Senin, 18 Februari 2013

MAKMURKAN Rumah Allah swt




    

                KEUTAMAAN Memakmurkan Masjid
KAJIAN KEISLAMAN


”Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. At-Taubah, 9:18)
Allah swt. Berfirman : “Bertasbihlah kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya didalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang”. (An-Nur:36)
Makna Memakmurkan Masjid
Memakmurkan masjid memiliki arti yang sangat luas. Yaitu, menyelenggarakan kegiatan yang bernilai ibadah. Di antara kegiatan yang tergolong memakmurkan masjid adalah Pengelolaan Masjid, Majelis Taklim, Taman Pendidikan Alquran, Remaja Masjid, Perpustakaan, Koperasi, Poliklinik, Unit Pelayanan Zakat (UPZ), Konsultasi, Asy Syifa, Bantuan Hukum, Bursa Tenaga Kerja, Sekolah, Bank Syariah, BMT, BPRS, Kantor Pos, Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Rumah Sakit, Toko Buku, Pusat Informasi, Wartel, dan sebagainya.
Keutamaan Membangun Masjid
Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang membangun masjid untuk Allah walaupun seperti sarang burung, Allah bangunkan untuknya sebuah rumah di surga.” [Diriwayatkan oleh Ath-Thahawy, Ibnu Hibban, Al-Baihaqy dalam Syu’abul Iman dan selainnya. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany.]
Sabda beliau, “Walaupun seperti sarang burung”, dijelaskan oleh Imam Asy-Syaukany dalam Nailul Authâr 3/554, “(Hadits) tersebut diarahkan oleh ulama ke makna mubâlaghah (perbesaran keutamaan) karena tempat yang menjadi sarang burung guna meletakkan telurnya dan dia tidur padanya, ukurannya tidaklah cukup untuk shalat. Ada (juga) yang berpendapat bahwa seperti zhahir haditsnya, dan maknanya bahwa dia menambah sekadar yang diperlukan pada masjid, yang tambahannya memang sekadar itu, atau (maknanya) bahwa sekelompok orang berserikat dalam membangun masjid sedang bagian pembangunan setiap dari mereka adalah sekadar itu.”

Dalam ri Hadits riwayat Usman bin Affan ra: ”Barang siapa yang membangun sebuah masjid karena mengharapkan keridhaan Allah SWT, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di surga. (H.R Bukhari dan Muslim)
“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak. (yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mu’min laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada meraka): Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.” (QS. Al-Hadiid, 57:11-12)
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah, 2:261)
Keutamaan masjid dibandingkan tempat yang lainnya
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا وَأَبْغَضُ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ أَسْوَاقُهَا
Dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu- Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bagian negeri yang paling Allah cintai adalah masjid-masjidnya, dan bagian negeri yang paling Allah benci adalah pasar-pasarnya.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Masajid wa Mawadhi’ as-Shalah)
Keutamaan membangun masjid ikhlas karena Allah
imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
عَنْ عُثْمَانِ بْنَ عَفَّانَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ فِي الْجَنَّةِ مِثْلَهُ
Dari Utsman bin Affan -radhiyallahu’anhu- dia berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang membangun masjid ikhlas karena Allah maka Allah akan membangunkan baginya yang serupa dengannya di surga.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Masajid wa Mawadhi’ as-Shalah)
Tidak boleh membangun masjid di tanah pekuburan
Imam Muslim meriwayatkan di dalam Shahihnya :
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ أُمَّ حَبِيبَةَ وَأُمَّ سَلَمَةَ ذَكَرَتَا كَنِيسَةً رَأَيْنَهَا بِالْحَبَشَةِ فِيهَا تَصَاوِيرُ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أُولَئِكِ إِذَا كَانَ فِيهِمْ الرَّجُلُ الصَّالِحُ فَمَاتَ بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا وَصَوَّرُوا فِيهِ تِلْكِ الصُّوَرَ أُولَئِكِ شِرَارُ الْخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Dari ‘Aisyah -radhiyallahu’anha- bahwa Ummu Habibah dan Ummu Salamah menceritakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai sebuah gereja yang mereka lihat di negeri Habasyah, di dalam gereja itu terdapat gambar-gambar. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya mereka itu apabila di antara mereka terdapat orang yang soleh yang meninggal maka mereka pun membangun di atas kuburnya sebuah masjid/tempat ibadah dan mereka memasang di dalamnya gambar-gambar untuk mengenang orang-orang soleh tersebut. Mereka itu adalah makhluk yang paling buruk di sisi Allah pada hari kiamat kelak.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Masajid wa Mawadhi’ as-Shalah)
wayat Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Hakim dan Baihaqi dari Abu Said Al-Khudri ra. Disebutkan : “Jika Kalian melihat seorang lelaki membiasakan pergi ke masjid, maka bersaksilah bahwa ia benar-benar beriman! Sebab Allah berfirman : “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian”. (At-Taubah:18)
Karakter Pemakmur Masjid
Paling tidak ada empat karakter orang yang memak­murkan masjid, berdasarkan Qs. at-taubah/9:18.
Pertama, beriman kepada Allah SWT dan  hari yang akhir. Iman adalah syarat utama yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin memakmurkan masjid. Iman mesti membuahkan amal.
Kedua, mendirikan salat. Ketika adzan berkumandang, mereka akan bersegera menuju masjid untuk mendirikan salat. Nabi Muhammad SAW sendiri adalah orang yang melak­sanakan salat di awal waktu, berjamaah, dan bertempat di masjid.
 Begitu pentingnya salat berjamaah di masjid, seorang yang buta saja tetap dipe­rintahkan untuk mendirikan salat di masjid. sabdanya: Wahai Rasulullah, aku adalah seorang laki-laki yang buta.
Rumahku jauh dan aku tidak memiliki orang yang menuntun. Apakah aku mempunyai keringanan untuk salat di rumah? Rasul bertanya: apakah kamu mende­ngar seruan (adzan)? Ia berkata: Ya, Rasul bersabda: Aku tidak mendapatkan keringanan un­tuk­mu”. (HR. Abu Daud)
Ketiga, membayar zakat. Ketika seseorang mendirikan salat di masjid, mereka akan membentuk shaf yang lurus dan rapat. Seluruh makmum berada di belakang imam tanpa membedakan antara si kaya dengan si mikin. Seorang jenderal bisa bersentuhan bahu dengan seorang prajurit. Semua sama statusnya di antara ja­maah, yaitu makmum. Mereka saling menghormati dengan penuh kasih sayang.
Keempat, tidak takut ke­cuali kepada Allah.
Orang yang memakmurkan masjid adalah orang yang tidak takut kecuali hanya kepada Allah semata. Ketakutan tersebut akan men­do­rong seseorang melaksanakan ibadah, bukan justru jauh dari Allah.

Cara Memakmurkan Masjid
Masjid sejak zaman Nabi Muhammad SAW telah dijadikan pusat kegiatan umat Islam. Dari masjid, Rasulullah membangun umat Islam dan mengendalikan pemerintahannya. Sebagaimana dinyatakan dalam surat At Taubah 18, mereka yang memakmurkan masjid adalah orang yang mendapat petunjuk dari Allah.
Meski demikian, saat ini masjid masih belum diberdayakan secara proporsional bagi pembangunan umat Islam. Memang tidak mudah mengajak umat untuk kembali ke masjid seperti zaman Rasulullah. Persepsi yang berkembang adalah bahwa masjid hanya untuk kegiatan spiritual belaka, sehingga umat Islam pun tercerai berai dalam persaudaraannya.
Upaya pemakmuran masjid juga dapat dilakukan melalui suatu aliansi antara masjid dengan Baznas/Bazda dan Babinrohis Pusat/Daerah. Adanya UU No 38 tahun 1999, pemerintah telah memfasilitasi berdirinya Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) serta LAZ (Lembaga Amil Zakat).
Untuk mewujudkan istem penyelenggaraan zakat maka Baznas maupun Bazda dapat membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ) yang berada di masjid maupun unit-unit usaha. Kerja sama antara masjid dengan Badan Amil Zakat dan Badan Pembina Rohani Islam (BABINROHIS) yang ada di Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, BUMN dan swasta secara berjamaah, diharapkan dapat mengangkat harkat umat melalui program pengentasan kemiskinan dan peningkatan pemberdayaan ekonomi. Kerja sama ketiga pilar itu akan menjadi suatu kekuatan yang dahsyat dalam pemberdayaan umat.
Dalam hal ini masjid akan bertindak selaku pengumpul dan penyalur zakat dan infaq. Pengurus masjid dituntut mengetahui kondisi jamaahnya, siapa saja yang digolongkan mampu (muzakki) dan siapa yang harus dibantu (mustahiq).
Untuk itulah perlunya dilakukan reposisi dan penataan kembali masjid.
Dengan demikian akan sangat dimungkinkan terlaksananya distribusi zakat secara transparan dan menyeluruh, seluruh masjid atau jamaah mempunyai kesempatan sama, para pengemis tidak akan lagi berkeliaran di berbagai tempat karena sudah diurus oleh masjid. Di samping itu, tidak akan terjadi duplikasi bantuan karena setiap orang hanya terkait dengan satu masjid dan jamaah yang tidak memerlukan bantuan harian akan diberikan bantuan yang bersifat produktif.
Memakmurkan masjid atau disebut juga dengan ta’mirul masajid dapat dilakukan de­ngan berbagai cara, di anta­ranya:
 1.Beribadah di dalamnya, seperti salat berja­maah, berzikir, membaca Alquran, menuntut ilmu penge­tahuan dan sebagainya. Bera­gam ibadah yang dilakukan di masjid tersebut akan melatih pribadi seseorang untuk me­nam­pilkan perilaku-perilaku positif: jiwa yang tenang, suka menolong, tidak mudah mence­la orang, dan memiliki sema­ngat kerja yang tinggi.
2.Menegakkan ja­maah. Masjid sejatinya dija­dikan sebagai basis persatuan dan kesatuan umat Islam. Di dalamnya tidak dikenal kasta­nisasi, hanya ada dua yang berperan, imam atau mak­mum. Makmum akan taat ke­pada imam selagi tetap dalam atu­ran.
3.Membersihkan dan menjaga kesuciannya. Dalam satu hadis dijelaskan: Ada seorang perempuan yang senantiasa menyapu masjid, kemudian mati. Nabi SAW lalu menanyakan tentang perem­puan itu. Dijawab bahwa dia telah wafat. Nabi bersabda: “Mengapa kalian tidak mem­beritahukannya kepadaku?” Maka beliau mendatangi kubu­rannya lalu mensalatkannya. (HR. Asy-Syaikhani, Abu Daud, dan Ibn Majah).
4.Memfungsikan masjid sesuai keridaan Allah. Kita patut mencontoh masa Rasulullah SAW dalam me­mak­murkan masjid. Qurasih Shihab menyebutkan, tidak kurang dari sepuluh peran Masjid Nabawi pada masa tersebut, yaitu: 1) tempat ibadah (salat dan zikir); 2) tempat konsultasi dan komu­nikasi (masalah ekonomi, sosial dan budaya); 3) tempat pen­didikan; 4) tempat santunan sosial; 5) tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya; 6) tempat pengobatan para korban perang; 7) tempat perdamaian dan pengadilan sengketa; 8) aula dan tempat menerima tamu; 9) tempat menawan tahanan; dan 10) pusat pene­rangan atau pembelaan agama.
5.Membangun dan memeliharanya. Membangun dan memelihara masjid dapat dilakukan dengan cara men­dirikan bangunan masjid, memperbaiki jika ada yang rusak, tentu dengan uang yang halal.
Balasan Memakmurkan Masjid
Setiap amal yang baik pasti ada nilai keutamaan yang telah ditetapkan oleh Allah swt dan Rasul-Nya. Keutamaan yang sedemikian besar memotivasi kaum muslimin untuk selalu melaksanakan kebaikan itu, begitu pula bila kita memakmurkan masjid sehingga menjadi penting untuk kita pahami nilai keutamaannya.
1. Membuktikan Kebenaran Iman.
Kedatangan seorang muslim ke masjid dalam rangka memakmurkan masjid dengan berbagai aktivitas yang bermanfaat bagi diri, keluarga dan masyarakatnya membuatnya harus diakui sebagai orang yang dapat membuktikan keimanan, karenanya kitapun tidak perlu lagi meragukan keimanan orang yang suka datang ke masjid, Rasulullah saw bersabda:
اِذَا رَاَيْتُمُ الرَّجُلَ يَعْتَادُ الْمَسْجِدَ فَاشْهَدُوْا لَهُ باِلإِيْمَانِ

Apabila kamu sekalian melihat seseorang biasa ke masjid, maka saksikanlah bahwa ia benar-benar beriman (HR. Tirmidzi dari Abu Sa’id Al Khudri).

2. Mendapatkan Perlindungan Pada Hari Kiamat.
Orang yang sering datang ke masjid dalam rangka memakmurkannya menunjukkan bahwa ia memiliki ikatan batin dengan masjid. Kecintaan kita kepada masjid memang seharusnya membuat hati kita terpaut kepadanya sejak kita keluar dari masjid hingga kembali lagi ke masjid. Manakala seseorang telah memiliki ikatan hati yang begitu kuat dengan masjid, maka dia akan menjadi salah satu kelompok orang yang kelak akan dinaungi oleh Allah pada hari akhirat, Rasulullah saw bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَظِلَّ اِلاَّظِلُّهُ:..وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بِالْمَسْجِدِ إِذَاخَرَجَ مِنْهُ حَتَّى يَعُوْدَ اِلَيْهِ.
Ada tujuh golongan orang yang akan dinaungi Allah yang pada hari itu tidak ada naungan kecuali dari Allah: …seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid ketika ia keluar hingga kembali kepadanya (HR. Bukhari dan Muslim).
Apabila hati seseorang telah memiliki rasa cinta dan terpaut kepada masjid, tidak hanya akan membuat ia betah jika berada di dalam masjid, tapi juga pembinaan yang didapat dari masjid akan memberikan pengaruh yang sangat positif terhadap seluruh aktivitasnya di luar masjid.
3.  Derajat Yang Tinggi dan Ampunan.
Mencapai derajat yang tinggi dan memperoleh ampunan dari Allah swt merupakan dambaan setiap muslim, untuk meraihnya bisa dilakukan dengan datang ke masjid dalam rangka memakmurkannya. Manakala seseorang suka ke masjid, maka langkah-langkah kakinya akan dinilai sebagai penghapus dosa dan pengangkat derajat, Rasulullah saw bersabda:
صَلاَةُ الرَّجُلِ فِى جَمَاعَةٍ تَضْعُفُ عَلَى صَلاَتِهِ فِى بَيْتِهِ وَسُوْقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِيْنَ ضِعْفًا وَذَالِكَ أَنَّهُ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ لاَيُخْرِجُهُ إِلاَّ الصَّلاَةُ لَمْ يَخْطُ خُطْوَةً إِلاَّ رُفِعَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَخُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيْئَةٌ فَإِذَا صَلَّى لَمْ تَزَلِ الْمَلاَئِكَةُ تُصَلِّى عَلَيْهِ مَادَامَ فِى مُصَلاَّهُ مَالَمْ يحدثْ اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَيْهِ اَللَّهُمَّ ارْحَمْهُ وَلاَيَزَالُ فِى صَلاَةٍ مَاانْتَظَرَ الصَّلاَة
Shalat seseorang dengan berjamaah itu melebihi shalatnya di rumah atau di pasar sebanyak dua puluh lima kali lipat. Sebabnya ialah karena bila ia berwudhu dilakukannya dengan baik lalu pergi ke masjid sedang kepergiannya itu tiada lain dari hendak shalat semata-mata, maka setiap langkah yang dilangkahkannya, diangkatlah kedudukannya satu derajat dan dihapuskan dosanya sebuah. Dan jika ia sedang shalat, maka para malaikat memohonkan untuknya rahmat selama ia masih berada di tempat shalat itu selagi ia belum berhadats, kata mereka: “Ya Allah, berilah orang ini rahmat, Ya Allah kasihilah dia. Dan orang itu dianggap sedang shalat sejak ia mulai menantikannya (HR. Bukhari dan Muslim)
Di dalam hadits lain, Rasulullah saw juga bersabda:

 مَنْ تَطَهَّرَ فِى بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى  إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ لِيَقْضِيَ فَرِيْضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللهِ كَانَتْ خُطُوَاتُهُ إِحْدَاهَا تَحُطُّ خَطِيْئَتَهُ وَاْلأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَتَهُ  
Barangsiapa yang bersuci di rumahnya kemudian ia berjalan untuk mendatangi salah satu masjid diantara masjid-masjid Allah, demi menunaikan suatu kewajiban dari kewajiban-kewajiban yang ditetapkan Allah, maka salah satu dari setiap langkahnya itu akan menghapuskan dosa serta langkah yang satunya lagi akan mengangkat derajatnya (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Tirmidzi dan Hakim).
4. Ketenangan dan Rahmat.
 Memakmurkan masjid membuat seorang muslim akan memperoleh ketenangan, rahmat dan kemampuan melewati jembatan menuju surga, Rasulullah saw bersabda:
اَلْمَسْجِدُ بَيْتُ كُلِّ تَقِيٍّ وَتَكَفَّلَ اللهُ لِمَنْ كَانَ الْمَسْجِدُ بَيْتَهُ بِالرُّوْحِ وَالرَّحْمَةِ وَالْجَوَازِ عَلَى الصِّرَاطِ اِلَى رِضْوَانِ اللهِ اِلَى الْجَنَّةِ.
Masjid itu adalah rumah setiap orang yang bertaqwa, Allah memberi jaminan kepada orang yang menganggap masjid sebagai rumahnya, bahwa ia akan diberi ketenangan dan rahmat serta kemampuan untuk melintasi shiratal mustaqim menuju keridhaan Allah, yakni syurga (HR. Thabrani dan Bazzar dari Abud Darda ra).
5. Menanti Shalat Dianggap Shalat.
Orang yang melaksanakan shalat berjamaah di masjid amat bagus bila menanti beberapa saat sebelum masuk waktu shalat agar ia tidak termasuk orang yang terlambat. Manakala ia menanti pelaksanaan shalat berjamaah, maka penantiannya itu termasuk dinilai sebagai waktu yang digunakan untuk shalat, ini berarti bila shalat hanya berlangsung lima menit dan ia menantikan pelaksanaan shalat selama lima menit, maka ia seperti melaksanakan shalat selama sepuluh menit, demikian yang kita pahami dari hadits di atas. Karena itu, menanti shalat berjamaah memiliki keistimewaan tersendiri bagi kaum muslimin, Rasulullah saw bersabda:
لاَ يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِى صَلاَةٍ مَادَامَتِ الصَّلاَةُ تَحْبِسُهُ لاَ يَمْنَعُهُ أَنْ يَنْقَلِبَ إِلَى أَهْلِهِ إِلاَّ الصَّلاَةُ
Selalu seseorang teranggap dalam shalat selama tertahan oleh menantikan shalat, tiada yang menahannya untuk kembali ke rumahnya hanya semata-mata karena menantikan shalat (HR. Bukhari dan Muslim).
Dengan keutamaan yang sedemikian besar dan mulia, seharusnya kita semakin termotivasi untuk memakmurkan dan memiliki tanggungjawab yang lebih besar.
Masjid-Masjid Rumah Allah swt
Nabi SAW bersabda:
Bahwa Allah SWT berfirman dalam Kitab-KitabNya:

"Sesungguhnya rumah-rumahKU yang ada dibumiKU ialah beberapa masjid, dan sesungguhnya orang-orang yang menjenguk Aku adalah yang memakmurkan masjid. Maka amat beruntung bagi hamba yang mensucikan diri dalam rumahnya, lalu dia mengunjungi dalam Rumah-KU".
Jelaslah sudah, orang yang dikunjungi pasti memuliakan yang mengunjungi.
Nabi SAW bersabda;
"Bilamana kamu melihat orang yang terbiasa ke masjid, maka bersaksilah kamu atasnya dengan iman".
Sa'id bin Musyayyab RA berkata:
"Barangsiapa yang duduk di masjid, sungguh dia telah berkumpul dengan Tuhannya. Dan tidak ada yang berhak dikatakan kecuali yang baik".
Diriwayatkan dalam atsar (bukan hadits):
"Obrolan di masjid menghapus kebaikan sebagaimana ternak menghabiskan rumput".
An Nakhai berkata:
Para ulama berpendapat:
"Berjalan di malam hari menuju masjid, dia harus masuk surga".
Annas bin Malik berkata:
"Barangsiapa yang menerangi masjid dengan lampu, maka para malaikat dan para malaikat pemikul Arsy akan memohonkan ampun selama dia ada di masjid".
Ali KW berkata:
"Bila seorang hamba mati, menangislah tempat shalat di bumi dan tempat naiknya amal ke langit".
Lalu dia membaca:
"Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka dan mereka pun tidak lagi diberi tempo,,, (QS.44;29)".
Ibnu Abbas RA berkata:
"Bumi akan menangisinya selama 40 pagi".
Atha' Al Khurasyani berkata:
"Tiadalah hamba sujud pada tempat sujud sekali saja, kecuali pada hari kiamat kelak tempat itu akan bersaksi dan menangisi pada hari kematiannya".

Annas bin Malik berkata:
"Tiada suatu tempat yang dibuat dzikir, kecuali tempat itu akan berbangga diri terhadap tempat sekitarnya, dan dia merasa bergembira dengan dzikir kepada Allah SWT sampai penghujung akhir bumi ke-7. Dan tiada seorang hamba berdiri shalat kecuali di bumi akan bersolek untuknya".
Orang yang beriman adalah orang yang memakmurkan masjid. Ini adalah cara yang paling mudah untuk mengukur keimanan kita. Kalau kita merasa berat berangkat ke masjid untuk menunaikan shalat fardhu, berarti keimanan kita sedang kurang baik. Ukuran ini berlaku bagi kita yang laki-laki karena bagi perempuan shalat di rumah lebih diutamakan; namun demikian, ketika perempuan ingin shalat di masjid, suami tidak diperkenankan untuk melarangnya selama semuanya dalam keadaan aman.
Jakarta  18/2/2013
          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman