OBAT SAKIT
MENTAL ?
“Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah,
sesungguhnya tiada berputus ada sari rahmat Allah kecuali kaum yang kafir”. (Q.S. Yusuf:87).
“ Bila manusia sakit, maka Allahlah
yang meyembuhkannya, bukan yang lain. (Alquran Surah 26: 80)
Muqaddimah
Dalam kehidupan modern yang serba kompleks ini, dimana
ilmu pengetahuan dan teknologi begitu canggih dan mengelaborasi ke hampir
seluruh kawasan dunia. Pada saat mana manusia harus berkelit dengan problem
kehidupan yang serba materialistis dan pada gilirannya sangat egois dan
individual. Hubungan antar manusia pada zaman modern juga cenderung
“impersonal”. Masyarakat tradisional yang guyub dikikis oleh gelombang
masyarakat modern yang tembayan. Fenomena-fenomena tersebut membuat
manusia semakin kehilangan jati dirinya. Kondisi demikian juga mengharuskan
manusia untuk benar-benar mampu bertahan mengendalikan dirinya, untuk kemudian
tetapi tegar dalam kepribadian.
Seperti yang diakui oleh Zakiah Darajat bahwa
ketenangan hidup, ketentraman jiwa atau kebahagiaan batin tidak banyak
tergantung kepada faktor-faktor luar; sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan
dan sebagainya, malainkan lebih tergantung kepada cara dan sikap menghadapi
faktor-faktor tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap
para pasien yang terganggu kesehatan mentalnya, ia menyimpulkan bahwa kesehatan
mental yang terganggu dapat mempengaruhi keseluruhan hidup seseorang. Pengaruh
itu adalah perasaan, pikiran, kelakuan, kesehatan badan, sedang yang tergolong
penyakit jiwa (psychoses) adalah lebih berat lagi.
Gangguan Jiwa dalam
Al-Qur’an ?
Diberbagai ayat dalam Al Qur’an disebut
istilah-istilah yang dapat dikatagorikan sebagai gangguan jiwa seperti Qalbu
yang sakit ( maradhun ), majnuun , maftuun dan jinnatuun yang ketiga-tiganya
diterjemahkan sebagai “gila”, nafs yang kotor disamping nafs yang suci dan yang
tenan.
Istilah tahzan yang berarti bersedih hati
juga disebut beberapa kali dalam berbagai ayat Disamping itu ada istilah yang
merupakan sebagai sifat manusia yag dapat menjadi sumber kegelisahan atau
kecemasan seperti manusia bersifat tergesa-gesa, berkeluh-kesah, melampaui
batas, ingkar tak mau bersyukur atau berterima kasih, serta banyak lagi istilah
-istilah sebagai akhlak yang buruk.
Didalam Al Qur’an disebut adanya Qalbu ( hati
), nafs, dan aql ( akal ) yang dapat dianggap sebagai potensi kejiwaan, yang
ketiganya berkembang sejak masa bayi sampai mencapai maturitas, dan ketiganya
saling beritegrasi dengan baik dan membentuk jiwa yang sehat. Sebaliknya bila
salah satu dari padanya terganggu perkembangannya terutama bila terjadi pada
qalbu (hati), maka dapat terjadi gangguan jiwa.
Al Qur’an
adalah Kalam Allah SWT. yang merupakan mu’jizat yang diturunkan (diwahyukan )
kepada Nabi Nuhammad saw. secara berangsur-angsur dalam kurun waktu 22 tahun 2
bulan dan 22 hari, selama 13 tahun turunnya di Mekkah dan selebihnya diturankan
di Madinah. Al Qur’an yang berarti bacaan, juga disebut sebagai Al Kitab atau
Kitabullah ( AlQuran SurahAl Baqoroh : 2 ) yang tidak ada keraguan kepadanya,
disebut juga sebagai Alfurqon (Alquran Surah Alfurqaan : 1) yang berarti pembeda
yaitu membedakan antara yang benar dan yang batil, juga disebut sebagai Ad
Dzikr (Alquran Surah Alhijr :9), yang berarti peringatan, juga sebagai Al Huda
(Alquran Surah Yunus : 57) yang berarti petunjuk, juga sebagai Al Hikmah
(Alquran Surah Al Isro’ : 39 ) yang berarti kebijaksanaan, juga sebagai Asy
Syifa (Alquran Surah Yunus : 57), yang berarti obat atau penawar.
Selain itu
masih ada istilah lain dalam Al Qur’an yang tidak secara spesifik menyatakan
sebagai gangguan jiwa yaitu dalam surat 91 : 7-10 yang berbunyi:” Dan demi
jiwa(nafs) dan penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada
jiwa itu (jalan ) kefasikan dan ketaqwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang
yang menyucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
Jenis-jenis nafs, yaitu:
Pertama
Alquran Surah 12 : 53 “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan) karena
sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan (nafsu ammarah bissu’),
kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhan-ku. Sesungguhnya Tuhanku Maha
Pengampun lagi MahaPenyayang.
Kedua
Alquran Surah 75 : 1, jiwa yang menyesali dirinya sendiri ( nafsu
lawwamah), dan
Ketiga
Alquran Surah 89 : 27-30, sebagai penghargaan Allah terhadap manusia yang
sempurna imannya. yaitu nafsu muthmainnah atau jiwa yang tenang.
Tanda-tanda orang yang mengalami gangguan
jiwa menurut Alquran ?
Didalam Al
Qur’an juga disebut berbagai keadaan atau sifat manusia yang dapat
dikatagorikan sebagai gangguan jiwa seperti :
1. Rasa
sedih atau berduka cita, seperti pada Qs,28:13 , 20: 40 , 9 : 40 , 3 :
176 , 31: 23 , 36 : 76 ,
6 : 48, 7 :
35 , 2 :112.
2. Sifat
berkeluh -kesah, seperti pada Qs.70: 20 ,
3. Sifat
tergesa-gesa, seperti pada Qs.17 ;
11 ,
4. Melampaui
batas seperti pada Qs. 10 : 12 ,
5. Ingkar
tak mau bersyukur, seperti pada Qs. 100 : 6
yang
semuanya ini dapat menjadi sumber kegelisahan atau kecemasan . Juga disebut
dalam AlQuran berbagai akhlak manusia yang tercela atau sebagai akhlak yang
tidak sehat.
Pandangan Islam tentang Penyakit Jiwa
Dalam perspektif Islam, penyakit jiwa sering
diidentikkan dengan beberapa sifat buruk atau tingkah laku tercela (al-akhlaq
al-mazmumah), seperti sifat tamak, dengki, iri hati, arogan, emosional dan
seterusnya.
Hasan Muhammad as-Syarqawi dalam kitabnya Nahw ‘Ilmiah
Nafsi, membagi penyakit jiwa dalam sembilan bagian, yaitu: pamer (riya’),
marah (al-ghadhab), lalai dan lupa (al-ghaflah wan nisyah),
was-was (al-was-wasah), frustrasi (al-ya’s), rakus (tama’),
terperdaya (al-ghurur), sombong (al-ujub), dengki dan iri hati (al-hasd
wal hiqd).
Beberapa sifat tercela di atas ada relevansinya jika
dianggap sebagai penyakit jiwa, sebab dalam kesehatan mental (mental hygiene)
sifat-sifat tersebut merupakan indikasi dari penyakit kejiwaan manusia (psychoses).
Jadi pada penderitanya sakit jiwa salah satunya ditandai oleh sifat-sifat buruk
tersebut.
Macamnya Penyakit Jiwa ?
Hasan Muhammad as-Syarqawi dalam kitabnya Nahw
‘Ilmiah Nafsi, membagi penyakit jiwa dalam sembilan bagian, yaitu: pamer (riya’),
marah (al-ghadhab), lalai dan lupa (al-ghaflah wan nisyah),
was-was (al-was-wasah), frustrasi (al-ya’s), rakus (tama’),
terperdaya (al-ghurur), sombong (al-ujub), dengki dan iri hati (al-hasd
wal hiqd).
Beberapa sifat tercela di atas ada relevansinya jika
dianggap sebagai penyakit jiwa, sebab dalam kesehatan mental (mental hygiene)
sifat-sifat tersebut merupakan indikasi dari penyakit kejiwaan manusia (psychoses).
Jadi pada penderitanya sakit jiwa salah satunya ditandai oleh sifat-sifat buruk
tersebut.
Frustrasi
Frustrasi (al-Ya’s) menurut as-Syarqawi
adalah putus harapan dan cita. Munculnya perasaan ini biasanya ketika
seseorang berhadapan dengan macam-macam cobaan dan persoalan hidup yang
bertolak belakang dengan hawa nafsunya. Sifat tersebut sangat dicela oleh
agama, karena menjadikan seseorang statis, kehilangan etos kerja, acuh-tak acuh
terhadap lingkungan, selalu melamun, kehilangan kepercayaan baik kepada diri
sendiri maupun kepada orang lain.
Sebagaimana dalam al-Qur’an, Allah swt melarang
manusia berputus asa akan rahmat-Nya, sebagaimana firman-Nya:
“Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah,
sesungguhnya tiada berputus ada sari rahmat Allah kecuali kaum yang kafir”. (Q.S. Yusuf:87).
Dalam mental hygiene disebutkan: bahwa
munculnya perasaan frustasi disebabkan oleh kegagalan seseorang dalam mencapai
tujuan, tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan atau
terhambatnya usaha dan perjuangan di dalam mencapai suatu tujuan dan bandingkan
dengan Zakiat Darajat.
Rakus (Tamak)
Tamak atau rakus adalah keinginan yang berlebih-lebihan
yang didasari oleh kemauan hawa nafsu yang tidak terkendali.jika
seseorang mengikuti hasa nafsunya secara belebihan, maka selama ia bersikap
tamak dan tidak pernah merasa puas dengan apa yang ia terima, selama itu
pulaia terperangkap oleh angan-angan dunia yang tidak pernah terwujudkan.
Menurut as-Syarqawi, cara membendung sifat tamak ini ad lah dengan membiasakan
diri dengan zuhud dan qana’ah sehingga dengan demikian ia akan bebas
dari perbuatan hawa nafsu.
Terpedaya
Terpedaya (al-Ghurur) merupakan suatu jenis penyakit
mental yang diakibatkan oleh salah persepsi tentang kehiduppan duniawi dan juga
lupa tentang penciptanya.menurut as-Asyarqawi keterpedayaan dan salah persepsi
berkisar kepda dua hal:
a. Tentang kehidupan duniawi
Pemahaman yang tidak benar terhdap kehidupan duniawi
dimaksudkan salah, bahwa dunia dianggap segala-galanya, dunia merupakan tujuan
akhir, harapan dan cita-citanya. penderita penyakit ini selalu meragukan
kehidupan akhrat, akhirat dianggap ilusi, tidak kekal, sementara kehiudupan
dunia dianggapnya segala-galanya Persepsi yang demikian ini dikenal dalam
filsafat sebagai penganut hedonisme.
Menurut Islam, untuk menggulangi penyakit di atas
adalah dengan terapi iman, sebab dengan iman seseorang akan menyadari bahwa
kehidupan dunia sesungguhnya bersifat sementara (Ibid). Sebagaimana Allah
berfirman dalam beberapa ayat-Nya, bahwa dunia ini hanyalah permainan dan
senda-gurau saja (lihat: Q.S. Al-An’am: 32, Al-Ankabut: 64, Al-Hadid: 20,
Muhammad: 36).
b. Tentang kepercayaan kepada Allah termasuk dalam
kategori terpedaya adalah kesalahan persepsi terhdap Allah (jika memang
benar-benar ada) maka ia akan memberikan kenikmatan di akherat, mereka
menganalogikan kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat. Persepsi di atas jelas
tidak benar, sebab adanya kedudukan, kenikmatan, harta dan kedudukan yang
diperoleh seseorang tidak selamanya merupakan indikasi keridaan Tuhan,
melainkan sebaliknya sebagai ujian dan cobaan.
Dari sisi lain sifat terpedaya juga sering merasuk ke
dalam jiwa orang yang berkeyakinan, bahwa dengan sifat rahman rahim-Nya
Allah akan mentolerir perbuatan-perbuatan hamba-Nya yang sengaja melalaikan
perintah-perintah-Nya. Dengan demikian, penderita penyakit ini cenderung selalu
mengabaikan perintah-perintah Allah dengan tidak menyadari bahwa sesungguhnya
ia terjebak dalam persepsi yang keliru.
Rasa Bangga Diri (‘Ujub)
Perasaan bangga diri (‘Ujub) sedikit berbeda
dengan perasaan sombong (kibr). Menurut al-Ghazali, kibr merupakan perasaan
yang muncul pad diri seseorang , di mana ia menganggap dirinya lebih baik dan
lebih utama dari orang lain. Sedangkan ‘ujub adalah perasaan bangga diri yang
dalam penampilannya tidak memerlukan atau melibatkan orang lain. ‘Ujub lebih
terfokus kepada rasa kagum terhadap diri sendiri, suka membanggakan dan
menonjolkan diri sendiri. Kadang-kadang pada sebagian orang emosi ini merupakan
tingkah laku yang dominan dalam kepribadian dan dapat menimbulkan sikap
sombong, angkuh serta merendahkan orang lain.
Terapi gangguan jiwa ?
Prinsip terapi untuk segala macam penyakit menurut Al
Qur’an dan Assunah adalah:
1. Alquran Surah 26: 80. “ Bila manusia
sakit, maka Allahlah yang meyembuhkannya, bukan yang lain.
2. Alquran Surah 17 : 82 “ Dan Aku
turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar/obat dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang
yang zalim selain kerugian “.
3. Alquran Surah 13 : 28 (khusus untuk
ketenteraman jiwa). “ Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi
tenteram.”.
4. Alquran Surah 12: 53, “ Dan aku
tidak membebaskan diriku (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu
menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabb-ku
.Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun, Maha Penyayang.
5. Alquran Surah 91 : 7-10, “Dan demi
jiwa dan penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan
jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
6. Begitu pula dari suatu Hadits
Rasulullah yang diriwayatkan oleh Buchari Muslim yang mengatakan bahwa, “Hai
hamba Allah berobatlah, karena sesungguhnya Allah Azza Wajallah tidak
menjadikan penyakit melainkan dijadikannya pula obatnya, kecuali satu macam
penyakit yaitu sakit tua.
Ikhtitam
Sebenarnya sehat dan sakit merupakan anugerah. Karena keduanya berpotensi menjadi ladang ibadah apabila kita sanggup bersyukur saat sehat dan sanggup bersabar saat sakit. Sakit yang kita derita sebetulnya mengandung keutamaan besar, yakni menghapus dosa, tetap mendapat pahala, memperoleh derajat yang tinggi, dll. Nah, untuk bisa merasakan keutamaan dari sakit yang kita derita, kita harus senantiasa berbaik sangka pada Allah, bersabar, bersyukur, memperbanyak istighfar, dan tawakkal pada Allah. (hal.91-97).
Sebenarnya sehat dan sakit merupakan anugerah. Karena keduanya berpotensi menjadi ladang ibadah apabila kita sanggup bersyukur saat sehat dan sanggup bersabar saat sakit. Sakit yang kita derita sebetulnya mengandung keutamaan besar, yakni menghapus dosa, tetap mendapat pahala, memperoleh derajat yang tinggi, dll. Nah, untuk bisa merasakan keutamaan dari sakit yang kita derita, kita harus senantiasa berbaik sangka pada Allah, bersabar, bersyukur, memperbanyak istighfar, dan tawakkal pada Allah. (hal.91-97).
Sumber:1.Al-Qur’an Hadits 2.http://zainuddin.lecturer.uin-malang.ac.id
3.https://kholid45.wordpress.com
Jakarta 12/2/2015
Memang harus rajin membaca alquran agar penyakit hati dan jiwa kita selalu sehat.
BalasHapushttp://www.superartikelblog.xyz/
Iya setuju, hati yang sehat, badan yang sehat dan jiwa yang kuat dengan iman dan taqwa
BalasHapus