A.Sistem Pemikirannya
            Timbulnya
aliran Maturidiahadlah sebagai reaksi faham kaum Mu’ tazilah , maka tentunya
banyak persoalan –persoalan dalam bidang teologi yang tidak sefaham dan mungkun
ada persamaan dalam suatu masalah . Bula dibandingkan dengan pola
berfikirnya  al – Asy’ ari lebih banyak
kesamaan , namun ada pula yang berbeda dalam suatu masalah . 
            Perbedaan dan kesamaan faham bagi
aliran –aliran teologi Islam dalam bidang teologi sangat dipengaruhidan
ditentukan besar kecilnya peran akal dan peran wahyu dalam meahami konteks
wahyu yang berkaitan dengan teologi . 
            “ Kalau kita perbandingkan alitan
–alitan theology Islam dan kita urutkan menurut kebebasan pemikirannya , maka
dapat diurutkan sebagai berikut :
            Aliran Mu’tazilah kemudian aliran
maturidiah  , kemudian lagi aliran
Asy’ariyah , dan yang terakhir ialah ahlul hadist “[1]
            Pemikiran aliran Maturidiah Bukhara
lebih dekat dengan kaum Asy’ariyah dan cabang Maturidiah samarkand lebih dekat
dengan aliran Mu’tazilah .
            B
. Fungsi Akal dan Wahyu 
            Fungsi
wahyu , menurut Maturidiah samrakand lebih kecil berperan dari pada Maturidiah
Bukhara  . kewajiban mengerjakan yang
baik dan menjahui yang jahat ditentukan wahyu menurut Maturidiah smarkand ,
sedangkan menurut Maturidiah Bukhara kewajiban mengetahui Tuhan dan kewajiban 
Mengerjakan
yang baik dan menjahui yang jahat wahyulah yang berperan untuk menentukannya . 
            “ Adapun aliran Maturidiah  ,wahyu bagi cabang samarkand mempunyai fungsi
yang lebih kecil dari pada wahyu dalam faham Bukhara “[2]
            Akal dapat mengetahui kewahiban
manusia berterima kasih kepada Tuhan . Sebagaiman yang dikatakan oleh al –
Bazzdawi sebagai berikut :
            “ Percaya kepada Tuhan dan berterima
kasih kepada –Nya sebelum adanya wahyu adalah wajib dalam faham Mu’tazilah . . .
al- Asyaikh Abu Mansur al – Maturidiah dalam hal ini sefaham dengan Mu’tazilah
. Demikian jugalah umumnya ulama samarkand dan sebagaiandari alim  -ulama Irak “[3]
            Jika dibandingkan fungsi akal dam
wahyu dalam aliran Maturidiah Bukhara dengan Samarkand sebagai berikut : 
- Menurut Maturidiah Bujhara , fungsi wahyu dapatmemberitahukan tentang kewajiban mengtahui Tuhan dan kewajiban mengerjakan yang baik dan menjahui yang jahat , sedangkan fungsi akal daoat mengetahui Tuhan dan dapat mengetahui baik dan jahat .
 - Maturidiah Samrkand berpendapat , bahwa wahyu hanya memberitahukan tentang kewajiban mengerjakan yang baik dan menjahui yang jahat , sedangkan fungsi akal dapat mengetahui Tuhan ,
 
            Dapat mengetahui kewajiban
mengetahui Tuhan  , dan dapat mengetahui
yang baik dan jahat . 
C . Keadilan Tuhan 
            Faham keadilan Tuhan banyak
tergantung pada faham kebebasan manusia dan atau kekuasaan mutlak Tuhan  .Dalam hal ini Maturidiah Samarkand banyak
tergantung pada kebebasan manusia . sedangkan Maturidiah Bukhara lebih banyak
tergantung pada kekuasaan mutlak Tuhan .
            Aliran Maturidiah Samarkand tidak
mengalami kesulitan dalam memahami keadilan Tuhan  ,sebab mereka ini sependapat dengan faham
Mu’tazilah  . karena perbuatan manusia
adalah bukan perbuatan Tuhan  , maka ia
diberi pahala atas perbuatannya sendiri pula 
, Inilah keadilan Tuhan . 
            Golongan Maturidiah Bukhara dalam
memahami keadilan Tuhan mengalami kesulitan 
, sehingga mereka ini menggunakan masy’iah dan rida’ Tuhan . memang
perbuatan manusia adalah pada dasarnya perbuatan Tuhan  , tetapi Tuhan tidak menghendaki dan tidak
rida’ terhadap perbuatan –perbuatan yang jahat . Oleh karena itu bila Tuhan
memberikan hukuman kepada seseorang yang mengerjakan dosa adalah adil  , sebab Ia tidak suka kepada kejahatan  .
            Jadi perbedaan antara Maturidiah
Bukhara dan cabang Samarkand dalm memahami keadilan Tuhan adalah terletak pada
ketergantungan kemutlakan kehendak dan kekuasaan Tuhan serta hak –hak dan
kewajiban –kewajiban manusia .
D . Sifat – sifat Tuhan 
Golongan
Maturidiah dalam memahami sifat –sifat Tuhan lebih dekat posisinya dengan faham
Asy’ariyah , yaitu sangat tergantung kepada kemutlakan kehendak dan kekuasaan
Tuhan mempunyai sifat –sifat yang layak bagi Nya .
Golongan
Samarkand dalam hal ini kelihatannya tidak sefaham dengan Mu’tazilah  Tuhan karena al –Maturidi mengatakan bahwa
sifat Tuhan tetapi tidak lain dari Tuhan .
“Dalam
soal sifat –sifat Tuhan terdapat persamaan antara al Asy’ari dan al-Maturidi .
Baginya  Tuhan juga mempunyai sifat –sifat  . Maka menurut pendapatnya  , Tuhan mengetahui bukan dengan zat- Nya ,
tetapi mengetahui dengan pengetahuan-Nya , dan berkuasa bukan denga zat- Nya “[4]
Dari
keterangan diatas  , kiranya dapat
disimpulkan sebagai berikut ini: 
- Sifat –sifat Tuhan melalui kekekalan diri- Nya menjadi kekal , tetapi sifat –sifat itu sendiri tidaklah kekal .
 - Tuhan mengetahui bukan dengan zat –Nya , namun dengan pengetahuan- Nya .
 - Sifat bukanlah Tuhan , tetapi tidak lain dari –Nya .
 
ABI NAUFAL
JAKARTA 1991



Tidak ada komentar:
Posting Komentar