MEMBANGUN RUMAH SURGA ?
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ
نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ}
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu” (QS at-Tahriim:6).
“Ketahuilah, kalian semua adalah pemimpin dan
kalian semua akan dimintai pertanggungjawaban tentang apa yang dipimpinnya …
Seorang suami adalah pemimpin (keluarganya) dan dia akan dimintai
pertanggungjawaban tentang (perbuatan) mereka“
{وَالَّذِينَ
يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً}
“Dan (mereka adalah) orang-orang yang berdoa:
“Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri dan keturunan kami
sebagai penyejuk (pandangan) mata (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi
orang-orang yang bertakwa” (QS al-Furqan:74).
Muqaddimah
وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa
cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS. Ar Rum [30]:21)
Setiap orang yang telah berkeluarga, tentu
menginginkan kebaikan dan kebahagiaan dalam kehidupannya bersama istri dan
anak-anaknya. Hal ini sebagai perwujudan rasa cintanya kepada mereka, yang
kecintaan ini merupakan fitrah yang Allah tetapkan pada jiwa setiap manusia.
Allah Ta’ala berfirman,
{زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ
الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ
الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ
ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ}
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan
kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik (surga)” (QS Ali ‘Imran:14).
Bersamaan dengan itu, nikmat keberadaan istri dan anak
ini sekaligus juga merupakan ujian yang bisa menjerumuskan seorang hamba dalam
kebinasaan. Allah mengingatkan hal ini dalam firman-Nya.
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوّاً لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ}
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di
antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka…” (QS At Taghaabun:14).
Makna “menjadi musuh bagimu” adalah melalaikan
kamu dari melakukan amal shaleh dan bisa menjerumuskanmu ke dalam perbuatan
maksiat kepada Allah Ta’ala.
"Baiti
Jannati" sudah merupakan satu bentuk ungkapan yang sering disebut-sebutkan.
"Rumahku, syurgaku." Begitulah terjemahannya. Ungkapan ini sering
diwacanakan, diceramahkan, diforumkan dan dijadikan topik penulisan.
Bagaimanapun, selalunya tetap berkitar kepada konsep dan falsafahnya. Oleh itu,
untuk kali ini, saya berhajat untuk berkongsi dengan para peserta, plan
tindakan yang boleh dilakukan secara praktikal - walaupun kecil - untuk
menjadikan "Baiti Jannati" benar-benar satu realiti.
Perkara pertama yang perlu difahami ialah, "Baiti Jannati" membawa maksud bahawa rumah adalah tempat yang membawa kebahagiaan kepada kita. Manakala kebahagiaan itu pula, Allah tidak pernah kaitkan dengan sebarang kebendaan. Seseorang yang tinggal di dalam pondok kecil boleh bahagia, seseorang yang tinggal di dalam banglo juga boleh bahagia. Inilah keadilan Allah. Oleh kerana urusan rezeki adalah ketetapan qadha' dan qadar Allah, maka Allah tidak kaitkan bahagia dan derita dengan sesuatu yang diluar kawalan manusia. Kebahagiaan hanya bergantung sejauhmana ketenangan dicapai oleh hati manusia. Bagi mencapai ketenangan ini, hati hanya perlu dihubungkan dengan Sumber Segala Ketenangan, iaitu Allah Azza Wa Jalla. Itu sahaja.
Perkara pertama yang perlu difahami ialah, "Baiti Jannati" membawa maksud bahawa rumah adalah tempat yang membawa kebahagiaan kepada kita. Manakala kebahagiaan itu pula, Allah tidak pernah kaitkan dengan sebarang kebendaan. Seseorang yang tinggal di dalam pondok kecil boleh bahagia, seseorang yang tinggal di dalam banglo juga boleh bahagia. Inilah keadilan Allah. Oleh kerana urusan rezeki adalah ketetapan qadha' dan qadar Allah, maka Allah tidak kaitkan bahagia dan derita dengan sesuatu yang diluar kawalan manusia. Kebahagiaan hanya bergantung sejauhmana ketenangan dicapai oleh hati manusia. Bagi mencapai ketenangan ini, hati hanya perlu dihubungkan dengan Sumber Segala Ketenangan, iaitu Allah Azza Wa Jalla. Itu sahaja.
Keharmonisan Rumah Tangga ?
''RUMAHKU ADALAH SYURGAKU'' bermula dari sini, ketentraman jiwa yg menjadi tuntutan nafsu manusia merupakan asas pertama bagi dua orang suami istri. Perkataan 'as sakinah' (ketentraman jiwa) mempunyai arti yang amat mendalam. Perkataan trsebut menjelaskan perasaan rindu, cinta, kasih dan kenikmatan yang di dapati oleh suami istri dari hubungan dan pergaulan mereka berdua, sehingga yg satu memberi kenikmatan kepada yg lain. Dengan hubungan dan pergaulan itulah kedua-duanya melaksanakan salah satu tugas kemanusiaannya, yaitu lahirnya manusia baru yg seperti mereka (anak). Dengan lahirnya keturunan itu, hilanglah keresahan dan kekhawatiran, naluri trbesar dari dalam hati dan fikiran. Tanpa itu semua jiwa manusia tidak akan pernah mencapai ketenangan dan bathinnyapun tidak akan merasa tentram. Karena bagaimanapun 'cinta dan nafsu' adalah fitrahNya dalam diri setiap orang.
Masalah pertama yg harus dipelihara oleh kedua suami istri, ialah ; Hidayah Kitabullah dan Sunnah Rasulullah, agar pernikahannya menjamin kebahagiaan dan kesuciannya.
Masalah utama kedua, bahwa dalam hubungan suami istri ialah 'kecintaan' yang berbalas, yang lahir dari perlakuan yang satu terhadap yang lain, dan lahir pula dalam kerja sama serta saling bantu membantu antara suami istri dan antara keluarganya masing-masing.
Ketiga,,, ialah rasa kasih dan sayang. Manusia tidak akan sempurna kecuali jika ia memiliki rasa kasih sayang, sebagai ibu dan ayah kepada anak-anaknya. Dengan demikian maka setiap makhluk hidup mempunyai rasa kasih sayang yang sempurna.
Siapapun yang memikirkan secara mendalam ketiga masalah yang utama tersebut di atas, maka ia akan dapat mengetahui bahwa ketiga masalah itu merupakan asas kebahagiaan hidup manusia di dunia.
Karena itu Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjelaskan dalam akhir firman-Nya ;
,,,,,, sesungguhnya pada yg demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir,,,,,
(QS ar Ruum , 31;21)
Dan sebuah keluarga yang di sebut sebagai ''Baiti Jannati'' pastilah bermula dari karakter fitrah setiap manusia yang sholeh dan sholehah.
Keluarga
Sakinah, Mawaddah wa Rahmah ?
Ciri-ciri keluarga sakinah mawaddah wa rahmah itu antara lain:
Menurut hadis Nabi SAW, asas keluarga sakinah itu ada empat perkara :
Sabda Nabi SAW maksudnya : “ Empat hal akan menjadi faktor yang mendatangkan kebahagiaan keluarga (arba`un min sa`adat al mar’i), yakni 1. Suami / isteri yang setia (soleh/solehah), 2. Anak-anak yang berbakti, 3.Lingkungan sosial yang sihat (biah solehah) , dan 4. Dekat rezekinya (murah rezeki).”
Selain daripada empat ciri di atas apakah ciri-ciri lain yang boleh menyumbang kepada keluarga sakinah mawaddah wa rahmah? Terdapat empat ciri iaitu :
1. Memiliki kecenderungan kepada agama,
2. Yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda,
3. Sederhana dalam belanja,
4. Berlemah lembut dalam bergaul.
5. Hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling memgharapkan, seperti pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna, Q/2:187).
6. Suami isteri perlulah bergaul sesama mereka dengan pergaulan yang makruf.
7. Suami isteri secara tulus menjalankan masing-masing kewajibannya dengan didasari keyakinan bahwa menjalankan kewajiban itu merupakan perintah Allah SWT yang dalam menjalankannya harus tulus ikhlas. Suami menjaga hak isteri dan isteri menjaga hak-hak suami. Dari sini muncul saling menghargai, mempercayai, setia dan keduanya terjalin kerjasama untuk mencapai kebaikan didunia ini sebanyak-banyaknya melalui ikatan rumah tangga.
8. Semua anggota keluarganya seperti anak-anaknya, isrti dan suaminya beriman dan bertaqwa kepada Allah dan rasul-Nya (shaleh-shalehah). Artinya hukum-hukum Allah dan agama Allah terimplementasi dalam pergaulan rumah tangganya.
9. Rezekinya selalu bersih dari yang diharamkan Allah SWT. Penghasilan suami sebagai tonggak berdirinya keluarga itu selalu menjaga rezeki yang halal. Suami menjaga agar anak dan isterinya tidak berpakaian, makan, bertempat tinggal, memakai kendaraan, dan semua pemenuhan keperluan dari harta haram. Dia berjuang untuk mendapatkan rezeki yang halal saja.
10. Anggota keluarga selalu redha terhadap anugrah Allah SWT yang diberikan kepada mereka. Jika diberi lebih mereka bersyukur dan berbagi dengan fakir miskin. Jika kekurangan mereka sabar dan terus berikhtiar. Mereka keluarga yang selalu berusaha untuk memperbaiki semua aspek kehidupan mereka dengan wajib menuntut ilmu-ilmu agama Allah SWT.
Ciri-ciri keluarga sakinah mawaddah wa rahmah itu antara lain:
Menurut hadis Nabi SAW, asas keluarga sakinah itu ada empat perkara :
Sabda Nabi SAW maksudnya : “ Empat hal akan menjadi faktor yang mendatangkan kebahagiaan keluarga (arba`un min sa`adat al mar’i), yakni 1. Suami / isteri yang setia (soleh/solehah), 2. Anak-anak yang berbakti, 3.Lingkungan sosial yang sihat (biah solehah) , dan 4. Dekat rezekinya (murah rezeki).”
Selain daripada empat ciri di atas apakah ciri-ciri lain yang boleh menyumbang kepada keluarga sakinah mawaddah wa rahmah? Terdapat empat ciri iaitu :
1. Memiliki kecenderungan kepada agama,
2. Yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda,
3. Sederhana dalam belanja,
4. Berlemah lembut dalam bergaul.
5. Hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling memgharapkan, seperti pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna, Q/2:187).
6. Suami isteri perlulah bergaul sesama mereka dengan pergaulan yang makruf.
7. Suami isteri secara tulus menjalankan masing-masing kewajibannya dengan didasari keyakinan bahwa menjalankan kewajiban itu merupakan perintah Allah SWT yang dalam menjalankannya harus tulus ikhlas. Suami menjaga hak isteri dan isteri menjaga hak-hak suami. Dari sini muncul saling menghargai, mempercayai, setia dan keduanya terjalin kerjasama untuk mencapai kebaikan didunia ini sebanyak-banyaknya melalui ikatan rumah tangga.
8. Semua anggota keluarganya seperti anak-anaknya, isrti dan suaminya beriman dan bertaqwa kepada Allah dan rasul-Nya (shaleh-shalehah). Artinya hukum-hukum Allah dan agama Allah terimplementasi dalam pergaulan rumah tangganya.
9. Rezekinya selalu bersih dari yang diharamkan Allah SWT. Penghasilan suami sebagai tonggak berdirinya keluarga itu selalu menjaga rezeki yang halal. Suami menjaga agar anak dan isterinya tidak berpakaian, makan, bertempat tinggal, memakai kendaraan, dan semua pemenuhan keperluan dari harta haram. Dia berjuang untuk mendapatkan rezeki yang halal saja.
10. Anggota keluarga selalu redha terhadap anugrah Allah SWT yang diberikan kepada mereka. Jika diberi lebih mereka bersyukur dan berbagi dengan fakir miskin. Jika kekurangan mereka sabar dan terus berikhtiar. Mereka keluarga yang selalu berusaha untuk memperbaiki semua aspek kehidupan mereka dengan wajib menuntut ilmu-ilmu agama Allah SWT.
Ikhtitam
Akhirnya,
kami menutup tulisan ini dengan berdoa kepada Allah agar Dia senantiasa
melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua dalam menjalankan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya pada diri kita sendiri maupun keluarga kita.
{وَالَّذِينَ
يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً}
“Dan (mereka adalah) orang-orang yang berdoa:
“Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri dan keturunan kami
sebagai penyejuk (pandangan) mata (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi
orang-orang yang bertakwa” (QS al-Furqan:74).
وصلى
الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب
العالمين
Sumber:1.Al-Qur’an
Hadits 2.http://nuraizzul.blogspot.com
3.http://dr-muhammad-zain.blogspot.com 4.
jakarta
4/2/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar