Jumat, 22 Februari 2013

PERBUATAN manusian dan Tuhan






                         PERBUATAN MANUSIA atau TUHAN
             
            Kaum Mu;tazilah  , Asy’ariyah dan Maturidiah  , karena berbeda dalam memberikan peran akal dan wahyu bagi mereka , sudah barang tentu menganut faham yang berbeda – beda pula . Jika diurutkan tingkatan besar dan kecilnya peran akal dan wahyu bagi mereka sebagai berikut : Mu’tazilah , kemudian Maturidiah , dan kemudian Asy ‘ariyah .
            Dalam memahami perbuatan Tuhan dan manusia menurut golongan teologi diatas , memang ada persamaan dan perbedaan dalam suatu persoalan . Sekalipun demikian , mereka tetap tergolong orang -orang Islam . Perbedaan ini terjadi , hanya karena berbeda pandangan dan pemahaman terhadap teks al Qur’an  sebagaimana yang terjadi pada mazhab –mazhab fiqih .
            Untuk menetahui perbandingan antar perbuatn Tuhan dan manusia menurut aliran teologi dalam Islam  , terlebih dahulu penulis menerangkan pengertian perbuatn secara umum .
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia  yang disusun oleh W .J . S. Poerwadarminta  , perbuatan : 1. Sesuatu yang diperbuat ( dilakukan ) ; tindak ; . . . .
            Jadi yang dimaksud dengan perbuatan Tuhan dan manusia dalam tulisan ini adalah sesuatu yang dilakukan oleh Tuhan dan manusia sesuai dengan kehendak dan kemampuan masing –masing  . Untuk mewujudkan suatu perbuatan Tuhan ataupun manusia menurut para teolog muslim terdapat perbedaan pendapat , ada yang mengatakan mutlaktejadi dan sebaliknya .

 1.Kewajiban Tuhan Terhadap Manusia
            1.Mu’tazilah
            Faham Mu’tazilah mengakui adanya kewajiban –kewajiban Tuhan terhadap manusia . Pengakuan ini sebagai akibat konsep keadilan dan ketidak  mutlaknya  Kekuasaan Tuhan .
            Dalaam faham ini termasuklah kewajiban –kewajiban seperti kewajiban Tuhan mengirim par Rasul untk memberi petunjuk kepada manusia dan sebagainya .
            2.  Asy’ariyah
Faham Mu’tazialh tentang adanya keawjiban –keawjiban Tuhan terhadap manusia tidak dapat diterima oleh kaum Asy’ atiyah , kaena bertentangan dengan faham kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan yang mereka yakini .
Faham mereka bahwa Tuhan dapat berbuat sekehendak hati- Nya terhadap manusia mengandung arti bahwa Tuhan mempunyai kewajiban –kewajiban apa –apa.
“ Sebagai kata al – Ghazali perbuatan –perbuatan Tuhan bersifat tidak wajib (ja’iz)dan tidak satupun dari padanya yamg mempunyai sifat-sifat wajib”[1]
“Tuhan , demikian al –Asy’ari , sekali –kali tidak mempunyai kewajiban terhadap hamba-Nya “[2]

       3 . Maturidiah
      Karena faham Maturidiah mengakui kehendak dan kekuasaan Tuhan mutlak , Tuhan tidak mempunyai kewajiban –keawajiban Tuhan terhadap manusia sebagaimana faham Mu’taazilah . Faham mereka ini sefaham dengan Asy ‘ariyah .
      “ Kaum Maturidiah Bukhara sefaham dengan kaum Asy ‘ariyah tentang tidak adanya kewajiban –kewajiban bagi Tuhan “[3] .7.
      Golongan cabang Maturidiah Samarkand memberi batsan –batasan kepada kekuasaan dan kehendak mutlak Tuha dan dengan demikian dapat menerima fahan adanya kewajiban –kewajibanbagi Tuhan , kewajiban menepati janji tentang pemberian upah dan pemberian hukuman  Sekalipun demikian , faham mereka in tidak semutlak kaum Asy’ariyah .
2. Berbuat baik dan terbaik
            Pada dasarnya term diatas terkenal dalam Islam sebagai term  Mu’tazilah . Yang dimaksud dengan berbuat baik dan terbaik ialah kewajiban Tuhan berbuat baik bahkan yang terbaik bagi manusia . Keyakinan ni memang merupakan slah satu kepercayaan yang penting bagi kaum Mu’tazilah .      
            Term kaum Mu’tazilah tersebut tidak dapat diterima ole aliran Asy’ariyah , sebab bertentangan dengan fahamnya , kemutlakan kekuasaan dan kehendak Tuhan .
            “ Hal ini ditegaskan oleh al – Ghazali ketika mengatakan bahwa Tuhan tidak berkewajiban berbuat baik dan terbaik bagi manusia .”[4]
            Kaum Maturidiah Bukhara dan cabang Samarkand tidak menerima term baik dan terbaik bagi Tuhan terhadap manusia , sebab tidak sesuai dengan kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan .

3. Beban di Luar Kemampuan Manusia
            3 .1 Mu’tazilah
            Faham berbuat baik dan terbaik bagi Tuhan yang menhadi keyakinan terpenting bagi kaum Mu’tazilah , sudah barang tentu tidak dapat menerima bahwa Tuhan memberikan beban  di luar kemampuan manusia , sebab hal ini bertentangan dengan faham keadilan Tuhan . Tuhan akan bersifat tidak adil , kalau Ia memberi beban yang terlalu berat kepada manusia .
            Jadi Tuhan membeikan beban yang terlalu berat kepad manusia ,; jika diberikan beban tersebut , maka akan sia-sia belaka .
            3 .2 Asy ‘ariyah
            Atas dasar kepercayaan pada kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan , kaum Asy’ariyah berpendapat bahwa Tuhan tak mempunyai kewajiban apa-apa , dapat menerima faham pemberian beban yang diluar kemampuan manusia .
            Tuhan bebas memberikan kewajiban –kewahuban yang berat kepada manusia, sungghpun manusia tak mampu mengerjakannya . Sebab pada dasarnya yang dilakukan manusia itu adalah perbuatan Tuhan dan diwujudkan dengan daya-Nya .
            Al-Asy’ari sendiri , dengan tegas mengatakan dalam Al-Luma’ , bahwa Tuhan meletakkan pada manusia bebanyang tak dapat dipikul. Al- Ghazali mengatakan demikian juga dalam Al-Iqtisad.
            Maturidiah
Kaum Maturidiah golongan Bukhara sebagai diketahui bahwa kehendak dan
kekuasaan Tuhan adalah tidak terbatas , sudah barang tentu dapat menerima faham pemberian beban diluar kemampuan manusia .           
            Tuhan memeberikan beban yang berat kepada manusia yang dikehendaki-Nya , sebabTuhan mutlak kekuasaan-Nya.
            “Sebagai kata Al-Bazzdawi , tidaklah mustahil bahwa Tuhan meletakkan atas diri manusia kewajiban-kewajiban yang tak da[at dipikulnya”[5]
            Cabang Maturidiah Samarkand mengambil posisi lebih dekat dengan faham Mu’tazilah ,Tuhan tidak memberikan beban yang berat kepada manusia , sebab apa yang dilakukan oleh manusia adalah perbuatannya sendiri bukan perbuatan Tuhan .
            “ . . . , Al-Maturidi yidak setuju dengan pendapat kaum Asy’ariyah dalam hal ini , karena al-Qur’an mengatakan bahwa Tuhan tidak membebani manusia dengan kewajiban –kewajiban yang terpikul”[6]
            Jadi dalam persoalan pemberian beban diluar kemampun manusia , dua aliran ini berbeda pendapat , yang Satu Menerima dan yang lain tidak menerima pemberian beban diluar kemepuan manusia .

4.Pengiriman Rasul- rasul
            4.1 Mu’tazilah
            Sebagaimana telah diketahui dalam pembahasan fungsi wahyu , bahwa wahyu bagi golongan Mu’tazilah lebih banyak memperkuat dan menyempurnakan apa-apayang telah diketahui manusia melalui akalnya. Kepercayaan aliran berpenadapat bahwa akal manusia mampu mengetahui  hal-hal yang ghaib. Oleh karena itu , pengiriman para rasul kepada manusia tidak begitu penting .
            Sekalipun peniriman para Rasul tidak begitu penting , tetapi tanpa keberadaan  mereka ini, manusia tidak akan dapat memperoleh hidup baik dan terbaik , baik didunia maupun diakhirat nanti. Oleh sebab itu, Tuhan wajib menirim Rasul-rasul kepada umat manusia .Keputusan ini atas dasar Tuhan wajib berbuat baik dan terbaik .
            Asy’ariyah
Tuhan bagi keyakinan aliran ini tidak berkewajiban apa-apa terhadap manusia ,
sungguhpun pengiriman para Rasul sangat penting . Asy;ariyah menolak sifat wajibnya pengiriman Rasul-rasul bagi Tuhan kepada umat manusia , sebab bertentangan dengan keyakinan meeka bahwa Tuhan tidak memiliki kewajiban apa-apa kepada manusia .
            Sekarang Tuhan tidak mengirimkan para utsan-Nya kepada umat manusia, hidup mereka akan mengalami kekacauan, karena tanpa wahyu manusia tidak akan dapat membedakan perbuatan baik dari perbuatan jahat .
            Pengiriman Rasul-rasul bagi Tuhan kepada umat manusia sangat penting , untuk memberi petunjuk perbuatan yang benar dan yang salah , tetapi Ia tidak wajib mengirimkannya.
            4.3. Maturidiah
            Karena golongan Maturidiah Bukhara meyakini bahwa kekuasaan dan kehendak Tuhan itu mutlak , mempunyai faha yang sama dengan Asy’ariyah, pengiriman rasul tidak bersifat wajib . Sungguhpundemikian , pengiriman para rasul sangat penting bagi aliran ini.
            “Pengiriman Rasul menurut mereka , tidak bersifat wajib, dan hanya bersifat mungkin”[7]
            Pendapat golongan Samarkand dalam hal ini tidak sama dengan faham Maturidiah Bukhara , tidak bersifat wajib bagi Tuhan untuk mengirimkan para Rasul , tetapi sefaham dengan Mu’tazilah , adanya kewajiban –kewajiban Tuhan.
            Dalam  Isyarat al-Maram yang disusun oleh kamal al-Din Ahmad al-Bayadi menjelaskan bahwa banyak dari kaum Maturidiah sefaham dengan kaum Mu’tazilah mengenai wajibnya pengiriman Rasul-rasul .
            Dari keterangan diatas , pengiriman para Rasul bagi kaum Maturidiah Bukhara tidak bersifat wajib, sedangkan faham Maturidiah Samarkan bersifat wajib.
5.Janji dan Ancaman Tuhan
            5.1. Mu’tazilah
            Sebagai telah diketahui bahwa kaum Mu’tazilah mempunyai lima dasar yang menjadi keyakinan golongan ini dan diantara ke lima tersebut adalah termasuk perbuatan Tuhan menepati janji dan ancaman ( al-wa’d wa al-wa’id) , Seseorang baru dikatakan Mu’tazilah bila ia menerima lima dasar keyakinan kaum Mu’tazilah sebagimana yang telah diterangkan dalam penulis ini.
           
            Tuhan wajib menepati janji dan ancaman –Nya kepada manusia adalah erat hubungannya dengan dasar ke dua, yaitu keasilan . Bila Ia tidak menepati janji dan ancaman-Nya kepada manusia , Tuhan akan bersifat tidak adil . menepati janji untk memberi upah kepada orang yang berbuat kebaikan dan menjalankan ancaman untuk memberi hukuman kepada orang yang melakukan kejahatan adaalah menjadi kewajiban Tuhan .Inilah keyakinan kaum Mu’tazilah .
            “Selanjutnya keasaan tidak menepati janji dan tidak menjalankan ancaman , bertentangan dengan maslahat dan kepentingan manusia . Oleh karena itu menepati janji dan menjalankan ancman adalah wajib bagi Tuhan “[8]
            Dengan demikian , janji dan ancaman Tuhan adalah wajib bagi- Nya dan inilah kedilan menurut faham Mu’tazilah .
            Asy’ariyah
Akibat dari kehendak dan kekuasaan Tuhan yang mutlak
Bagi golongan Asy’ariyah , sudah barang tentu tidak dapat menerima faham Mu’tazilah , yaitu kewajiban Tuhan menepati janji dan menjalankan ancaman-Nya kepada manusia . Tuhan tidak wajib menepati janji untuk memneri upah kepada orang yang berbuat baik dan tidak wajib pula menjalankan hukuman kepada seseorang yang melakukan kejahatan , sungguhpun kedua-duanya terdapat dalam al-Qur’an dan Hadist.
            Memang dalam al-Qur’an telah dikatakan bahwa Tuhan akan membalas seseorang yang berbuat baik dengan dan membalas seseorang yang melakukan kebaikan dengan kejahatan pula . Untuk mengatasipersoalan ini, al-Asy’ari memberikan batasan-batasan kat-kataarab, yaituman, allazinadan sebagainya yang menggambarkan artisiapa dengan interprestasi bukan semua orang tetapi sebagian.
            Dengan demikian , hanya sebagian orang yang akan menerima ancaman Tuhan sesuai  dengan apa yang diperbuat , yang lain akan terlepas dari ancaman atas dasar kekuasaan dan kehendak mutlaak Tuhan. Dengan kata lain, bagi golongan Asy’ariyah berpendaoat bahwa Tuhan tidak wajib menepati janji atau ancaman-Nya kepada manusia. Senuanya terserah keputusan Tuhan .
            Maturidiah
Tidak selamat kaum Mturidiah Bujhara sefaham dengan Asy’ariyah dalam
persoalan janji dan ancaman Tuhan kepada manusia . Dalam pendapat mereka bahwa tidak mungkin Tuhan melanggar janji-Nya untuk memberi upah kepada orang yang berbuat baik, tetapi sebaliknya bukan tidak mungkin Tuhan membatalkan ancaman untuk menghukum kepada orang yang melakukan jahat. Jadi nasib seseorang yang berbuat jahat ditentukan oleh kehendak mutlak Tuhan.
            “Bukan tidak mungkin bahwa Tuhan memberi ampun kepada seseorang tetapi dalam pada itu tidak memberi ampun kepada orang lain sungguhpun dosanya sama” [9]
            Keterangan diatas mengandung pengrtian bahwa Tuhan boleh membatalkan ancaman-Nya atau menjalankan nya kepada orang yang  berbuat jahat, karena sesuai dengan kehendak mutlak Tuhan . Dalam pada itu, golongan Bukhara berpendapat , Tuhan tidak mungkin melanggar janji untuk memberi upah kepada orang yang berbuat baik, sebab Tuhan Maha Adil.
            Karena atas dasar kehendakmutlak Tuhan dan kedilan-Nya , aliran Maturidiah Bukhara dalm masalah janji dan ancaman Tuhan kepada manusia wajib diadakan .
            Adapun golongan Maturidiah Samarkand sefaham dengan kaum Mu’tazilah, tuhan berkewajiban menepati janji dan ancaman-Nya kepada manusia.

6. Kekuasaan dan Kehendak Tuhan
            6. 1. Mu’tazilah
            Dalam memahami kekuasaan dan kehendak Tuhan , terdapat perbedaan pendapat diantara aliran-aliran teologi dalam Islam . Sebagian mengatakan bahwa Tuhan Tuhan berkuasa dan berkehendak mutlak . Perbedaan ini dikarenakan berbeda dalam memberikan fungsi akal dan wahyu bagi masing-masing golongan .
            Karena golongan Mu’tazilah memberikan peran akal sangat besar dari pada peran wahyu , kekuasaan dan kehendak Tuhan yang mutlak , disebabkan adanya peraturan-peraturan yang datang dari-Nya untuk membatasi kemutlakan-Nya .
            Tuhan wajib memberikan upah kepada orang yang berbuat baik dan menjalankan hukman kepada orang yang melakukan  jahat; jika tidak demikian , Tuhan tidak adil .
            “. . . Tuhan tidak bisa lagi berbuat kehendak-Nya ,Tuhan telah terikat pada norma-norma keadilan-keadilan kalau dilanggar, membuat Tuhan bersifat tidak adil bahkan zalim, Sifat serupa ini tak dapat diberikan kepada Tuhan “ .13
            “Lebih tegas al-Khayyat menerangkan bahwa tiap benda mempunyai nature tertentu , dan tak dapat menghasilkan kecuali efek itu juga ; api tak dapat menghasilkan apa-apa kecuali panas dan es tidak dapat menghasilkan apa-apa kecuali dingin “.[10]
            Dari keterangan diatas mengandung pengertian bahwa kekuasaan dan kehendak Tuhan mutlak, karena dibatasi dengan hukuman Islam(sunnah Allah) .Sungguhpun demikian , bahwa tersebut datang dari Tuhan .
            Dengan demikian , Mu’tazilah dalam memahami kekuasaan dan kehendak Tuhan sebagai berikut:
1.      Kekuasaandan kehendak Tuhan tidak mutlak
2.      kewajiban-kewajiban Tuhan terhadap manusia membatasi wewenang-Nya .
3.      Sunnah Allah membatasi kemutlakan –Nya untuk bekehendak dan berkuasa terhadap makhluk-Nya , sungguhpun batasan itu buatan-Nya sendiri.
4.      Kemutlakan Tuhan dalam berbuat sesuatu seuai dengan keadilan-Nya .
5.       
6. 2. Asy’ariyah
Kaum Asty’ariyah lebih banyak memberi fungsi wahyu dari pada peran akal dalam memahami persoalan-persoalan teologi , sehingga pendapat mereka banyak yang bertangan dengan golongan lain. Dalam masalah pemahaman kekuasaan dan kehendak Tuhan berbeda dengan aliran Mu’tazilah , Tuhan tidak mutlak untuk berkuasa dan berkehendak.
           
            Segala perbuatan Tuhan adalah adil , tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi-Nya , kendatipun menurut akal bersifat tidak baik dan tidak adil . Tuhan boleh melaksanakan janji untuk memberi upah kepada orang yang berbuat baik dan membatalkan untuk memneri hukuma kepada orang yang melakukan kejahatan , sebab Tuhan tidak trikat dengan norma-norma keadilan.
            Dengan demikian, golongan ini menerima kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan , betapapun perbuatan diatas tidak sesuai dengan akal , sebagaimana kata kaum Mu’tazilah .
            “Tuhan bersifat adil dalam segal perbuatan-Nya . Tidak ada suatu laranganpun bagi Tuhan . Ia buat apa saja yang dikehendaki- Nya . Seluruh makhluk milik-Nya dan perintah-Nya adalah diats segala perintah . Ia tak bertanggung jawab tentang pernuatn-perbuatan-Nya kepada siapapun “[11]
            Al-Asy;ari manusia dalam Al-Ibanah bahwa Tuhan tidak tunduk kepada siapapun; di atas Tuhan tidak ada suatu zat lain yang dapat membuat hukum dan dapat menentukan apa yang boleh dibuat dan apa yang tidak boleh dibuat Tuhan .
            “Al-Ghazali juga mengeluarkan pendapat yang sama , Tuhan dapat berbuat apa saja yangdikehendaki-Nya , dapat memberikan hukum menurut kehendak-Nya “[12] .16
Tuhan dapat menyiksa orang yang berbuat baik jika itu dikehendaki-Nya dan dapat memberi upah kepada orang yang melakukan kejahatan bila yang demikian dikehendaki-Nya .
                        “Sebagai kata al-Dawwani , Tuhan adalah Maha Pemilik ( Al-Malik) yang bersifat absolut dan berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya didalam kerajaanNya dan tak seorangpun yang dapat mencela perbuatn-Nya” [13].
            Dengan kata lain Tuhan bebas berbuat apasaja terhadap manusia , bisa saja perbuatan yang jahat diberiupah bila dikehendaki-Nya .Sungguhpun yang demikian tidak sesuai dengan akal manusia dan tidak bersifat baik .
            Jadi , golongan Asy’ariyah dalam memehami kekuasaan dan kehendak Tuhan dapat difahami sebagai berikut:
1.      Tuhan dapat membuat hukum sapa saja terhadap makhluk-Nya dan keputusan –Nya tidak dibalas dengan siapapun .
2.      Boleh saja perbuatan  yang  baik tidak dibalas dengan kebaikan jika Tuhan menghendki-Nya dan perbuatan yang jaht dibalas dengan kebaikan bila dikehendaki-Nya .
3.      Setiap yang diperbuat oleh Tuhan adalah adil dan baik , karena kehendak-Nya bersifat mutlak .
4.      Sekiranya Tuhan mewahyukan berdusta itu baik , maka berdusta mestilah baik bukan buruk .
5.      Tidak ada seseorang yang berhak mencela perbuatan Tuhan, walaupun bertentangan dengan akalnya , sebab semua yang ada ini milik Tuhan .
6.3. Maturidiah
Dalam goongan ini , kemutlakan Tuhan berkehendak
dan berkuasa atas segala sesuatu dan pasti terjadi jika yang demikian itu dikehendak-Nya.
            “ Menurut al- Bazzdawi ,tuhan memang berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya dan menentukan segala-galanya menurut kehendak-Nya “ [14].18.
            Tidak ada yang menentang atau memaksa Tuhan , dan tidak ada larangan-larangan terhadap-Nya .
            Bagi Maturidiah Samarkand berpendapat diantara faham Mu’tazilah dan Asy’ariyah, artinya mengandung bahwa Tuhan mutlak berkehendak berkuasa tetapi tidak semutlak yang diberikan oleh Asy’ariyah dan tidak sebanyak batasan kemutlakan Tuhan yang diberikan oleh kaum M’utazilah
            “Batasan-batasan yang diberikan goongan Samarkand ialah:
a.      Kemrdekaan dalam kemauan dan perbuatan yang , menurut pendapat mereka ,ada pada manusia.
b.      Keadaan Tuhan menjatuhkan hukuman bukan sewenang-wenang , tetapi berdasarkan atas kemerdekaan manusia dalam mempergunakan daya yang diciptakan Tuhan dalam dirinya untk berbuat baik atau berbuat jahat.
c.       Keadaan hukuman-hukuman Tuhan sebagai kata al- Bayadi , tak boleh tidak mesti terjadi “ [15].19
Tuhan adalah diatas segal-galanya , Batasan-batasan itu ditentukan oleh Tuhan
 sendiri dan dengan kemampuannya sendiri pula .Semua kehendak-Nya pasti terjadi.
            Dari keterangan diatas , golongan Maturidiah dalam
            Memahami kekuasaan dan kehendakTuhan dapat disimpulkan sebagai berikut:
  1. Faham golongan ini dalam hal ini diatas tidak semutlak sebagaimana yang dikatakan oleh faham Asy’ariyah
  2. Di atas Tuhan tidak ada  satu zatpun yang lebih berkuasa dari pada-Nya.
  3. Hanya Tuhan sendirilah dan dengan iradah-Nya yang membatasi perbuatn-Nya, tidak ditentukan oleh batasan-batasan zat selain dari-Nya,

ABI NAUFAL
JAKARTA  22/2/2013



[1] Muhammad al Ghazali , ibid . , h . 160 .
43Abu ‘ Uzbah , Al – Rawdah al Bahiah Fima bayn al Asy’ari ah wa al Maturidiah , ( Hyderabad , 1322) , h .33.
       44 Al – Bazzdawi , ibid . , h .126 .
[2]
[3]
[4] Harun Nasution  ,op . cit . ,h . 129.
[5] Al-Bazzdawi, ibid . , h .125.
[6] Al-Maturidi, Syarh al-Fiqh al-Akbar , ( Hyderabadi Da’irah al-Ma’ arif al-Nizamiah , 1321 AH) , h .13 .
[7] Al-Bazzdawi, ibid . , h . 90.
[8] Harun Nasution , ibid . , h .133.
[9] Harun Nasution , ibid. ,h .119.
[10] Albert N .Nader, Le Systeme Philosopicue Des Mu’tazilah, ( Beyruth: 1956 ) , h .145.
[11] Al-Bazzdawi , ibid . , h . 82 .
[12] Muhammad al-Ghazali, op .cit. , h . 184.
[13] Harun Nasution , ibid. , h .  118.
[14] Harun nasution , ibid . ,h .121.
[15] Ibid . , h .122.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman