Senin, 18 Februari 2013

ULUMUL QUR'AN






                 MAKNA Ulumul Qur’an Dan Cabangnya

Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril sebagai mu’jizat. Al-Qur’an adalah sumber ilmu bagi kaum muslimin yang merupakan dasar-dasar hukum yang mencakup segala hal.
PELAJARIN AL-QUR'AN
Mempelajari isi Al-Qur’an akan menambah perbendaharaan baru, memperluas pandangan dan pengetahuan, meningkatkan perspektif baru dan selalu menemui hal-hal yang selalu baru. Lebih jauh lagi, kita akan lebih yakin akan keunikan isinya yang menunjukkan Maha Besarnya Allah sebagai penciptanya.
Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, ada anggapan bahwa setiap orang yang mengerti bahasa Arab dapat mengerti isi Al-Qur’an. Lebih dari itu, ada orang yang merasa telah dapat memahami dan menafsirkan Al-Qur’an dengan bantuan terjemahnya, sekalipun tidak mengerti bahasa Arab. Padahal orang Arab sendiri banyak yang tidak mengerti kandungan Al-Qur’an. Maka dari itu, untuk dapat mengetahui isi kandungan Al-Qur’an diperlukanlah ilmu yang mempelajari bagaimana tata cara menafsiri Al-Qur’an yaitu Ulumul Qur’an dan juga terdapat faedah-faedahnya. Dengan adanya pembahasan ini, kita sebagai generasi islam supaya lebih mengenal Al-Qur’an, karena tak kenal maka tak sayang.
 Arti Kata ‘Ulum
Secara etimologi, kata Ulumul Qur’an berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu “Ulum” dan “Al-Qur’an”. Kata ulum adalah bentuk jamak dari kata “ilmu” yang berarti ilmu-ilmu. Kata ulum yang disandarkan pada kata Al-Qur’an telah memberikan pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaanya sebagai Al-Qur’an maupun dari segi pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung di dalamnya
Arti Kata Al-Qur’an
Menurut bahasa, kata “Al-Qur’an” merupakan bentuk mashdar yang maknanya sama dengan kata “qira’ah” yaitu bacaan. Bentuk mashdar ini berasal dari fi’il madli “qoro’a” yang artinya membaca.
Menurut istilah, “Al-Qur’an” adalah firman Allah yang bersifat mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yang tertulis dalam mushaf-mushaf, yang dinukil dengan jalan mutawatir dan yang membacanya merupakan ibadah. Untuk lebih memahami pengertian Al-Qur’an secara jelas, berikut beberapa pendapat-pendapat tentang al-qur’an :
  • Menurut Manna’ Al-Qathkan, Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan orang yang membaca akan memperoleh pahala.
  • Menurut Al-Jurjani, Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah yang ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan secara mutawatir (berangsur-angsur).
  • Menurut kalangan pakar ushul fiqih, fiqih, dan bahasa Arab, Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, lafadz-lafadznya mengandung mu’jizat, membacanya bernilai ibadah, diturunkan secara mutawatir dan ditulis dari surat Al-Fatihah sampai akhir surat yaitu An-Nas.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kata “Al-Qur’an” adalah firman Allah yang bersifat mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril yang tertulis dalam mushaf-mushaf yang dinukil kepada kita secara mutawatir, membacanya bernilai ibadah, yang diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas.
Arti Kata Ulumul Qur’an
Setelah membahas kata “ulum” dan “Al-Qur’an” yang terdapat dalam kalimat “Ulumul Qur’an”, perlu kita ketahui bahwa tersusunnya kalimat tersebut mengisyaratkan bahwa adanya bermacam-macam ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan Al-Qur’an atau pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari aspek keberadaannya sebagai Al-Qur’an maupun aspek pemahaman kandungannya sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia.
Definisi Ulumul Qur’an
Secara terminologi terdapat berbagai pendapat para ulama’ terhadap definisi Ulumul Qur’an, antara lain :
  • Menurut As-Suyuthi memberikan definisi  Ulumul Qur’an adalah sebagai berikut :
علم يبحث فيه عن احوال الكتاب العزيز من  جهة نزوله وسنده وادابهوالفاظه ومعانيه المتعلقة بالاحكام وغير ذالكّ.
ilmu yang membahas tentang keadaan Al-Qur’an dari segi turunnya, sanadnya, adab makna-maknanya, baik yang berhubungan dengan lafadz-lafadznya maupun hukum-hukumnya.[1]
  • Al-Zarqany merumuskan Ulumul Qur’an sebagai berikut :
مباحث تتعلّق بالقران الكريم من ناحية نزوله وترتيبه وجمعه وكابته وقراءته وتفسيره واعجازه وناسخه ومنسوخه ودفع الشّبه عنه ونحو ذالك.
Beberapa pembahasan yang berhubungan dengan Al-Qur’an dari turunnya, urutannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaannya, penafsirannya, kemu’jizatannya, nasikh mansukhnya, penolakan hal-hal yang bisa menimbulkan keraguan terhadapnya.[2]
  • Menurut Manna’ al-Qaththan merumuskan  ulumul qur’an
Adalah ilmu yang mencakup pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan al-qur’an, dari segi pengetahuan tentang sebab-sebab turunnya, pengumpulan al-qur’an dan urut-urutannya, pengetahuan tentang ayat-ayat makkiyah dan madaniyah, dan hal-hal yang lain yang ada hubungannya dengan al-qur’an.[3]
  • Menurut Muhammad Ali Ash-Shobuni
Menyatakan bahwa ulumul qur’an ialah ilmu-ilmu yang membahas tentang turunnya al-qur’an, pengumpulannya, susunannya, pembukuannya, sebab-sebab turunnya, makkiyah dan madaniyahnya serta mengenai nasikh dan mansukhnya, muhkam dan mutasyabihnya dan lain-lain yang berhubungan dengan al-qur’an.[4]
Sejarah Perkembangan Ulumul Qur’an
Sebagai ilmu yang terdiri dari berbagai cabang dan macamnya, Ulumul Qur’an tidak lahir sekaligus. Ulumul Qur’an menjelma menjadi suatu disiplin ilmu melaui proses pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan untuk membenahi Al-Qur’an dari segi keberadaanya dan segi pemahamannya.
Di masa Rasul SAW dan para shahabat, Ulumul Qur’an belum dikenal sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis. Para shahabat adalah orang-orang Arab asli yang dapat merasakan struktur bahasa Arab yang tinggi dan memahami apa yang diturunkan kepada Rasul dan bila menemukan kesulitan dalam memahami ayat-ayat tertentu, mereka dapat menanyakan langsung kepada Rasul SAW. Dengan demikian ada tiga faktor yang menyebabkan Ulumul qur’an tidak di bukukan di masa Rasul dan sahabat.Pertama kondisinya tidak membutuhkan karena kemampuan mereka yang besar dalam memahami Al-Qur’an dan Rasul dapat menjelaskan maksudnya.Kedua,sahabat sedikit sekali yang bisa menulis.Ketiga,adanya larangan Rasul untuk menuliskan selain Al-Qur’an.
Di zaman Khulafaur Rasyidin sampai Dinasti Umayyah, wilayah islam bertambah luas sehingga terjadi pembaruan antara orang Arab dan bangsa-bangsa yang tidak mengetahui bahasa Arab. Keadaan demikian menimbulkan kekhawatiran shahabat akan tercemarnya keistimewaan bahasa Arab, bahkan dikhawatirkan tentang bacaan Al-Qur’an yang menjadi sebuah standar bacaan mereka. Untuk mencegah kekhawatiran itu, disalinlah dari tulisan-tulisan asli Al-Qur’an yang disebut dengan Mushaf Imam. Dan dari salinan inilah suatu dasar Ulumul Qur’an disebut Al-Rasm Al-Utsmani.
Kemudian Ulumul Qur’an memasuki masa pembukuannya pada abad ke-2 H. Para ulama’ memberikan prioritas perhatian mereka terhadap ilmu tafsir karena fungsinya sebagai umm al-ulum al-qur’aniyyah. Sampai saat ini bersamaan dengan masa kebangkitan modern dalam perkembangan ilmu-ilmu agama, para ulama’ masih memperhatikan akan ilmu Qur’an ini. Sehingga tokoh-tokoh ahli tafsir (Qur’an) masih banyak hingga saat ini di seluruh dunia.
 Lahirnya Istilah Ulumul Qur’an
Kemunculan istilah Ulumul Qur’an dan orang yang pertama menggunakannya terdapat tiga pendapat di kalangan para penulis Ulumul Qur’an.
1. Pendapat umum mengatakan bahwa masa lahirnya istilah Ulumul Qur’an pertama kali pada abad ke-7
2. Al-Zarqani berpendapat bahwa istilah ini lahir dengan lahirnyakitab Al-Burhan fi ulum al-Qur’an,karya Ali ibn Ibrahim ibn sa’id yang terkenal dengan sebutan Al-Hufi w.430 H.
3. Subi al-Salih tidak setuju dengan kedua pendapat ini.Ia berpendapat orang yang pertama kali mengguinakan istilah Ulumul Qur’an adalah ibn al-Mirzaban pada abad ke-3 H.T.M.Hasbi Ash-Shiddieqy juga setuju dengan pendapat ini.
Dari ketiga pendapat di atas pendapat Shubhi al-Shalih jelas lebih kuat.Sebab ibn al-Mirzabanlah penulis yang pertama menggunakan istilah Ulumul Qur’an pada kitabnya yang berjudul Al-Hawi fi Ulum al-Qur’an.
Pembagian Dan Cabang-Cabang Ulumul Qur’an
Ilmu-ilmu Al-Qur’an pada dasarnya terbagi kedalam dua kategori.Pertama ilmu Riwayah yaitu ilmu yang dapat di ketahui melalui riwayat seperti bentuk-bentuk qiraat,tempat turunnya Al-Qur’an,Waktu turunnya,dan sebab turunnya.Kedua,ilmu dirayah,yaitu ilmu-ilmu yang di ketahui melalui jalan renungan,berpikir,dan penyelidikan,seperti mengetahui pengertian lafal yang gharib,makna-makna yang menyangkut hokum,dan penafsiran ayat-ayat yang perlu di tafsirkan.

Menurut T.M Hasbi Ash-Shiddiqy,ada tujuh belas ilmu-ilmu Al-Qur’an yang terpokok.
1. Ilmu Mawathin al-Nuzul
Ilmu ini menerangkan tempat-tempat turun ayat,masanya,awalnya dan akhirnya.
2. Ilmu Tawarikh al-Nuzul
Ilmu ini menjelaskan masa turun ayat dan urutan turunnya satu persatu dari pemulaaan sampai akhir serta urutan turun surah dengan sempurna.
3. Ilmu Asbab al-Nuzul
Ilmu ini menjelaskan sebab turun ayat
4. Ilmu Qiraat
Ilmu ini menerangkan bentuk-bentuk bacaan Al-Qur’an yang telah di terima dari Rasul SAW
5. Ilmu Tajwid
Ilmu ini menerangkan cara membaca Al-Qur’an dengan baik.
6. Ilmu Gharib Al-Qur’an
ILmu ini menerangkan makna kata-kata yang ganjil dan tidak terdapat dalam bahasa arab yang biasa atau tidak terdapat dalam percakapan sehari-hari.
7. Ilmu I’rab al-Qur’an
Ilmu ini menerangkan baris kata-kata Al-Qur’an dan kedudukannya dalam susunan kalimat.
8. Ilmu Wujuh wa al- Nazair
Ilmu ini menerangkan kata-kata Al-Qur’an yang yang mengandung banyak arti dan menerangkan makna yang di maksud pada tempat tertentu.
9. Ilmu Ma’rifah al-Muhkam wa al-Mutasyabih
ILmu ini menjelaskan ayat-ayat yang di pandang muhkam jelas maknanya dan mutasyabih samar maknanya.
10. Ilmu Nasikh wa al-Mansukh
Ilmu ini menerangkan ayat-ayat yang di anggap mansukh {yang di hapuskan} oleh sebagian para mufassir
11. Ilmu Badai’al-Qur’an
Ilmu ini bertujuan menampilkan keindahan Al-Qur’an,dari sudut kesusteraan, keanehan,dan ketinggian balaghahnya.
12. Ilmu I’jaz al-Qur’an
Menerangkan kekuatan susunan dan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an sehingga dapat membungkem para sastrawan Arab.
13. Ilmu Tanasub Ayat Al-Qur’an
Ilmu ini menerangkan persesuaian dan keserasian antara suatu ayat dan ayat yang di depan dan yang di belakangnya.
14. Ilmu Aqsam al-Qur’an
Ilmu ini menerangkan arti dan maksud-maksud sumpah tuhan yang terdapat dalam Al-Qur’an.
15. Ilmu Amtsal al-Qur’an
Menerangkan maksud perumpamaaan-perumpamaan yang di kemukakan Al-Qur’an.
16. Ilmu Jidal al-Qur’an
Membahas bentuk-bentuk dan cara-cara debat dan bantahan al-Qur’an yang di hadapkan kepada kaum musyrik yang tidak bersedia menerima kebenaran dalam Al-Qur’an
17. Ilmu Adab Tilawah Al-Qur’an
Memaparkan tata cara dan kesopanan yang harus di ikuti ketika mambaca Al-Qur’an.
Al-Zarqani mengumpamakan ulumul qur’an sebagai kunci bagi para mufassir.Menurut Manna’Al-Qaththan ilmu ini kadang-kadang di sebut Ushul al-Tafsir karena ilmu ini meliputi pembahasan-pembahasan yang harus di ketahui oleh seorang mufassir untuk menjadi landasannya dalam menafsirkan al-Qur’an.
 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa secara terminologi, Ulumul Qur’an adalah kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an yang mempunyai ruang lingkup pembahasan yang luas. Pertumbuhan dan perkembangan Ulumul Qur’an menjelma menjadi suatu disiplin ilmu melalui proses secara bertahap dan sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan untuk membenahi Al-Qur’an dari segi keberadaan dan pemahamannya. Jadi, Al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi manusia yang disajikan dengan status sastra yang tinggi. Kitab suci ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia semenjak Al-Qur’an diturunkan, terutama terhadap ilmu pengetahuan, peradaban serta akhlak manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahid Ramli, Drs.2002.Ulumul Qur’an. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Abdul, Halim M.1999. Memahami Al-Qur’an. Bandung : Marja’
Anwar, Rosihan.2006.Ulumul Qur’an. Bandung : Pustaka Setia
Nata, Abuddin.1992.Al-Qur’an dan Hadits. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Shaleh, K.H.1992. Asbabun Nuzul. Bandung : C.V Diponegoro
Zuhdi, Masfuk.1997. Pengantar Ulumul Qur’an. Surabaya : Karya Abditama
No related posts.
Abu Anwar, Drs.2002.Ulumul Qur’an sebuah pengantar.Pekanbaru: Amzah.
[1] As-Suyuthi, Itmam Al-Dirayah, Mesir: Isa Al-Bab Al-Halabi, hlm. 47
[2] Az-Zarqoni, Manahil Al-’Irfan, Jilid I, Dar Al-Fikr, Beirut, tt., hlm. 79.
[3] Al-Qathtan, Manna’, Mahabits fi Ulum al-Qur’an. Al-Syarikah Al-Muttahidah li al-Tauzi, Beirut, 1973, hlm. 15-16
[4] Ali Ash-Shobuni, At-Tibyan fi Ulumul qur’an, 1981, hlm.8
JAKARTA 18/2/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman