ULAMA AKHIRAT PEWARIS
NABI ?
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَات
Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang memiliki ilmu beberapa derajat. (QS. Al-Mujadalah : 11)
"Dan demikian pula di antara manusia, binatang melata dan hewan ternak, terdiri dari berbagai macam warna. Sungguh yang benar-benar takut kepada Allah di antara hamba- hamba-Nya, hanyalah ula- ma; mereka yang berpengetahuan. Sungguh Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun. (Fathir [35]: 28).
Muqaddimah
Sejarah
perjuangan bangsa Indonesia merupakan bahan renungan yang amat berharga,
terutama sekali bagi kaum Muslim Indonesia. Sejak zaman prakebangkitan
nasional, disusul lagi dengan zaman pergerakan merintis kemerdekaan hingga era
Revolusi Fisik, selalu ditemukan orang-orang yang berani mempertaruhkan jiwa
dan raga untuk bangsa dan negaranya. Dengan menyimak sejarah itu, ternyata yang
menjadi tulang punggung perjuangan bangsa adalah orang-orang yang tidak hanya
berkemampuan pemikiran intelektual, melainkan cenderung pada manusia-manusia
takwa. Kesadaran mereka sebagai hamba Allah Tuhan Yang Mahaesa, mampu
menjadikannya ikhlas berkorban. Mereka tidak memperhitungkan untung rugi secara
matematis maupun ekonomis, melainkan penghayatan dan pengamalan terhadap
tuntutan agamanya secara intensif yang membuatnya ikhlas berkorban.
Dalam hal ini,
para ulama dan para kyai mempunyai pengaruh yang sangat besar. Terlebih karena
sifat pendidikan agama di pesantren, pondok atau madrasah yang mengarah pada
orientasi vertical kalangan santri kepada para gurunya – yanga dalam filosofis
diartikan harus di “gugu” dan di ”tiru” – menyebabkan pengaruh kewibawaan para
ulama dan kyai sangat besar. Karena itulah, dlam menjangkau perspektif
pembangunan politik di Indonesia dalam arti yang seluas-luasnya, para ulama
sangat berperan.
Seorang ulama merupakan orang-orang
yang diakui sebagai cendekiawan atau sebagai pemegang otoritas pengetahuan
agama Islam. Mereka adalah para imam masjid-masjid besar (agung), para hakim,
guru-guru agama pada universitas (perguruan tinggi Islam), dan secara umum
merupakan lembaga kelompok terpelajar atau kalangan cendekiawan yang memiliki
hak penentu atas permasalahan keagamaan.
Secara harfiah ulama berarti
"orang yang mengetahui" atau ilmuwan. Ulama Islam (disingkat ulama)
adalah orang yang mempunyai pengetahuan tentang ajaran-ajaran Islam, bersumber
dari Al Qur'an dan Al Hadist. Peranan Ulama dalam perjalanan penyebaran agama
Islam memiliki peran yang sangat penting, sehingga mereka mendapat sebutan
sebagai pewaris para Nabi. Peranan mereka sepanjang masa secara garis besar
sama, meskipun konsep dan pendekatan yang digunakan mengalami perbedaan.
Seseorang agar dapat disebut sebagai
ulama besar, berpengaruh dan disegani setidaknya harus memiliki beberapa
syarat, diantaranya: 1) Seorang ulama mempunyai pengetahuan yang luas dan
dalam, terutama yang menyangkut pengetahuan agama, tanpa mengabaikan penguasaan
pengetahuan umum; 2) Memperlihatkan kesalehan yang tinggi, tidak hanya dalam
ucapan, tetapi juga dalam perbuatan dan tingkah laku sehari-hari; 3) Mempunyai
keberanian untuk menegakkan segala yang hak dan melawan segala kebatilan.
Keberanian ini juga harus diperlihatkan dalam perbuatan dan tingkah laku
sehari-hari; 4) Mempunyai mood dan pengikut yang luas, baik yang berasal dari
madrasah atau pesantrennya sendiri, maupun dari luar, termasuk dari lingkungan
masyarakat; 5) Kadangkala popularitasnya dikaitkan pula dengan faktor
keturunan. Karena tidak jarang masyarakat memandang pengaruh seorang ulama dari
asal keturunannya. Meskipun hal kelima ini tidak harus mutlak, namun pandangan
masyarakat mengenai keturunan ulama, seperti habib, sayid, atau syekh atau
kiyai ikut memberi citra tertentu mengenai keulamaan seseorang.
Muhammadiyah dan
Nahdlatul Ulama ?
Dutch Islamic Policy ciptaan Snouck
yang mencoba menjauhkan umat Islam dari pengaruh politik, ternyata gagal.
Akibat sistem politik yang diarahkan untuk mematahkan peranan umat Islam dalam
bidang politik, ekonomi dan sosial, ditambah dengan dilancarkannya Politik
Pengkristenan dari imperialis Belanda menyebabkan respons dari umat Islam yang
berbentuk usaha perbaikan agama, ekonomi, politik dan sosial.
Di bawah situasi yang demikian, K. H. Ahmad Dahlan mengadakan perubahan
sistem pendidikan bangsa Indonesia. Masa perlawanan bersenjata telah berlalu.
Demikian pula system menyelenggarakan pendidikan dengan cara sederhana sambil
berperang perlu diakhiri. Untuk merealisasikan gagasan ini diperlukan wahana, yaitu Muhammadiyah (18 November 1912) yang
didirikan di Yogyakarta. Pesantren yang banyak didirikan dalam masa perang,
perlu ditingkatkan dengan system pendidikan yang teratur.
Kalangan ulama Jawa Timur memandang
perlu untuk meningkatkan organisasi Taswirul Afkar (1914). Dari hasil reorganisasinya
dibentuklah Nahdlatul Ulama (1926). NU
adalah gerakan dari ulama-ulama Islam di Indonesia yang dipelopori oleh K. H.
Hasyim Asy’ari dari Jombang, Jawa Timur. Sekalipun NU mempertahankan
“ortodoksi-ortodoksi” abad pertengahan, namun dalam konteks membangkitkan
semangat umat Islam, gerakan ini berhasil. Melalui lembaga-lembaga pendidikan
pondok pesantren, NU berhasil menanamkan semangat dan watak antikolonialisme.
Dengan berpegang teguh pada ajaran Islam dan memelihara semangat ahlus sunnah
wal jamaah, NU berhasil menggalang persatuan dan kesatuan umat Islam Indonesia.
Jasa Ulama Indonesia ?
1.
Peranan
Ulama dalam Usaha Melawan Pengaruh Penjajahan di Indonesia
Kehadiran ulama dalam masyarakat telah
diterima sebagai pelopor pembaharuan, dan pengaruh ulama pun semakin mendalam
setelah berhasil membina pesantren. Sepintas lalu ulama hanya terlihat sekedar
sebagai pembina pesantren, tetapi peranannya dalam sejarah cukup militan. Ulama
merupakan partnership para pengusaha dalam melawan usaha perluasan
kekuasaan asing di Indonesia. Dengan demikian, ulama memegang peranan
multifungsi, termasuk bidang politik dan militer. Hingga tiba pada suatu masa,
para ulama mencoba menggerakkan masyarakat dengan melalui waktu-waktu yang
sangat menguntungkan dalam pendidikan. Dicobanya mendidik masyarakat supaya
motifasinya bangkit kembali dibidang ekonomi perdagangan.
2.
Usaha-usaha
Penjajah dalam Menghadapi Kekuatan Umat Islam pada Masa Pendudukannya
1.
Dutch
Islamic Policy, salah
satunya yaitu dengan menciptakan ulama dan santri di desa-desa menjadi tuna
politik (depolitisasi). Politik ini dilakukan oleh penjajah Belanda.
2.
Mematahkan
ulama melalui tanam paksa adalah juga salah satu usaha penjajah Belanda, karena
ulama dan santri yang bermata pencaharian sebagai petani akan mudah dipatahkan
dengan penguasaan atas tanah. Walau usaha ini cukup berhasil melumpuhkan
perekonomian mereka, namun kekuatan perlawanan justru semakin menguat.
3.
Beberapa
usaha yang dilakukan oleh penjajah Jepang adalah dengan mengawasi pesantren,
menghambat tumbuhnya partai politik Islam, dan mengimbanginya dengan mendirikan
organisasi-organisasi bentukan Jepang.
Syarat yang Harus Dimiliki Ulama ?
Oleh karena itu seorang ulama harus memiliki syarat-syarat tertentu
diantaranya:
a) Memahami Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah
serta ulumuddin lainnya.
b) Memiliki kemampuan memahami situasi dan
kondi serta dapat mengantisipasi perkembangan masyarakat dan dakwah Islam.
c) Mampu memimpin dan membimbing umat dalam
melaksanakan kewajiban "Hablum min-Allah, Hablum min-annas dan Hablum
minal-'alam".
d) Mengabdikan seluruh hidup dan kehidupannya hanya
kepada Allah SWT.
e) Menjadikan pelindung, pembela dan pelayan
umat (Waliyul mukminin)
f) Menunaikan sgenap tugas dan
kewajibannya atas landasan iman dan taqwa kepada Allah SWT, dengan penuh rasa
tanggung jawab.
g) Berakhlak mulia, ikhlas, sabar, tawakal
dan istiqamah. Berkepribadian siddiq, amanah, fhatonah, dan tabliqh. Menunaikan
segala perkara yang dicinta dan meninggalkan segala perkara yang dibenci oleh Allah
SWT.
h) Tidak takut selain kepada Allah SWT
Fungsi dan Peran Ulama ?
Dalam buku Mencari Ulama Pewaris Nabi karangan Umar Hasyim menjelaskan
bahwa ada enam fungsi, peranan, dan tanggung jawab ulama diantaranya:
a).
Sebagai da’i penyiar agama islam
b).
Sebagai pemimpin rohani
c).
Sebagai pengemban amanah Allah
d).
Sebagai pembina ummat
e).
Sebagai penuntun ummat
f).
Sebagai penegak kebenaran
Tugas Ulama
Ulama adalah
ahli waris para Nabi, oleh karena itu, sesuai dengan tugas kenabian dalam
mengembangkan Al-Qur'an ada empet tugas utama yang harus dijalankan oleh ulama.
Pertama, menyampaikan ajaran Al-Qur'an sesuai dengan
firman Allah SWT, dalam surah Al-Maidah ayat 67 yang Artinya: “Hai
rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak
kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia[430]. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
[430]
Maksudnya: tak seorangpun yang dapat membunuh Nabi Muhammad s.a.w.
Kedua, menjelaskan ayat-ayat Al-Qur'an, sesuai dengan
firman Allah SWT, dalam surah al-Nahl ayat 44 yang Artinya:
“Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu
Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka[829] dan supaya mereka memikirkan”
[829] Yakni:
perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat dalam
Al Quran.
Ketiga, memutuskan perkara yang dihadapi masyarakat,
sesuai dengan fisman Allah SWT, dalam surah al-Baqarah ayat 213.
Ikhtitam
Para ulama adalah pewaris Nabi dan penerus tugas-tugasnya di dunia, yakni membawa kabar gembira, memberi peringatan, mengajak kepada Allah dan memberi cahaya.
Juga Para ulama adalah penjaga gawang moralitas dalam segala aspek kehidupan umat, termasuk moralitas para penguasa. "Allah telah membeli dari orang beriman jiwa raga dan harta mereka, supaya mereka beroleh taman surga. Mereka berperang di jalan Allah; mereka membunuh atau dibunuh. Itulah janji sebenarnya yang mengharuskan-Nya, dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an. Dan siapa yang lebih menepati janji daripada Allah? Bergembiralah dengan janjimu yang telah kamu berikan. Dan itulah kemenangan yang besar. Mereka yang bertobat kepada Allah, mereka yang mengabdi, mereka yang memanjatkan puji, mereka yang mengembara di jalan Allah; mereka yang rukuk, mereka sujud; mereka yang menganjurkan kebaikan dan mencegah kejahatan dan menjaga diri terhadap ketentuan-ketentuan Allah; sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman." (At-Taubah [9]: 111-112)
Para ulama adalah pewaris Nabi dan penerus tugas-tugasnya di dunia, yakni membawa kabar gembira, memberi peringatan, mengajak kepada Allah dan memberi cahaya.
Juga Para ulama adalah penjaga gawang moralitas dalam segala aspek kehidupan umat, termasuk moralitas para penguasa. "Allah telah membeli dari orang beriman jiwa raga dan harta mereka, supaya mereka beroleh taman surga. Mereka berperang di jalan Allah; mereka membunuh atau dibunuh. Itulah janji sebenarnya yang mengharuskan-Nya, dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an. Dan siapa yang lebih menepati janji daripada Allah? Bergembiralah dengan janjimu yang telah kamu berikan. Dan itulah kemenangan yang besar. Mereka yang bertobat kepada Allah, mereka yang mengabdi, mereka yang memanjatkan puji, mereka yang mengembara di jalan Allah; mereka yang rukuk, mereka sujud; mereka yang menganjurkan kebaikan dan mencegah kejahatan dan menjaga diri terhadap ketentuan-ketentuan Allah; sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman." (At-Taubah [9]: 111-112)
فَاسْألُوا أهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
Maka bertanyalah kepada orang ahlu dzikir (ulama) jika
kamu tidak mengetahui (QS. An-Nahl : 43)
الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُاْلأَنْبِيَاءِ
Ulama adalah ahli waris para nabi.(HR At-Tirmidzi)
Sumber.1.Al-Qur’an Hadits 2.http://www.jakarta.go.id
3.http://nieujik.blogspot.com
4.http://kitaabati.blogspot.com
jakarta 25/2/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar