A. Uraian Filsuf Muslim
Jiwa dan Badan diciptakan oleh Tuhan
. Mungkin jiwa mempunyai sifat tersendiri dan badanpun demikian, sebab
masing-masing dibikin dari sesuatu yang berbeda . Di halaman muka, bentuk dan
bahan jiwa berbeda dengan jasmani sebagaimana pendapat para filsuf muslim .
Agar lebih jelas bagaimana sebenarnya hubungan jiwa dan badan, ikutilah
keterang-keterangan di bawah ini :
Ibnu Sina memebagi jiwa dalam tiga
bagian , yaitu jiwa tumbuh-tumbuhan yang mempunyai daya makan, tumbuh dan
berkembang biak ; jiwa binatang yang mempunyai daya gerak dan tangkap ; jiwa
manusia yang mempunyai daya berfikir (yang berhubungan dengan badan) dan daya
berpikir yang teoritis( yang berhubungan dengan hal-hal Abstrak) . Pada suatu
saat jiwa manusia dapat seperti jiwa mahkluk lainya dan disaat lain dekat
menyerupai malaikat tergantung jiwa mana yang mempengaruhi dirinya. Sebagaimana
keterangan Ibnu Sina di bawah ini:
Sifat seorang bergantung pada jiwa
mana dari ketiga macam jiwa tumbuh-tunbuhan , binatang dan manusia yang
berpengaruh pada dirinya . Jika jiwa tumbuh-tumbuhan dan binatan berkuasa pada
dirinya., Maka orang itu dapat menyerupai binatang . Tetapi jiak jiwa manusia
(al nafs al-natiqah/ rational soul) yang meempunyai pengaruh atas dirinya, maka
oran itu dekat
menyerupai malaikat dan dekat pada kesempurnaan .[1]
Pembagian jiwa dan daya di atas,
bisa dijadikan tolok ukur perbuatan manusia itu menyerupai inatang atau tidak .
mana yang berdaya teoritis dan jika dia mengembangkan potensi yang dimiliki ,
dilatih berpikir apa yang nampak , hal-hal yang Asbtrak, maka ia akan sanggup
berpikir tentang hal-hal abstrak dan akan menerima limapahan ilmu pengetahuan
dari Akal Aktif( al-‘aql al –fa’aal) .Sehingga tepatlah bial mendapat pujian
dari Tuhan dengan sebutan sebaik-baik bentuk serta paling mulia di sisi-Nya.Sebaliknya
,,jika day yang dipunyai itu dekat dengan jiwa binatang . maka kedudukan
manusia ini lebih hina dari pada binatang .
Al-Kindi menerangkan hubungan jiwa
dan badan sangat erat, tetapi bukan berarti perbuatan yang dilakukan badan itu
perbuatan jiwa, sebab jiwa diciptakan tidak sama dengan kejadian badan . Dia
membedakan jiwa dan badan demikian :
Peraturan antara jiwa dan badan
tidaklah dapat diartikan ama dengan persatuan anatara unsure-unsur dalam
transmutasi dan tranformasi , melainkan sebagai suatu persatuan anatara
perbuatan dan obyek perbuatan itu . Jiwa berbuat atas badan , dan inilah adalah
‘bentuk’ manusia yang hidup dalam artian bahwa jiwa itu berbuat atas badan
dalam kemampuan nya khusus , tetapi tidaklah berarti dengan badan dalam
zatnya .[2]
Walau demikan , Al-Kindi berpendapat
bahwa badan dan jiwa manusia itu ada kontak satu sama lain sebagaimana hubungan
anatara subyek dengan obyek , keduanya
akan menciptakan suatu sikap atau perbuatan . Ibnu Sina dan Al-Kindi tidak
membedakan antara jiwa dengan roh , sedangkan Al-Ghazali mengakui bahwa setiap
makhluk hidup mempunyai ruh, bernyawa dan hanyalah manusia yang memiliki nafs,
jiwa yang mempunyai daya berpkir . Kesimpulan bagi al-Ghazali , adalah manusia
terdiri dari badan , ruh dan nafs. Diajuga sepakat bahwa ruh terbagi tiga , ruh
tumbuh-tumbuhan , ruh binatang dan ruh manusia . Perhatikan pendapatya di bawah
ini :
Selanjutnya , Al-Ghazali (1050-1111)
juga berpengaruh bahwa ruh terbagi tiga, ruh tumbuh-tumbuhan , ruh binatang ,
dan ruh manusia mempunyai ketiga macam ruh itu. Dalam ruh ini al-Ghazali
memperbedakan antara ruh dan nafs . Ruh adalah terdapat da;am tumbuh-tumbuhan ,
binatang dan manusia. Sedangkan nafs khusus ada dalam manusia. . . . [3]
Ibnu Sina , Al-Kindi dan Al Ghazali
sepakat bahwa jiwa dan badan sangata erat hubungannya dalam melahrkan sesuatu
hal yang kongkret , gembira dikala manusia mendapatkan rezeki atau susah ketika
dia tertimpa kecelakaan dan mengeluh dikala jatuh sakit dll . Perbuatan atau
perasaan di atas menunjukkan adanya keterkaitan badan dan jiwa .
B. Aliran Serbazat dan Serbaruh
Pada dasarnya ,Aliran ini mengandung
dari sis yang berbeda anatara pendapat yang satu dengan lainna . Tapi filsuf
muslim di atas , sama-sama sepakat bahwa manusia itu terdiri dari unsure zat
dan jiwa, hanya berbeda dalam mengartkan ruh/ jiwa dan nafs .
Serbazat memandang eksistensi
manusia itu tidak lain hanyalah terdiri dari unsur-unsur zat belaka duit dll.
Karena kebutuhan-kebutuhan di atas termasuk unsure alam, maka wajarlah bila
aliran sebazat ini berpendapat demikian
, Agar lebih jelasnya, perhatikan penjelasan di bawah ini :
. . . Demikialah ala mini adalah
zat. Dan manusia sebagai unsure alam, juga terdiri dari zat . Apa yang disebut
dengan ruh atau jiwa, pikiran perasaan( tongapan, kemauan , kesadaran ingatan ,
khayalan , asosiasi, penghayatan dll) tidak laindari pada fungsi , aktivitas
atau kerja badan manusia yang terdiri dari sel-sel (Zat) . . . . . . . . . . .
. . . .. . . . .
Manusia
sebagai makhluk yang materealis, bersifat zat satu-satunya yang diperlukannya
adalah materi pula materi . Maka terbentuklah pandangan dan sikap hidup
materealisme
.[4]
Sebagaimana lawan kelompok di atas
adalah golongan yang menamakan Serbaruh, mereka menganggap apa yang dapat
dilihat ini hanyalah merupakan menefistasi ruh . Pendapat ini jelaslah
bertentangan dengan pendapat aliaran Serabzat. Aliran Serbaruh berpendapat
demikian :
Hakekat segala yang ada , juga
manusia , adalah ruh . Ruh itu non materi , karena itu tidak menempati ruang.
Ia tidak berbentuk , tidak berupa . Tetapi degan kenyataan , yang kita sebut
materi , . . . Ya , Zat itu adlah menefistasi ruh .[5]
Dalam
hal ini , filsuf muslim berada di tengah-tengah kedua keompok tersebut
sebagaimana keterangan yang telah disebutkan , manusia adalah terdir dari zat
dan ruh yang subtansinya tidak berganutng pada yang lain , akan tetapi
sama-sama mrngatakan di dalam bukunya”Sistematika Filsafat “ Demikian :
Manusia adalah perkaitan badan dan
ruh . Masing-masing merupakan subtansi. Subtansi adalah unsure asal, sesuatu
yang ada , yang adanya tidak bergantung pada subtansi lain . Ruh dan Zat adalah
subtansi lain . Tetapi sebagai subtansi alam , dan alam itu makhluk , adalah ia diciptakan juga . yang
menciptakannya Khalik. [6]
Atas dasar pandangan di atas ,
manusia terdiri dari zat dan ruh . jiwa membutuhkan petunjuk dari Yang Maha
Baik dan Dan telah mengutus Rasul-Nya kepada manusia agar mereka terpenuhi jiwa
mereka . Jasmani juga membutuhkan sesuatu yang dapat memuaskan kepadanya ,
hal-hal kongkrit , sebab ia termasuk materi . Dengan demikian , maka jelaslah
bahwa hubungan jiwa dan badan sangat erat dalam menciptakan aktivitas , baik
yang menyangkut kejasmanian maupun kerohanian .
C. Etika Manusia
Pada halaman yang telah lewat ,
manusia beserta unsurnya betul-betul datang dari Tuhan . Bersyukur kepada-Nya
adlah memenuhi kebutuhan jiwa dan ruhani hanya semata-mata ingin mendapatkan
ridla Allah SWT , menjalankan kewajiban sebagai makhluk-Nya . Manusia yang
mengadakan kontak langsung dengan Tuhannya memerlukan petunjuk dari-Nya atau
utusan-Nya dan manusia perlu mencari standart tertentu dalam bersikap kepada sesamanya. Bagaimana
seharusnya berkontak dengan sesamanya , menyenangkan atau menyakitkan , ramah
atau keras dll? Seharusnya bertindak atau tidak , mengapa demikian? Untuk
menjawab pertanyaan ini , kita harus membaca dan memperhatikan definisi etika,
sebab yang menjawab sasaran bertindak atau tidak, adalah etika dengan obyeknya,
manusia yang sengaja melakukan sesuatu yang baik atau buruk . Pengertian etika
adalah sebagai berikut:
Etika adalah salah satu cabang ilmu
pengetahuan tentang manusia . . . Jadi dengan demikian etika adalah teori
tentang perbuatan manusia ditimbang menurut baik
buruknya
.[7]
Etika ialah teori tentang perilaku
perbuatan manusia , dipandang dari nilai baik dan buruk , sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal .[8]
Dari kedua definisi di atas, dapat sirangkum
bahwa etika adlah sesuatu ukuran baik buruk seseorang dalam akan menjalankan
aktivitas dengan sengaja dan dapat diterima oleh akal sehat . Untuk menentukan
buruk baik sikap manusia, dibutuhkan referensi yang kuat , sebab nilai di dunia
ini banyak sekali dan bersifat relative sesuai dengan subyektifitas
masing-masing . pengikut Muhammad saw meyakini bahwa perbuatan itu dikatakan
baik bila sesuai dengan perintah Agama dan sikap yang bertentangan dengan Allah
SWT atau Rasul-Nya itu dinilai buruk .
Boleh jadi , non muslim menganggap
bahwa prilaku oleh umum , memuaskan , menyenangkan , dan lain-lain . Keharusan
manusia bertindak atau tidak adalah garapan etika , sedang penilaian itu tidak
ada sangkut pautnya dengan kebenaran atau kesalahan . Oleh karena itu ,
lapangan etika adalah berbuat atau tidak .
Permasalahn sekarang adalah apakah
rtika itu dapat mempengaruhi seseorang berbuat kebajikan . Mungkin cisa atau
tidak , tinggal kesadaran yang bersangkutan . Boleh jadi etika dalam Islam
dapat mendorong manusia berbuat baik dan menjauhi keburukan, sebab ukuran
baik-buruk dalam Islam datang dari Allah SWT. Prof . Dr. Ahmad Amin dalam hal
ini , yaitu bisakah etika mempengaruhi seseorang berbuat baik, berpendapat
tidak bisa hanya mampu memberi petunjuk atau keterangan saja. Bisakah kita
perhatikan pendapatnya dibawah ini:
. . . bahwa etika itu tidak dapat
menjadikan semua manusia baik; kedudukannya hanya sebagai kedudukan dokter .
Dokter dapat menerangkan kepada si sakit akan bahayanya minuman keras dan buruk
bekasnya terhadap akal dan tubuh, kemudian si sakit boleh memilih ,
meninggalkan agar sehat badannya atau terus minum, dan dokter tersebut tidak
dapat menvegahnya.[9]
Jawaban diatas, menggambarkan bahwa
etika itu tidak mutlak mampu merubah manusia menjadi baik, akan tetapi hanya
memberi motivasi belaka kepada seseorang dan tindak lanjutnya diserahkan
manusia . gar etika itu dapat dikatakan bisa mendorong seseorang berbuat, maka
harus diteliti obyek etika dan kelemahan atau kesemangatan manusia , diterangkan
, lantas dituangkan menjadi rumus etika . Bagaimana perumusan para filsuf
muslim dalam hal-hal di atas? Coba kita ikuti komentar mereka di bawah ini.
Ibnu Bajjah menilai sikap seseorang
yang sama-sama melakukan sesuatu itu tidak mesti mendapatkannulai yang sama
pula , sebab kedua sikap tersebut ditinjau dari motivasi yang melakukannya.
Boleh jadi, yang satu mendapatkan pujian baik dan yang lain memperoleh
sebaliknya . Perbuatan yang didasari akal bagi Ibnu Bajjah itulah hakekat
kemanusiaan yang tertinggi dan jika didasari dengan hawa nafsu maka menjadi
tidak baik . Perbedaan nilai diatas terletak pada niat seseorang dalam
melakukan sesuatu . Bisa kita renungkan ungkapan Ibnu Bajjah di bawah ini:
Seseorang yang terantuk batu,
kemudian ia luka-luka , lalu ia melemparkan batu itu, Kalau ia melemparkannya
karena telah melukainya, maka ini adalah perbuatan hewani. . . Kalau
melemparkannya agar batu itu tidak menggangu orang lain . . . maka perbuatan itu adalah pekerjaan kemanusiaan
.[10]
Demikainlah pandangan filsuf d atas,
lain dengan filsaft moral Miskawaih yang menyatakan demikian:
. . . Akhirnya , Miskawaih
menyatakan pendapat Aristoteles dalam Nichomachean dan penadapatnya sendiri
bahwa “Adanya manusia bergantung kepada kehendak Tuhan , tetapi perbaikannya diserahkan
kepada manusia sendiri dan bergantung kepada kemauan sendiri.[11]
Ibnu Tufail punya corak tersendiri
dalam rangka mencari konsep-konsep kesadaran yang jitu , ia tidak mempersoalkan
tetang peniruan sikap sekalpun sama dengan binatang artinya daya hewani jiwa
seseorang karena setiap sikap mengalami proses dan itu merupakan visi rahmat
Tuhan , sedangkan akhirnya adalah menempuh esensi Tuhan, dan terakhir inilah
kewajiban manusia. Kita ktib pendapatnya :
Bukan kebagian duniawi, Melainkan
penyatuan sepenuhnya dengan Tuhanlah yang merupakan summon bonum / kebaikan
tertinggi etika . . Manusia merupakan
suatu perpaduan tubuh , jiwa hewani dan esensi non bendawi dan dengan demikian
menggambarkan binatang , benda angkasa dan Tuhan . Karena itu pendakian jiwanya
terletak pada pemuas ketiga aspek sifatnya, dengan cara meniru tindakan hewan ,
benda-benda angkasa , dan Tuhan .[12]
Untuk mengetahui perbuatan manusia
itu baik atau jahat, makaharus dipahami dan diuji argument si penilai , apakah
yang menjadi dallil itu datang dari pikiran manusia atau datang dari Tuhan .
Menurut Tusi , bahwa kebaikan itu datang dari Tuhan dan segala sesuatu itu
baik, hanya gerakan sesuatu itulah yang kadang-kadang menjadi tidak baik.
Manusia pada dasarnya semua sama dan baik , karena diciptakan Tuhan , karena
sebagian mereka bergerak yang berlebi-lebihan , maka berubahlah kesamaan
mereka. Tusi dalam hal ini mengatakan:
…yang baik dari tuhan, sedang yang buruk
muncul sebagai kebetulan (lard) dalam perjalanan yang baik itu. Kebaikan,
misalnya gandum yang di taburkan di atas tanah dan di siram…menghasilkan psnen
yang melimpah…keburukan itu seperti busa yang muncul dia atas permukaan
air…berasal dari getaran air, bukan dari air itu sendiri…oleh karena itu pada
hakekatnya, gatif, bukan positif.24
Bila manusia sadar sebagai mahluuk Tuhan, ia
akan menerima ajaran-ajaran
Tuhan
sekaligus menjalankannya. Pelangaran terhadap perintah-perintahnya merupakan
suatu kesalahan besar bagi mereka yang tidak mengerti dengan kebaikan Tuhan.
Keberadaan ala mini adalah kebaikan Tuhan dan manusia dipersilahkan untuk
memelihara dan mengambil manfaat banyak yang luka parah bahkan mati, maka
keburukan tersebut tidak dapat dialamatkan kepada alam, akan tetapi
gerakannyalah yang harus di pikirkan mengapa terjadi bencana alam.
Dari beberapa penjelasan di atas ,
dapat di simpulkan bahwa etika manusia itu tergantung pada keselarasan hubungan
antara kewibawahan etika dan obyeknya. Etika dalam Islam bersumber pada
Al-Qur’an atau al Hadits, sehingga tidak mustahil mampu merubah manusia menjadi
baik. Filsuf muslim telah menjelaskan dan memberikan motivasi guna bersikap
etis dengan pendekatan meniru, kemauan keras dan pendekatan berfikir bagi siapa
saja yang ingin menjadi orang yang baik dan shalih. Oleh karena itu, etiskan
manusia berusaha menyadarkan pribadinya sebagai makhluk Tuhan.
E. Hidup dan Mati
Kehidupan
manusia adalah bermacam-macam, jadi pelayanan, pendidikan, penasihat umat,
pemimpin rakyat dll. Perdiket ini pada dasarnya adalah menunjukan kehidupan
mereka. Sebutan pelayan adalah diperuntukan siapa saja yang mengapdi kepada
majikannya atau kepada Tuhan dan jika ia berhenti dari pekerjaannya, maka
hilanglah sebutan tersebut. Tidak disangka-sangka, sopir bus jatuh ke dalam
jurang yang curam. Seekor semut mengigit kulit si fulan, Karena ulahnya
dibunulah semut itu. Mitsal-mitsal di atas menunjukan bahwa kehidupan itu
memiliki aktifitas masing-masing dan jika aktifitas itu terhalang oleh sesuatu
maka berhentilah kehidupannya.
Jadi, manusia itu hidup jika ruh
belum berpisah dari badannya. Kesatuan antara jasmani dan ruhani itulah yang
menyebabkan adanya aktifitas seseorang. Bagaimana ayat-ayat Al-Qur’an
menjelaskan hakekat hidup atau mati dan bagaimana pula komentar para filsuf
muslim terhadap kasus di atas?
a. Hakekat Hidup atau Mati di dalam Al-Qur’an
Umat
Islam wajib beriman kepada seluruh
ayat-ayat Al-Qur’an, itu semua adalah firman Tuhan dan dianjurkan
membaca serta memahaminya. Penjabaran rukun iman dan Islam adalah tujuan hidup
umat Islam secara utuh. Rukun Iman menggambarkan kekokohan seorang muslim yang
taat dan takwadzu’ kepada Agama Islam, karena membicarakan imateri dan materi,
sedangkan rukun Islam mengisaratkan betapa kesabaran pengikut Muhammad saw,
sebab dibicarakan tentang tata cara bagaimana berkomunikasih dengan Tuhan atau
mahluk.
Islam
sangat memikirkan kepada pemeluknya setelah mereka meninggalkan dunia ini,
bahagia atau sengsara di akhirat nanti. Kebahagiaan atau kesengsaraan manusia
sangat tergantung pada amalanya di dunia . Perintah Tuhan dan Utusan-Nya ,
peraturan yang baik dan bermanfaat , jika dilaksanakan dengan ikhlas , maka
itulah amal yang akan memetik buahnya di akhirat. Begitu juga sebaliknya, bila
dilanggar maka akan sengsara .
Secara garis besarnya, tujuan hidup
manusia adalah bagaimana memahami rasa syukur kepada Tuhan dan berbuat baik
dengan sesamanya . Marilah kita ikuti petunjuk ayat-ayat al-Qur’an di bawah
ini:
Bur Mø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbr߉ç7÷èu‹Ï9 ÇÎÏÈ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka
menyembah-Ku .(QS.Adz-Dzariyat:56)
øŒÎ)ur tA$s% š•/u‘ Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ’ÎoTÎ) ×@Ïã%y` ’Îû ÇÚö‘F{$# Zpxÿ‹Î=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ߉šøÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡o„ur uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ωôJpt¿2 â¨Ïd‰s)çRur y7s9 ( tA$s% þ’ÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat:”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka Bumi
ini”. . . (Al-Baqarah:30).
$pkš‰r'¯»tƒ â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.sŒ 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© Ÿ@ͬ!$t7s%ur (#þqèùu‘$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& y‰YÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ׎Î7yz ÇÊÌÈ
Hai
manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal .
Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antarakamu
disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.
Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal . (Al-Hujaraat:13)
Manusia
diciptakan hanya untuk beribadah kepada Tuhan , melaksanakan perintah-perintah
dan menjahui larangan-larangan-Nya dan Rasul-Nya. Perintah berkomunikasi dengan
Tuhan , seperti shalat dan shaum. Bermasyarakat dengan dasar bergotong-royong
dalam kebajikan dan taqwa juga termasuk perintah Agama yang bersifat social. Di
dalam masyarakat , suami istri salaing nasihat menasihati dengan kebenaran dan penyh kesabaran dan mendidik
anak-anaknya dengan penuh kasih sayang serta menjalin hubungan tetangga
seharmonis mungkin . Aktivitas di atas adalah ma’na ibadah secara utuh dan
pelakunya hanya mengharap ridha Allah SWT semata . Jadi , ibadah adalah
menjalankan perintah Alah atau Rasul-Nya , baik yang berhubungan dengan Tuhan
maupun dengan sesamanya yang disertai dengan niat dan harapan ridla-Nya.
Allah SWT menciptakan manusia di
samping untuk meyembah kepada-Nya, juga diberi kekuasaan penuh untuk memelihara
ala mini , mengambil manfaat darinya dan mengkordinir orang-orang yang
bedomisili di dalamnya. Memimpin rakyat dengan penuh keadilan adalah tugas
kepala Negara, khalifah di muka Bumi . Islam tidak hanya mementingkan berbangsa
saja, tetapi bahkan mementingkan kebutuhan umat manusia sedunia, internasional
. Dengan demikian , bertuhan , bermasyarakat, berbangsa dan berinternasional
adalah perintah Tuhan Yang Maha Kuasa, dan sebagai tujuan hidup manusia .
Segala apa yang telah dilakukan
manusia akan dimintai tanggung jawab di sisi Allah SWT nanti Dia akan membalas
kebaikan atau kejahatan mereka. Mati adalah suatu proses untuk mengahadapi
pertanggung jawaban apa yang pernah dilakukan di dunia dan sebagai peringatan
bagi yang mengharap rahmat Tuhan. Apa yang akan dirasai oleh setiap yang
bernyawa setelah hidup di dunia ini dan mau kemana? Pertanyaan tersurat ini di
dalam al-Qur’an sebagaimana syarat di bawah ini:
$yJoY÷ƒr& (#qçRqä3s? ãNœ3.Í‘ô‰ãƒ ÝVöqyJø9$# öqs9ur ÷LäêZä. ’Îû 8lrãç/ ;oy‰§‹t±•B 3 bÎ)ur öNßgö6ÅÁè? ×puZ|¡ym (#qä9qà)tƒ ¾ÍnÉ‹»yd ô`ÏB ωZÏã «!$# ( bÎ)ur öNßgö6ÅÁè? ×py¥ÍhŠy™ (#qä9qà)tƒ ¾ÍnÉ‹»yd ô`ÏB x8ωZÏã 4 ö@è% @@ä. ô`ÏiB ωZÏã «!$# ( ÉA$yJsù ÏäIwàs¯»yd ÏQöqs)ø9$# Ÿw tbrߊ%s3tƒ tbqßgs)øÿtƒ $ZVƒÏ‰tn ÇÐÑÈ
Di mana saja kamu berada, kematian akan
mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh, dan
jika mereka memperoleh kebaikan[319], mereka mengatakan: "Ini adalah dari
sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan:
"Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah:
"Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka Mengapa orang-orang itu
(orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan[320]
sedikitpun?(QS.An-Nisa’:78)
[319] kemenangan dalam peperangan atau rezki.
[320] pelajaran dan nasehat-nasehat yang diberikan.
tPöqu‹ø9$# 3“t“øgéB ‘@ä. ¤§øÿtR $yJÎ/ ôMt6|¡Ÿ2 4 Ÿw zNù=àß tPöqu‹ø9$# 4 žcÎ) ©!$# ßìƒÎŽ| É>$|¡Ïtø:$# ÇÊÐÈ
Pada hari Ini tiap-tiap jiwa diberi balasan
dengan apa yang diusahakannya. tidak ada yang dirugikan pada hari ini.
Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya.(QS.Al-Mukmin:17)
öNs9urr& (#rã©3xÿtGtƒ þ’Îû NÍkŦàÿRr& 3 $¨B t,n=y{ ª!$# ÏNºuq»uK¡¡9$# uÚö‘F{$#ur $tBur !$yJåks]øŠt/ žwÎ) Èd,ysø9$$Î/ 9@y_r&ur ‘wK|¡•B 3 ¨bÎ)ur #ZŽÏVx. z`ÏiB Ĩ$¨Z9$# Ç›!$s)Î=Î/ öNÎgÎn/u‘ tbrãÏÿ»s3s9 ÇÑÈ
Dan Mengapa mereka tidak memikirkan tentang
(kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada
diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang
ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar
akan pertemuan dengan Tuhannya.(QS.Ar-Rum:8)
Secara
ringkas, ketiga surat
di atas menunjukan kepada manusia, bahwa manusia akan mengalami mati, akan
menerima balasan sesuai dengan perbuatannya, dan akan menghadap dengan Tuhannya
di akhirat nanti .
b. Pandangan Filsuf Muslim terhadap kehidupan
dan kematian
Keterangan Agama telah jelas, bahwa
hidup atau mestinya manusia diserahkan kepadanya sesuai dengan kemauan
masing-masing dan Allah SWT kuasa penuh terhadap makhluk-Nya. Pengabdian
manusia kepada Tuhan adalah keburukan manusia. Bagaimana para filsuf muslim
memahami hakekat hidup atau mati? Dibawah ini , para filsuf membicarakan
hal-hal tersebut , hidup dan mati .
Ibnu Bajjah(dilahirkan di Saragosta
pada abad XI M. dan meninggal di Fas pada tahun 1138 M.) menyadari bahwa hidup
ini sebagai pengabdian penuh kepada Tuhan menyebutkan juga langkah-langkah
kongkrit bagaimana beribadah kepada Tuhan, yaitu:
. . . Melakukan tiga hal: (1)
Membuat lidah kita selalu mengingat Tuhan dan memeliakan-Nya.,(2) Membuat
organ-organ tubuh kita bertindak sesuai dengan wawasan hati, dan(3) Menghindari
segala yang membuat hati kita berpaling dari-Nya.Ini semua mesti dilaksanakan .
. . sepanjang hidup. [13]
Nasir Al-Din Tusai (lahir di tus
pada tahun 597 H. /1201 M . dan meninggal pada tahun 672 H/1274 M) memberi
bimbingan kepada krhidupan rumah tangga yang sejahtera bagaimana Al Qur’an
adalah mengandung perintah yang universal , bagaimana sikap seseorang ,
bermasyarakat dan bernegara .
Perhatikan
komentarnya di bawah ini:
Rumah adalah pusat kehidupan
keluarga , pemasukan, pengeluaran, dan disiplain istri, anak serta pelayan,
semuanya merupakan pencipta kesejahteraan keluarga. [14]
Menurut
Tusi , perintah-perintah Al Qur’an diberikan kepada manusia sebagai individu,
sebagai anggota keluarga dan sebagai penghuni kota atau Negara .[15]
. . . Kalau roh telah dapat
meningggalkan keinginan-keinginan badan , bersih dari segala noda kematerian ,
dan senantiasa berpikir tentang hakekat-hakekat wujud, dia akan menjadi suci
dan diketika itu akan dapatlah mendapat gambaran segala hakekat-hakekat , tak
ubahnya sebagai cermin yang dapat menangkap gambaran dari benda-benda yang ada
di depannya. Ini lomentarAl-Kindi .
Dengan penjelasan-penjelasan di
atas, para filsuf muslim mempunyai cara masing-masing dalam mengisi sebagian
kehidupannya . Aktivitasnya yang dicapai oleh filsuf muslim di atas sangat
relavan dengan ketkerangan Agama sebagai makhluk hidup dan sebagai makhluk
Tuhan . Garis besarnya, pemahaman, pelsuf tentang kehidupan manusia adalah
diarahkan kepada Tuhan, menjalankan sebagai antar Negara . Dan esensi kehidupan
manusia adlaah mensucikan ruh dari pengaruh noda kematerian .
Sebagai kelanjutan kehidupan manusia
setelah ruh berpisah, Islam mengajarkan kepada pemaluk-pemeluk-Nya untuk berioman
dan beramal shalih , guna mendapatkan balasan di akhirat kelak . Para filsuf muslim juga meyakini adanya hari pembalasan ,
sebagaimana keterangan-keterangan ayat Al Qur’an . karena itu , mari kita ikuti
keterangan –keterangan di bawah ini :
Akhirat menurut
Ibnu Sina adalah alam ruhani, dunia: alam materi. Keruhanian
lebih
tinggi nilainya dari pada kebendaan . Pemikiran tidak mengharuskan adanya
kebangkitan
jasad , kenikmatan dan siksaan jasmani , surga atau neraka serta segalanya isinya yang bersifat lahirlah . . .
Ketinggian nilai alam ruhaniah sesungguhnya juga berlaku dalam dunia,
berdasarkan kekuatan berpikir dan
kenikmatan mendapatkan obyek-obyek pikiran. Tetapi dapat dicapai ,
karena kesibukan kebendaan . Ia baru tercapai di akhirat, ketika mana
kesibukan-kesibukan kebendaan tersebut , Tidak lagi manjadi penghambat .[16]
Al-Kindi menerangkan bahwa, Ruh
adalah suatu wujud sederhana , dan zatnya terpencar dari sang pencipta ,
persisi sebagaimana sinar terpencar dari matahari . Ruh bersifat spiritual ,
ketuhanan, terpisah dan berbeda dari tuguh . Bila dipisahkan dari tubuh, maka
ruh itu memperoleh pengetahuan tentang segala yang ada di dunia , dan melihat
hal yang dialami . Setelah terpisah dari tubuh , ia menuju ke alam akal ,
kembali ke Nur sang pencipta , dan bertemu dengan-Nya.[17]
Menurut Al-Razi, Tuhan mewujudkan
manusia dan dalamnya ruh mengambil tempat. Terikat pada materi roh lupa pada
asalnya dan lupa bahwa kesenangannya yang sebenarnya bukan terletak dalam
persatuan dengan materi tetapi dalam melepaskan diri dari materi . Oleh karena
itu Tuhan mewujudkan akal, yang berasal dari zat Tuhan sendiri. Tugas akal untuk menyadarkan manusia yang
telah terperdaya oleh kesenangan materi , bahwa alam materi ini bukanlah alam
yang sebenarnya .[18]
Bagi Ibnu Rusyd, semua Agama sama
sepakat mengenai realitas kebangkitan . Perbedaan hanya terletak pada masalah
apakah realitas kebangkitan itu berbentuk ruhani atau jasmani . Kebangkitan
ruhani merupakan ketidakmatian ruh setelah terpisah dari tubuh. Keyakinan akan
kebangkitan jasmani lebih sesuai bagi pikiran awam yang tidak memahami
kekekalan ruh.[19]
Dari beberapa keterangan di atas,
kebangkitan di akhirat ternyata diyakini oleh para filsuf tersebut dan manusia
akan merasakan pembalasan Tuhan, kenikmatan atau kesengsaraan sesuai dengan
daya ruh ketika di dunia. Kenikmatan non bendawi lebih tinggi nilainya bagi
para filsuf , sedangkan bagi pemikiran awam lebih mudah tertarik dengan
kesenangan yang bersifat bendawi .
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan inayah Tuhan , penulis telah
menyelesaikan risalah ini dan dari keterangan bab dan kedua , isinya dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1.
Umat Islam diwajibkan beriman kepada ayat-ayat
Al-Qur’an dan telah menganuhgerakan akal kepada mereka, agar membaca serta
memahami apa yang tersurat maupun tersyrat, sehingga keimannya berma’na .
2.
Eksisitensi manusia di dunia ini hanyalah untuk
menjadi pengabdi Tuhan dalam arti yang luas, sebagai manusia individu ,
bermasyarakat , yang kesemuanya itu disertai dengan keridhaan-Nya .
3.
Para ridlsuf
muslim memahami bahwa manusia adalah sebagian makhluk Tuhan yang terdiri dari
unsur jasmani dan ruhani/ jiwa. Jika jiwa binatang menguasai atas dirinya maka
akan bersikap seperti binatang dan manusia akan dekat menyerupai malaikat
bilamana ia dikuasai jiwa kemanusiaannya .
4.
Pemabalasan Tuhan , keni’matan / surga atau
kesengsaraan / neraka akan diberikan kepada manusia sesuai dengan daya jiwa
yang menguasai manusia ketika di dunia .
B. Saran-saran
1. Mahasiswa muslim ditunutt untuk
memiliki keimanan yang kokoh dan menggunakan akal dalam memahami ayat-ayat Al
Qur’an .
2. Menyampaikan da’wah kepada umat
yang bersangkutan hendaknya dusesuaikan dengan kadar kemampuan mereka ,
sehingga dapat dipahami olehnya bukan sebaliknya .
3. Bilamana suatu bangsa ingin
memperoleh kebahagiaan lahir-batin bagi warganya, maka mereka harus menyadari
bahwa dirinya adalah mahkluk Tuhan dengan mentaati perintahnya dan menjahui
larangan-larangan-Nya .
4. Mencerdaskan setiap warga adalah
kewajiban Negara dan kesadaran warga. Oleh karena itu , pendidikan Agama umum
harus ditingalkan tidak sebaliknya.
Mudah-mudahan umat Islam , khususnya
umat Islam Indonesia mampu menciptakan kesatuan ukhuwah islamiyah dalam
bermasyarakat , berbangsa, bernegara yang berdasarkan undang-undang 1945 dan
pancasila serta menunaikan perintah Allah dan rasul-Nya . Amin.
DAFTAR BACAAN
Al Qur’an dan terjemahannya , Departemen Agama
Republik Indonesia Proyek
Pengadaan Suci Al Qur’an , Jakarta 1985/ 1986.
Achmad ,Mudlor, H. Drs., Etika dalam Islam , Al
Ikhlas Surabaya –Indonesia
.
Ahmadi , Abu, H. Drs. , Etika Islam , CV Toha
Putra Semarang , 1982
.
Abbas, Hamzah, Drs. , Pengantar Filsafat Alam,
Al Ikhlas Surabaya- Indonesia
, 1981.
Amin, Ahmad, Dr. Prof. , Al Akhlak Etika (Ilmu
Akhlak). Bulan dan Bintang , Jakarta,
1975.
Atiyen , N. George, Al Kindi Tokoh Filsof
Muslim, Penterjemah Kasidjo dan Penyunting
Armahedi
Mazhar, Pustaka Bandung, Cetakan I, 140 H-1983M.
Gazalba, Sidi , Drs. , Sisitematika Filsafat,
Bulan Bintang Jakarta,
1981.
Gazalba, Sidi , Drs. , Ilmu . Filsafat , dan
Islam tentang Manusia dan Agama, Bulan
Bintang
, Jakarta, 1978
.
Nasution, Harun , Dr. , Prof. , Filsafat &
Mistisme dalam Islam , Bulan Bintang , Jakarta,
1983.
Nasution , Harun, Dr. , Prof. , Filsafat dan
Agama , yayasan Penerbit Universitas
Indonesia , Jakarta, Cetakan II.
Anshari , Saifuddin, H.. , M.A. , Filsafat dan
Agama , Bina Ilmu , Surabaya,
1985.
Lasiyo, Drs. ,Yuwono, Drs. , Penganatar Ilmu
Filsafat , Liberty, Yogyakarta,
1985.
Nasution , S. Dr. , Prof. , Thomas , N. , Dr,
Prof. , Disertasi , ,Thesis, Skripsi, Report dan
Paper,
Jammras Bandung, 1980.
Katsir Ibnu , Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir,
Ikhtisar wa Taqhqiq Muhammad Ali al
Shabuni,
Dar al Qur’an al Karim, Jerman Barat, 1396 h.
Maraghi al, Ahmad Ali Musthafa, Tafsir Al
Maraghi , Mesir.
Thabari al, Abu Jafar Muhammad bin al Jarir,
Tfasir Al Thabari , Cetakan II, Mesir,1954.
__________ , Para Filsof Muslim , Editor M.M.
Syarif M.A. Penrbit Mizan, Bandung
,
Cetakan
I ,1985.
ABI NAUFAL
[1] Prof.
Dr. Harun Nasution , Op cit . , hlm .37.
[2] George
N. Atiyeh , Op cit, hlm 96 .
[3] Prof.
Dr. Harun Nasution , Op Cit. , hlm 86 .
[4] Drs.
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat , BULAN Bintang g, Jakarta ,1981,hlm 417.
[5] Drs.
Sidi Gazalba , Ibid , hlm 419.
[6] Drs.
Sidi Gazalba, Loc Cit, hlm 419.
[7] Drs.
Mudlor Ahmad, Etika Dalam Islam , Al Ikhlas Surabaya-Indonesia , hlm 15
[8] Drs.
Sidi Gajalba, Op Cit, hlm 512 .
[9] Prof .
I. R. Ahmad Amin, Al Akhlak , Etika (Ilmu Akhlak), Bulan Bintang , Jakarta, 1975, hlm 6.
[10]Drs. H.
Abu Hamid , Filsafat Islam, Toha Putra , Semarang
, 1982, hlm. 190 .
[11] M.M
Syarif M.A. (ed.) , Op Cit. ,hlm . 92.
[12] Editor:
M.M Syarif M.A Ibid, hlm 187-188.
[13] M.M.
Syarif M.A. (ed.) , Ibid, hlm . 165.
[14] Ibid
,hlm . 246.
[15]Ibid ,
hlm . 248 .
[16] Drs.
Sidi Gazalba, Op Cit , hlm. 447
[17] Editor:
M.M. Syarif MA, Op Cit,hlm . 25-26.
[18] Prof.
Dr. Harun Nasution, Op Cit, hlm, 23.
[19] Editor
LM.M. Syarif MA, Op Cit, hlm 212.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar