MESRANYA DO’A BERSAMA ?
قَالَ قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيمَا. (يونس : ٨٩).
“Allah
berfirman: “Sesungguhnya telah diperkenankan doa kamu berdua, oleh karena itu
tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus.” (QS. Yunus : 89).
عَنْ حَبِيْبِ بْنِ مَسْلَمَةَ الْفِهْرِيِّ وَكَانَ مُجَابَ الدَّعْوَةِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَقُوْلُ: لاَ يَجْتَمِعُ قَوْمٌ مُسْلِمُوْنَ فَيَدْعُوْ بَعْضُهُمْ وَيُؤَمِّنُ بَعْضُهُمْ إِلاَّ اسْتَجَابَ اللهُ دُعَاءَهُمْ. رواه الطبراني
“Dari Habib bin Maslamah al-Fihri ra –ia
adalah seorang yang dikabulkan doanya-, berkata: Saya mendengar Rasulullah saw
bersabda: Tidaklah berkumpul suatu kaum muslim yang sebagian mereka berdoa, dan
sebagian lainnya mengamininya, kecuali Allah mengabulkan doa mereka.” (HR.
al-Thabarani)
Muqaddimah
Berdzikir sesudah shalat merupakan
sunnah yang sudah
diamalkan dan dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hendaknya kita mengikuti beliau dalam amal ini dan mencontoh bagaimana beliau melaksanakannya.
Sebagian saudara kita (kaum muslimin) ada yang memandang bahwa dzikir sesudah shalat harus lirih, tidak boleh mengeraskannya karena bisa mengganggu orang di sekitarnya yang juga berdzikir atau mengganggu mereka yang sedang menyelesaikan shalatnya.
Sehingga ketika ada ikhwan yang mengeraskan suara dzikir diingkari dan dianggap bid’ah. Bagaimana tatacara dzikir sesudah shalat yang sesuai sunnah? Apakah disunnahkan mengeraskannya atau melirihkannya?
Hendaknya kita mengikuti beliau dalam amal ini dan mencontoh bagaimana beliau melaksanakannya.
Sebagian saudara kita (kaum muslimin) ada yang memandang bahwa dzikir sesudah shalat harus lirih, tidak boleh mengeraskannya karena bisa mengganggu orang di sekitarnya yang juga berdzikir atau mengganggu mereka yang sedang menyelesaikan shalatnya.
Sehingga ketika ada ikhwan yang mengeraskan suara dzikir diingkari dan dianggap bid’ah. Bagaimana tatacara dzikir sesudah shalat yang sesuai sunnah? Apakah disunnahkan mengeraskannya atau melirihkannya?
Dzikir setelah shalat merupakan ibadah yang sangat
disunnahkan dan salah satu kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Beliau juga melakukannya dengan suara keras.
Dalam sahih Bukhari dan Muslim disebutkan pada Bab
Dzikir setelah shalat, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata
أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِينَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنْ الْمَكْتُوبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوا بِذَلِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ
أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِينَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنْ الْمَكْتُوبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوا بِذَلِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ
“Sesungguhnya mengeraskan suara dzikir ketika
orang-orang usai melaksanakan shalat wajib merupakan kebiasaan yang berlaku
pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Ibnu Abbas menambahkan,
‘Aku mengetahui mereka selesai shalat dengan itu, apabila aku mendengarnya.”
dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:
كُنْتُ أَعْرِفُ انْقِضَاءَ صَلَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالتَّكْبِيرِ
كُنْتُ أَعْرِفُ انْقِضَاءَ صَلَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالتَّكْبِيرِ
“Aku megetahui selesainya shalat Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dengan takbir.” (HR. al-Bukhari)
Anjuran Doa Bersama ?
عَنْ حَبِيْبِ بْنِ مَسْلَمَةَ الْفِهْرِيِّ وَكَانَ مُجَابَ الدَّعْوَةِ رضي الله عنه قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: لاَ يَجْتَمِعُ قَوْمٌ مُسْلِمُوْنَ يَدْعُوْ بَعْضُهُمْ وَيُؤَمِّنُ بَعْضُهُمْ إِلاَّ اسْتَجَابَ اللهُ دُعَاءَهُمْ. )رواه الطبراني في الكبير و الحاكم في المستدرك(
Artinya : Dari Habib bin Maslamah al-Fihri RA –beliau seorang yang dikabulkan do’anya-, berkata: “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Tidak lah berkumpul suatu kaum Muslimin, lalu sebagian mereka berdo’a, dan sebagian lainnya mengucapkan amin, kecuali Allah pasti mengabulkan do’a mereka.” (HR. al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir, dan al-Hakim dalam al-Mustadrak).
Artinya : Dari Habib bin Maslamah al-Fihri RA –beliau seorang yang dikabulkan do’anya-, berkata: “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Tidak lah berkumpul suatu kaum Muslimin, lalu sebagian mereka berdo’a, dan sebagian lainnya mengucapkan amin, kecuali Allah pasti mengabulkan do’a mereka.” (HR. al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir, dan al-Hakim dalam al-Mustadrak).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَأَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّهُمَا شَهِدَا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ (رواه مسلم
“Dari Abi Hurairah ra dan Abi Said al-Khudri
ra bahwa keduanya telah menyaksikan Nabi saw beliau bersabda: ‘Tidaklah
berkumpul suatu kaum sambil berdzikir kepada Allah ‘azza wa jalla kecuali para
malaikat mengelilingi mereka, rahmat menyelimuti mereka, dan ketenangan hati
turun kepada mereka, dan Allah menyebut (memuji) mereka di hadapan makhluk yang
ada di sisi-Nya” (H.R. Muslim)
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِينَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنَ الْمَكْتُوبَةِ، كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (رواه البخاري ومسلم
“Dari Ibnu
Abbas ra ia berkata: ‘Bahwa mengerasakan suara dalam berdzikir ketika
orang-orang selesai shalat maktubah itu sudah ada pada masa Nabi saw” (H.R.
Bukhari-Muslim)
وَقَدْ جَمَعَ النَّوَوِيُّ بَيْنَ الْأَحَادِيثِ الوَارِدَةِ فِى اسْتِحَبَابِ الجَهْرِ بِالذِّكْرِ وَالوَارِدَةِ فِى اسْتِحَبَابِ الإِسْرَارِ بِهِ بِأَنَّ الْإِخْفَاءَ أَفْضَلُ حَيْثُ خَافَ الرِّيَاءَ أَوْ تَأَذَّى المُصَلُّونَ أَوْ النَّائِمُونَ وَالْجَهْرُ أَفْضَلُ فِى غَيْرِ ذَلِكَ لِأَنَّ الْعَمَلَ فِيهِ أَكْثَرُ وَلِأَنَ فَائِدَتَهُ تَتَعَدَّى إِلَى السَّامِعِينَ وَلِأَنَّهُ يُوقِظُ قَلْبَ الذَّاكِرِ وَيَجْمَعُ هَمَّهُ إِلَى الفِكْرِ وَيَصْرِفُ سَمْعَهُ إِلَيْهِ وَيَطْرِدُ النَّوْمَ وَيَزِيدَ فِى النَّشَاطِ (أبو الفداء إسماعيل حقي، روح البيان، بيروت-دار الفكر، ج، 3، ص. 306
“Imam
an-Nawawi memadukan antara hadits-hadits yang menganjurkan (mustahab)
mengeraskan suara dalam berdzikir dan hadits-hadits yang menganjurkan
memelankan suara dalam berdzikir; bahwa memelankan suara dalam berdzikir itu
lebih utama sekiranya dapat menutupi riya dan mengganggu orang yang shalat atau
orang yang sedang tidur. Sedangkan mengeraskan suara dalam berdzikir itu lebih
utama pada selain dua kondisi tersebut karena: pebuatan yang dilakukan lebih
banyak, faidah dari berdzikir dengan suara keras itu bisa memberikan pengaruh
yang mendalam kepada pendengarnya, bisa mengingatkan hati orang yang berdzikir,
memusatkan perhatiannya untuk melakukan perenungan terhadap dzikir tersebut,
mengarahkan pendenganrannya kepada dzikir terebut, menghilankan kantuk dan
menambah semangatnya”. (Abu al-Fida` Ismail Haqqi, Ruh al-Bayan, Bairut-Dar
al-Fikr, juz, 3, h. 306)
عن نافع قال كان ابن عمر إذا جلس مجلسا لم يقم حتى يدعو لجلسائه بهذه الكلمات وقَالَ : قَلَّمَا كَانَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – يَقُومُ مِنْ مَجْلِسٍ حَتَّى يَدْعُوَ بِهؤلاء الدَّعَواتِ : (( اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُولُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ ، وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا ، اللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بأسْمَاعِنا ، وَأَبْصَارِنَا ، وقُوَّتِنَا مَا أحْيَيْتَنَا ، وَاجْعَلْهُ الوارثَ مِنَّا ، وَاجْعَلْ ثَأرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا ، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا ، وَلاَ تَجْعَلْ مُصيبَتَنَا فِي دِينِنَا ، وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا ، وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا ، وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا )) رواه الترمذي والنسائي، وقال الترمذي: (( حديث حسن )) .
“Nafi’
berkata: “Setiap Ibnu Umar duduk dalam satu majlis, ia tidak berdiri sebelum
berdoa bagi mereka yang duduk bersama beliau dengan kalimat-kalimat ini, dan
beliau berkata: “Sedikit sekali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri
dari satu majlis sebelum berdoa dengan doa-doa berikut: “Ya Allah, berikanlah
kami bagian dari sifat takut kepada-Mu yang dapat menghalangi kami dari
perbuatan-perbuatan dosa kepada-Mu, dari ketaatan kepada-Mu yang akan menyampaikan
kami ke surga-Mu, dari keyakinan yang akan meringakan musibah-musibah dunia
pada kami. Tolonglah kami menghadapi mereka yang memuhusi kami. Janganlah
Engkai jadikan musibah kami berkenaan dengan agama kami. Janganlah Engkau
jadikan dunia sebagai keinginan terbesar kami, dan puncak pengetahuan kami. Dan
janganlah Engkau jadikan penguasa kepada kami orang yang tidak mengasihi kami.”
(HR. al-Tirmidzi [3502] dan al-Nasa’i [10161]. Al-Tirmidzi berkata: “Hadits ini
hasan.”).
عن قيس المدني أن رجلا جاء زيد بن ثابت فسأل عن شيء فقال له زيد : عليك بأبي هريرة فبينا أنا وأبو هريرة وفلان في المسجد ندعو ونذكر ربنا عز و جل إذ خرج إلينا رسول الله صلى الله عليه و سلم حتى جلس إلينا فسكتنا فقال : ” عودوا للذي كنتم فيه ” . فقال زيد : فدعوت أنا وصاحبي قبل أبي هريرة وجعل النبي صلى الله عليه و سلم يؤمن على دعائنا ثم دعا أبو هريرة فقال : اللهم إني سائلك بمثل ما سألك صاحباي وأسألك علما لا ينسى . فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم آمين فقلنا يا رسول الله ونحن نسأل الله علما لا ينسى فقال سبقكما بها الدوسي رواه والنسائي في الكبرى والطبراني في الأوسط وصححه الحاكم
“Dari Qais
al-Madani, bahwa seorang laki-laki mendatangi Zaid bin Tsabit, lalu menanyakan
tentang suatu. Lalu Zaid berkata: “Kamu bertanya kepada Abu Hurairah saja.
Karena ketika kami, Abu Hurairah dan si fulan di Masjid, kami berdoa dan
berdzikir kepada Allah ‘azza wajalla, tiba-tiba Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam keluar kepada kami, sehingga duduk bersama kami, lalu kami diam. Maka
beliau bersabda: “Kembalilah pada apa yang kalian lakukan.” Zaid berkata: “Lalu
aku dan temanku berdoa sebelum Abu Hurairah, dan Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam membaca amin atas doa kami. Kemudian Abu Hurairah berdoa: “Ya Allah,
aku memohon kepada-Mu seperti yang dimohonkan oleh kedua temanku. Dan aku
memohon kepada-Mu ilmu pengetahuan yang tidak akan dilupakan.” Lalu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Amin.” Lalu kami berkata: “Wahai
Rasulullah, kami juga memohon ilmu pengetahuan yang tidak akan dilupakan.” Lalu
beliau berkata: “Kalian telah didahului oleh laki-laki suku Daus (Abu Hurairah)
itu”. (HR. al-Nasa’i dalam al-Kubra [5839], al-Thabarani dalam al-Ausath
[1228]. Al-Hakim berkata dalam al-Mustadrak [6158]: “Sanadnya shahih, tetapi
al-Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya”.)
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: اَلدَّاعِيْ وَالْمُؤَمِّنُ فِي اْلأَجْرِ شَرِيْكَانِ. رواه الديلمي في مسند الفردوس بسند ضعيف.
“Dari Ibn
Abbas radhiyallahu ‘anhuma, berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Orang yang berdoa dan orang yang membaca amin sama-sama memperoleh
pahala.” (HR. al-Dailami [3039] dalam Musnad al-Firdaus dengan sanad yang
lemah).
عن جامع بن شداد عن ذي قرابة له قال سمعت عمر بن الخطاب يقول ثلاث كلمات إذا قلتها فهيمنوا عليها اللهم إني ضعيف فقوني اللهم إني غليظ فليني اللهم إني بخيل فسخني. رواه ابن سعد في الطبقات
“Dari Jami’
bin Syaddad, dari seorang kerabatnya, berkata: “Aku mendengar Umar bin
al-Khaththab berkata: “Tiga kalimat, apabila aku mengatakannya, maka bacakanlah
amin semuanya: “Ya Allah, sesungguhnya aku orang yang lemah, maka kuatkanlah
aku. Ya Allah, sesungguhnya aku orang yang kasar, lembutkanlah aku. Ya Allah,
sesungguhnya aku seorang yang pelit, maka pemurahkanlah aku.” (HR. Ibnu Sa’ad
dalam al-Thabaqat 3/275).
وكان النعمان بن مقرن رجلا لينا فقال … اللهم إني اسألك أن تقر عيني اليوم بفتح يكون فيه عز الإسلام وذل يذل به الكفار ثم اقبضني إليك بعد ذلك على الشهادة أمنوا يرحمكم الله فأمنا وبكينا. رواه الطبري في تاريخه. وفي رواية قال النعمان: وَإِنِّي دَاعِيَ اللهَ بِدَعْوَةٍ ، فَأَقْسَمْتُ عَلَى كُلِّ امْرِئٍ مِنْكُمْ لَمَّا أَمَّنَ عَلَيْهَا ، فَقَالَ : اللهُمَّ اُرْزُقَ النُّعْمَانَ الْيَوْمَ الشَّهَادَةَ فِي نَصْرٍ وَفَتْحٍ عَلَيْهِمْ ، قَالَ : فَأَمَّنَ الْقَوْمُ. رواه ابن أبي شيبة بسند صحيح.
“Al-Nu’man bin
Muqarrin seorang laki-laki yang lembut. Lalu beliau berkata: “Ya Allah, aku
memohon kepada-Mu, agar Engkau sejukkan mataku pada hari ini dengan penaklukan
yang menjadi kemuliaan Islam dan kehinaan orang-orang kafir. Kemudian ambillah
aku kepada-Mu sesudahnya dengan mati sebagai syahid. Bacakanlah amin, semoga
Allah mengasihi kalian.” Maka kami membaca amin atas doa beliau dan kami
menangis.” (HR. al-Thabari, Taikh al-Umam wa al-Muluk, 4/235). Dalam riwayat
lain, al-Nu’man berkata: “Sesungguhnya aku akan berdoa kepada Allah dengan satu
permohonan, aku bersumpah agar setiap orang dari kalian membacakan amin untuk
doa tersebut. Lalu al-Nu’man berkata: “Ya Allah, berilah al-Nu’man rizki
meninggal sebagai syahid dalam kemenangan dan penaklukan atas mereka.” Perawi
berkata: “Lalu kaum membaca amin.” (HR. Ibnu Abi Syaibah, al-Mushannaf
[34485]). Sanad atsar tersebut shahih.
Dari paparan
di atas, jelas sekali bahwa doa bersama, dengan dipimpin oleh seorang imam, dan
dibacakan amin oleh para jamaah, adalah tradisi Islami yang memiliki dasar yang
kuat dari al-Qur’an, hadits dan tradisi para sahabat. Wallahu a’lam.
Posisi Imam yang Berdo’a ?
Mengenai posisi imam setelah salam, banyak pendapat tentang hal tersebut. Ada yang mengatakan imam menghadap makmum, ada yang mengatakan bagian kanan badan imam mengarah ke makmum sementara bagian kirinya mengarah ke arah kiblat(untuk di Indonesia, menghadap ke Utara). Ada juga yang mengatakan imam tetap menghadap kiblat. Nah, untuk yang terakhir ini dijelaskan oleh Sayyid Abdurrahman bin Hasan bin Husain Ba Alawi dalam kitab Ghayatu Talkhish Al Murad min Fatawi ibn Ziyad Hal. 89
واختار الحافظ ابن حجر في فتاويه أن الإمام إن كان ممن يذكر المأمومين أو يدرسهم أو يفتيهم فأولى أن يستقبلهم وإلا فيستقبل القبلة
Mengenai posisi imam setelah salam, banyak pendapat tentang hal tersebut. Ada yang mengatakan imam menghadap makmum, ada yang mengatakan bagian kanan badan imam mengarah ke makmum sementara bagian kirinya mengarah ke arah kiblat(untuk di Indonesia, menghadap ke Utara). Ada juga yang mengatakan imam tetap menghadap kiblat. Nah, untuk yang terakhir ini dijelaskan oleh Sayyid Abdurrahman bin Hasan bin Husain Ba Alawi dalam kitab Ghayatu Talkhish Al Murad min Fatawi ibn Ziyad Hal. 89
واختار الحافظ ابن حجر في فتاويه أن الإمام إن كان ممن يذكر المأمومين أو يدرسهم أو يفتيهم فأولى أن يستقبلهم وإلا فيستقبل القبلة
Artinya :
Imam Al-Hafidz Ibn Hajar dalam Fatawinya mengatakan : imam lebih utama
menghadap makmum jika memang hendak memberikan nasehat, pelajaran atau fatwa
kepada mereka. Jika tidak demikian, maka imam tetap menghadap kiblat.
Para Sahabat Dzikir dan Do’a Bersama ?
عَنْ يَعْلَى بْنِ شَدَّادٍ قَالَ: حَدَّثَنِيْ أَبِيْ وَعُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ حَاضِرٌ يُصَدِّقُهُ قَالَ: كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: هَلْ فِيْكُمْ غَرِيْبٌ؟ يَعْنِيْ أَهْلَ الْكِتَابِ، فَقُلْنَا: لاَ يَا رَسُوْلَ اللهِ، فَأَمَرَ بِغَلْقِ الْبَابِ وَقَالَ: اِرْفَعُوْا أَيْدِيَكُمْ وَقُوْلُوْا لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، فَرَفَعْنَا أَيْدِيَنَا سَاعَةً، ثُمَّ قَالَ: اَللّهُمَّ أَنْتَ بَعَثْتَنِيْ بِهَذِهِ الْكَلِمَةِ وَوَعَدْتَنِيْ عَلَيْهَا الْجَنَّةَ وَأَنْتَ لاَ تُخْلِفُ الْمِيْعَادَ، ثُمَّ قَالَ: أَبْشِرُوْا فَقَدْ غُفِرَ لَكُمْ. رواه الإمام أحمد بسند حسنه الحافظ المنذري، والطبراني في الكبير وغيرهما.
“Ya’la bin
Syaddad berkata: “Ayahku bercerita kepadaku, sedangkan Ubadah bin al-Shamit
hadir membenarkannya: “Suatu ketika kami bersama Nabi SAW. Beliau berkata:
“Apakah di antara kamu ada orang asing? (Maksudnya ahlul-kitab).” Kami
menjawab: “Tidak ada, ya Rasulullah.” Lalu Rasul SAW memerintahkan agar
mengunci pintu. Kemudian bersabda: “Angkatlah tangan kalian dan ucapkan la
ilaha illlallah.” Maka kami mengangkat tangan kami beberapa saat. Kemudian
Rasul SAW berkata: “Ya Allah, Engkau telah mengutus aku membawa kalimat ini,
dan Engkau janjukan surga padaku dengan kalimat tersebut, sedangkan Engkau
tidak akan menyalahi janji.” Kemudian Rasul SAW bersabda: “Bergembiralah,
karena Allah telah mengampuni kalian.” (HR. al-Imam Ahmad dengan sanad yang
dinilai hasan oleh al-Hafizh al-Mundziri, al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir
dan lain-lain.
Dalam hadits
di atas, Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat membaca kalimat tauhid (la
ilaha illallah) bersama-sama. Lalu para sahabat pun mengucapkannya bersama-sama
sambil mengangkat tangan mereka. Kemudian Rasulullah SAW membacakan doa. Dengan
demikian, dzikir bersama sebenarnya memiliki tuntunan dari hadits shahih ini.
Ikhtitam
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: اَلدَّاعِيْ وَالْمُؤَمِّنُ فِي اْلأَجْرِ شَرِيْكَانِ. رواه الديلمي في مسند الفردوس بسند ضعيف.
“Dari Ibn
Abbas radhiyallahu ‘anhuma, berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang
berdoa dan orang yang membaca amin sama-sama memperoleh pahala.” (HR.
al-Dailami dalam Musnad al-Firdaus dengan sanad yang lemah).
Sumber:1.Al-Qur’an
Hadits 2.http://www.idrusramli.com
3.generasisalaf.wordpress.com
Jakarta 11/2/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar