuk toleransi, ataukah disebabkan hilangnya ghirah agama? Saya pikir pembaca bisa menilainya sendiri.
* Penulis adalah Santri Pon.Pes Darullughah Wadda'wah dan mahasiswa Universitas Al-Ahgaff Yaman.
*Semoga berguna... Aamiin.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman