Senin, 18 Februari 2013

MAHALNYA Hidayah Allah swt







                              MENERIMA  HIDAYAH
ORANG BERTAQWA

8.  (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; Karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)".ALI IMRAN
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (al-Qashash: 56)
Rasulullah n bersabda:
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثاَمِهِمْ شَيْئًا

“Barang siapa mengajak kepada hidayah maka ia memperoleh pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barang siapa mengajak kepada kesesatan maka ia akan mendapat dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dosa mereka.”
Al-Imam al-Albani berkata tentang hadits ini dalam as-Silsilah ash-Shahihah (2/548), “Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim (8/62), Abu Dawud (2/262), at-Tirmidzi (2/112), ad-Darimi (1/126—127), Ibnu Majah (1/91), dan Ahmad (2/397) dari hadits Abu Hurairah z, secara marfu’ (disandarkan kepada Rasulullah n). At-Tirmidzi berkata, “Hadits hasan shahih.”
Muqaddimah
Memperoleh hidayah memeluk Islam adalah nik-mat besar yang dikaruniakan Allah l kepada kita. Dari sekian miliar manusia yang hidup di muka bumi ini, alhamdulillah, kita menjadi bagian dari sekitar satu miliar manusia yang memeluk Islam. Yang lebih patut untuk disyukuri, kita terlahir di dunia ini sudah berada dalam lingkungan Islam. Sejak kecil kita telah menikmati anugerah hidayah ini tanpa ada tekanan, ancaman, gangguan, ataupun siksaan.

Hidayah taufik sendiri memang murni di tangan Allah l. Allah l memberikannya kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Akan tetapi, tidak berarti bahwa kita pasif dan berpangku tangan menunggu datangnya hidayah. Termasuk tuntunan salafus shalih adalah aktif mencari dan mengejar hidayah, mengorbankan segala yang ada, baik harta maupun nyawa, untuk meraih hidayah. Betapa banyak kisah kesabaran mereka dalam mempertahankan hidayah, karena mereka mengetahui mahalnya nilai hidayah, agungnya anugerah hidayah, serta besarnya keutamaan orang-orang yang istiqamah di atas hidayah.


Maka dari itu, setiap hamba disyariatkan untuk menjalani hal-hal yang membuahkan hidayah. Adapun hasil akhirnya, Allah l lah yang menentukan. Orang-orang yang menerima hidayah dan istiqamah di atasnya hingga akhir hayat, akan diberi petunjuk masuk ke dalam surga sebagai buah perjuangan mereka. Oleh karena itu, di samping menjalani sebab hidayah, kita semua tidak boleh lupa untuk selalu memanjatkan doa agar diberikan keistiqamahan.

Makna Hidayah
Hidayah dalam bahasa berarti irsyad atau tuntunan.(1) Sebagian ahli bahasa menambah arti tuntunan ini dengan adanya keinginan baik.(2) Dengan demikian, hidayah diartikan sebagai tuntunan dan menunjukkan jalan yang disertai dengan keinginan baik.
Kata Al Hidayah di dalam Al Quran mempunyai dua pengertian :
1. Ad-dilalah wal-irsyad (menunjuki dan membimbing) misal dalam QS Fushshilat:17 :
“Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk, maka mereka disambar petir azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan”
2. Idkhalul iman ilal qalb (memasukkan iman ke dalam hati, atau menjadikan seseorang beriman). Misalnya firam Allah dalam QS Al Qashash : 56 :
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki- Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.”
Hidayah dalam pengertian pertama bisa dilakukan oleh para Nabi, Rasul, Ulama, Mubaligh, Guru dan siapa saja yang mampu dan mau melakukannya. Tetapi hidayah dalam pengertian yang kedua hanyalah mutlak milik Allah SWT. Dalam surat An Nahl : 93 ditegaskan lagi oleh Allah SWT :
“Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki- Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki- Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.”
Dalam sejumlah ayat al-Quran disebutkan dengan jelas dua makna yang saling bertentangan antara kata hidayah dan dhalalah termasuk, "Katakanlah: "Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata"." (QS. 28: 85) dan "Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk ..." (QS. 2: 16)
Dengan demikian mereka tidak lagi dapat berpikir. Kalau mereka mengingkari Allah dan menolak agama-Nya, maka bagaimana Ia akan memberi hidayah kepada mereka, sedang Allah SWT berfirman :
“Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al Baqarah : 264)
Begitu juga dengan orang-orang fasik yang tidak mau mentaati Allah, serta orang-orang zalim yang zalim kepada Allah, hamba-Nya dan dirinya sendiri, Allah tidak akan memberikan hidayah kepada mereka :
“Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. Al Maidah : 108)
“Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al Baqarah : 258)
Pengertian Hidayah
Kata Hidayah adalah dari bahasa Arab atau bahasa Al-Qur’an yang telah menjadi bahasa Indonesia. Akar katanya ialah : hadaa, yahdii, hadyan, hudan, hidyatan, hidaayatan. Khusus yang terakhir, kata hidaayatan kalau wakaf (berhenti) di baca : Hidayah, nyaris seperti ucapan bahasa Indonesia. Hidayah secara bahasa berarti petunjuk. Lawan katanya adalah : “Dholalah” yang berarti “kesesatan”. Secara istilah (terminologi), Hidayah ialah penjelasan dan petunjuk jalan yang akan menyampaikan kepada tujuan sehingga meraih kemenangan di sisi Allah. Allah berfirman yang artinya:
“Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan Pencipta mereka, dan (sebab itu) merekalah orang-orang yang sukses.” (Q.S. Al-Baqarah: 5)
Keterangan Ulama tentang Hidayah

Ibnul Qayyim t menjelaskan bahwa hidayah dimulai dengan keterangan dan penjelasan, setelah itu taufik dan ilham. Hal ini setelah adanya keterangan dan penjelasan. Tidak ada jalan untuk mencapai tahap keterangan dan penjelasan kecuali melalui para rasul. Apabila tahap keterangan dan penjelasan telah tercapai, hidayah taufik bisa terwujud. (Fathul Bari 1/211)
Ibnul Jauzi t berkata, “Demi Allah, pendidikan orang tua tidak akan bermanfaat jika tidak didahului oleh pilihan Allah l terhadap anak tersebut. Sesungguhnya, jika Allah l memilih seorang hamba maka Allah l akan menjaganya semenjak ia kecil. Allah l juga memberinya hidayah menuju jalan kebenaran serta membimbingnya ke arah yang lurus. Allah l akan membuatnya menyenangi hal-hal yang baik dan akan menjadikan dirinya membenci hal-hal yang buruk.” (Shaidul Khathir hlm. 299)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t berkata, “Setiap hamba benar-benar sangat membutuhkan kontinuitas hidayah Allah l kepada dirinya ke jalan yang lurus. Sebagai hamba, ia sangat membutuhkan maksud dari doa ini, karena tidak ada jalan keselamatan dari azab dan tidak ada jalan untuk mencapai kebahagiaan melainkan dengan hidayah ini. Hidayah ini pun tidak mungkin terwujud melainkan dengan petunjuk dari Allah l.” (al-Fatawa, 14/37)
Ibnul Qayyim t berkata, “Hidayah akan mendatangkan hidayah berikutnya sebagaimana kesesatan akan mendatangkan kesesatan lainnya. Amalan-amalan kebaikan akan membuahkan hidayah. Semakin bertambah amalan kebaikan seseorang, hidayah pun akan bertambah. Sebaliknya, amalan-amalan kejelekan pun akan membuahkan kesesatan. Hal ini karena Allah l mencintai amalan-amalan kebaikan sehingga Dia membalasnya dengan hidayah dan kemenangan, dan Allah l membenci amalan-amalan kejelekan sehingga membalasnya dengan kesesatan dan kecelakaan.” (Tanwir al-Hawalik, 1/338)
Ibnul Qayyim t juga berkata, “Jika seorang hamba beriman kepada Al-Qur’an dan menjadikannya sebagai pedoman hidayah secara umum, ia menerima perintah-perintah di dalamnya dan membenarkan berita-beritanya. Hal ini akan menjadi sebab baginya meraih hidayah lain dengan lebih terperinci lagi, karena hidayah itu tidak ada ujungnya meskipun seorang hamba telah mencapai tingkat hidayah setinggi-tingginya.
“Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk.” (Maryam: 76) (Tanwir al-Hawalik 1/177)

Macam-Macam Hidayah
1. Hidayah Wijdan, potensi naluria yang Allah SWT tanamkan pada manusia untuk bisa mempertahankan kehidupannya. Hidayah ini bersifat bawaan (potensi naluria/insting) yang diperoleh manusia sejak dilahirkan.
2. Hidayah Hawas wal Masya'ir, yaitu kemampuan inderawi seperti kemampuan merasakan manis, pahit, panas, dingin dll.

3. Hidayah 'Aqli, yaitu kemampuan berpikir, kemampuan untuk memahami fenomena, memberikan persepsi, memberikan makna pada realita yang tertangkap olej indera (QS. Yunus, 10:100-101 / QS. Al-Mulk, 67:22-23 / QS. Al-Ankabuut, 29:20). Ayat2 tersebut sebagai isyarat, pengamatan dan penglihatan dengan bantuan penalaran yang benar (akal-logika) untuk mendapatkan pengetahuan.

4. Hidayah Ad-Din, yaitu berupa petunjuk2 ajaran agama, fungsinya untuk membantu keterbatasan akal. Agama berfungsi memberikan arahan-arahan yang mampu melampaui keterbatasan akal manusia (QS. Al-Lail, 92:12).
Para Ulama besar Islam telah menjelaskan dengan rinci dan mendalam perihal Hidayah/Hudan, khususnya yang diambil dari Al-Qur’an seperti yang ditulis oleh Al-Balkhi dalam bukunya “Al-Asybah wa An-Nazho-ir”, Yahya Ibnu Salam dalam bukunya “At-Tashoriif”, As-Suyuthi dalam bukunya “Al-Itqon” dan Ibnul Qoyyim Al-Jawzi dalam bukunya “Nuzhatu Al-A’yun An-Nawazhir”.
Hidayah/Hudan Dalam Al-Qur’an tercantum sekitar 171 ayat dan terdapat pula dalam 52 Hadits. Sedangkan pengertian Hidayah / Hudan dalam Al-Qur’an dan Hadits terdapat sekitar 27 makna. Di antaranya bermakna : penjelasan, agama Islam, Iman (keyakinan), seruan, pengetahuan, perintah, lurus/cerdas, rasul /kitab, Al-Qur’an, Taurat, taufiq/ketepatan, menegakkan argumentasi, Tauhid/ mengesakan Allah, Sunnah/Jalan, perbaikan, ilham/insting, kemampuan menilai, pengajaran, karunia, mendorong, mati dalam Islam, pahala, mengingatkan, benar dan kokoh/konsisten.
Dari 27 pengertian tersebut di atas, sesungguhnya Hidayah secara umum, terbagi menjadi empat bagian utama, yaitu:
1. Hidayah I’tiqodiyah (Petunjuk Terkait Keyakinan Hidup)
Allah berfirman, yang artinya:
“Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk (keyakinan hidup), maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong”. (Q.S. An-Nahl : 37)

dan Allah juga berfirman, yang artinya:
“Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Firaun yang menyembunyikan imannya berkata: “Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: “Tuhan Penciptaku ialah Allah, padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhan Penciptamu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan (tetapi) jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu”. Sesungguhnya Allah tidak memberikan petunjuk (hidayah) kepada orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta (penolak kebenaran yang datang dari-Nya)”. (Q.S. Al-Mu’min: 28)
2. Hidayah Thoriqiyah (Petunjuk Terkait Jalan Hidup, yakni Islam yang didasari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul Saw)
seperti firman Allah, yang artinya:
“Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syariat tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syariat) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus (Islam)”. (Q.S. Al-Hajj: 67)
atau seperti firman Allah, yang artinya:
“Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk (Islam/ Al-Qur’an) kepada mereka dari Tuhan mereka”. (Q.S. Annajm: 23)
3. Hidayah ‘Amaliyah (Petunjuk Terkait Aktivitas Hidup)
seperti firman Allah, yang artinya:
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al-Ankabut: 69)
4. Hidayah Fithriyah(Fitrah).
Hidayah Fithriyah ini terkait dengan kecenderungan alami yang Allah tanamkan dalam diri manusia untuk meyakini Tuhan Pencipta, mentauhidkan-Nya dan melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk diri mereka. Realisasinya tergantung atas pilihan dan keinginan mereka sendiri. Sumbernya adalah Qalb (hati nurani) dan akal fikiran yang masih bersih (fithriyah) sebagaimana yang dialami oleh Nabi Ibrahim. Allah menjelaskan dalam firmannya:
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”. (Q.S. Al-An’am: 77)
Tingkatan Hidayah
Al-Fairuz Abadi menjelaskan bahwa hidayah yang diberikan Allah l untuk manusia ada empat tingkatan.
1. Hidayah yang diberikan oleh Allah l kepada seluruh makhluk mukallaf (jin dan manusia), seperti akal, kecerdasan, dan pengetahuan tentang hal-hal yang bersifat dharuri (sebuah kemestian). Ini sebagaimana firman Allah l:
Musa berkata, “Rabb kami ialah (Rabb) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.” (Thaha: 50)
2. Hidayah yang dibawa dan diemban para nabi untuk dijelaskan kepada manusia dan jin, sebagaimana firman Allah l:
“Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami.” (al-Anbiya: 73)
3. Hidayah berupa taufik untuk tunduk dan mengikuti kebenaran. Hidayah ini dikhususkan bagi hamba yang beriman dan menerima syariat Allah l. Sebagaimana firman Allah l:
“Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.” (at-Taghabun: 11)
4. Hidayah untuk masuk ke dalam surga pada hari kiamat nanti. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah l:
“Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini.” (al-A’raf: 43)

Keempat tingkatan hidayah ini bertahap sifatnya. Seorang hamba yang belum mencapai tingkatan kedua tidak akan mendapatkan hidayah tingkatan yang ketiga. Untuk mencapai tingkatan hidayah keempat, ia harus melalui tingkatan yang ketiga. (Basha’ir, 5/313)
Upaya Meraih Hidayah Taufiq
Hidayah dilalah bisa diraih melalui proses belajar. Lalu bagaimana upaya kita untuk meraih hidayah taufiq?
1. Berdo'a, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah, 2:186 dan QS. Al-Mu'min, 40:60. Kandungan do'a ----QS. Ali-Imran, 3:8.
2. Riyadhah Ruhiyyah/latihan spritual, yaitu dengan bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya dan menjauhi syirik. Misalnya qiyamul lail, shaum sunnah, shadaqah, menghadiri majelis ta'lim, shalat2 sunnah, pengendalian nafsu.
3. Bergabung dengan linkungan yang kondusif. Lingkungan memegang peranan penting dalam pembentukan karakter kita (QS. Al-Kahfi, 18:28). Kandungan doa--- QS. Asy_Syu'araa, 26:83.
4. Memperbanyak amal shaleh, setiap amal shaleh yang ikhlas dan sesuai dengan tuntunan adalah sebagai Tazkiyatun Nufus (QS. Maryam, 19:76).
Sumber Hidayah
Jadi jelaslah bahwa hidayah Allah SWT telah seluruhnya diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yakni berupa Al-Quran dan Al-Hadits yang keduanya adalah sumber hukum Islam. Inilah yang dimaksudkan oleh pernyataan Rasulullah saw :
أَلَا وَإِنِّي تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ أَحَدُهُمَا كِتَابُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ هُوَ حَبْلُ اللَّهِ مَنْ اتَّبَعَهُ كَانَ عَلَى الْهُدَى وَمَنْ تَرَكَهُ كَانَ عَلَى ضَلَالَةٍ (رواه مسلم)
Ingatlah dan aku telah tinggalkan di tengah-tengah kalian dua perkara yang besar, salah satunya adalah Kitabullah ‘Azza wajalla yakni tali Allah, siapa saja yang mengikutinya pasti berada dalam hidayah dan siapa saja yang meninggalkannya pasti dia berada dalam kesesatan (HR Muslim)
Oleh karena itu, hidayah Allah SWT itu tiada lain tiada bukan adalah Islam dan untuk membuktikan iman kita kepada Allah SWT maka hanya satu jalan yang wajib kita tempuh yakni masuk ke dalam Islam secara utuh dengan cara mencontoh praktik riilnya yang telah dilakukan oleh Rasulullah saw selama 10 tahun menjadi Kepala Negara Islam untuk pertama kalinya di yang bepusat di Madinah al-Munawwarah :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (البقرة : 208)
Wahai orang-orang yang beriman masuklah kalian ke dalam Islam secara utuh dan janganlah kalian mengikuti langkah perbuatan setan, sungguh dia (setan) adalah musuh yang sebenarnya bagi kalian (QS al-Baqarah [2]: 208)
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (الأنعام : 153)
Dan ini adalah jalanku yang lurus maka ikutilah itu oleh kalian dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan yang lain lalu kalian pasti bercerai berai dari jalan Nya, hal itu Dia washiatkan kepada kalian supaya kalian taqwa (QS al-An’aam [6]: 153)
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ كَانَ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى بَعْدِي اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ (رواه احمد)
Aku washiatkan kepada kalian untuk taqwa kepada Allah dan kalian wajib mendengar dan mentaati walau dia (Khalifah) itu dulunya adalah hamba sahaya Habsyi, maka ingatlah siapa saja di antara kalian yang hidup setelah aku lalu dia melihat penyimpangan yang sangat banyak maka wajib kalian berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah Khulafa`ur Rasyidun al-Mahdiyyun dan gigitlah itu oleh kalian dengan geraham kalian dan kalian harus menjauhi perkara-perkara yang diada-adakan karena semua yang diada-adakah adalah bid’ah dan semua bid’ah adalah sesat (HR Ahmad)
Balasan  Menolak Hidayah
Ada beberapa alasan kenapa Allah SWT memberikan azab kelak di Akherat kepada orang-orang yang menolak hidayah Allah SWT :
1. Mereka dibekali dengan fithrah suci yang berpotensi menerima hidayah dari Allah SWT . Rasulullah SAW bersabda :

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan keadaan fithrah, maka ibu bapaknyalah (yang akan berperan) mengubah anak itu menjadi seorang Yahudi, atau Nsrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari)
2. Mereka diberi alat indera untuk mencari kebenaran. Allah akan meminta pertanggungjawaban penggunaan alat indera tersebut :
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al Isra`:36)
3. Mereka diberi akal untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara yang hak dan batil, antara hidayah dan dhalal. Allah berfirman tentang penghuni neraka yang menyesal karena di dunia dulu tidak menggunakan akal pikirannya sehingga akhirnya mereka masuk neraka :
“Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al Mulk : 10)
4. Mereka diberi hak ikhtiar untuk menerima atau menolak hidayah Allah SWT. Allah berfirman :
“Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.” (QS. Al Kahfi : 29)
5. Kepada mereka sudah diutus Rasul, diturunkan Kitab Suci, disampaikan dakwah Islam untuk membimbing mereka mencari hidayah Allah SWT. Allah berfirman :
“Dan Kami tidak akan meng’azab sebelum Kami mengutus seorang rasul” (QS Al Isra’:15)
6. Mereka hanya dibebani hal-hal yang sanggup mereka memikulnya. Allah berfirman
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al Baqarah : 286)
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (QS : Al Baqarah : 185)
Dengan alasan-alasan seperti di atas, sangatlah bijaksana dan adil kalau Allah SWT memberikan azab kepada orang-orang yang menolak hidayah Allah SWT sebagai balasan yang sesuai dengan apa yang telah mereka lakukan di dunia.
Hidayah Tertutup Bagi Orang Kafir, Zalim dan Fasik
Dengan demikian mereka tidak lagi dapat berpikir. Kalau mereka mengingkari Allah dan menolak agama-Nya, maka bagaimana Ia akan memberi hidayah kepada mereka, sedang Allah SWT berfirman :
“Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al Baqarah : 264)
Begitu juga dengan orang-orang fasik yang tidak mau mentaati Allah, serta orang-orang zalim yang zalim kepada Allah, hamba-Nya dan dirinya sendiri, Allah tidak akan memberikan hidayah kepada mereka :
“Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. Al Maidah : 108)
“Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al Baqarah : 258)
Bersabar Menyerukan Hidayah

Sifat sabar mutlak harus dimiliki oleh seseorang yang hendak menyerukan dan menyampaikan hidayah. Tentu tantangan dan ujian akan datang silih berganti. Maksud hati menginginkan hidayah bagi orang yang kita cintai namun justru dibalas dengan penentangan dan permusuhan. Adalah sunnatulah, setiap seruan kepada hidayah kebaikan akan dihadang dengan pengingkaran dan penentangan. Maka dari itu, kesabaran harus menjadi bekal utama seorang dai.

Seorang dai
yang menyerukan hidayah tugasnya hanya menyampaikan. Adapun hidayah dan taufik sepenuhnya kembali kepada kehendak Allah l. Para nabi dan rasul adalah suriteladan bagi setiap penyeru hidayah. Rasulullah n pernah menggambarkan keadaan para nabi pada hari kiamat nanti. Ada seorang nabi yang datang membawa puluhan pengikut. Ada nabi yang datang hanya dengan dua orang pengikut. Ada pula nabi yang hanya datang dengan seorang pengikut. Bahkan, ada seorang nabi yang datang pada hari kiamat nanti tanpa seorang pengikut pun.

Nabi Ibrahim
as tidak dapat mengajak ayahnya untuk menerima hidayah. Nabi Nuh q tidak mampu mengarahkan anaknya ke jalan yang lurus. Nabi Luth q dimusuhi oleh istrinya sendiri.
Nabi Muhammad saw  yang telah berusaha sekuat tenaga agar pamannya Abu Thalib mau menerimah hidayah akhirnya pun harus menerima kenyataan bahwa pamannya meninggal di atas kekafiran.
Sungguh di antara firman Allah l yang harus selalu diingat oleh seorang penyeru hidayah adalah:
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (al-Qashash: 56)

Seorang dai yang mengajak kepada hidayah tidak boleh berkecil hati ataupun bersedih. Allah l tidak akan menyia-nyiakan pahala hamba-Nya. Allah l akan meninggikan derajatnya dan mempersiapkan pahala yang terbaik baginya. Ia harus berprasangka baik kepada Allah l. Barangkali hari ini orang lain menentang dan memusuhinya, mungkin setelahnya orang tersebut akan menjadi teman dan penolongnya. Al-Imam Ahmad t meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah bin Umar c bahwa Rasulullah n pernah mendoakan kejelekan untuk empat orang. Kemudian Allah l pun menurunkan firman-Nya:
“Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah l menerima taubat mereka atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim.” (Ali Imran: 128)
Lalu Allah l memberikan hidayah kepada mereka. (HR. Ahmad 2/104)

Akhirnya, banyaklah memohon hidayah. Dari Abdullah bin Umar c, Rasulullah n sering membaca doa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon selalu dari-Mu hidayah, takwa, sikap ‘iffah, dan kekayaan.” (HR. Muslim no. 4898)
6.  Tunjukilah[8] kami jalan yang lurus,
[8]  Ihdina (tunjukilah kami), dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. yang dimaksud dengan ayat Ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik.  Amin Ya Rabbal Alamin
Jakarta  18/2/2013

1 komentar:

  1. Aslm, penjelasanya bagus, kira" buku /sumbernya da kgak ya ? saya butuh buku yang menjelaskan tentang hidayah buat skripsi saya, mohoon bantuanya

    BalasHapus

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman