MANUSIA DALAM PEMAHAMAN FILSUF
MUSLIM
A . Alasan Pemilihan Judul
Penulis membuat risalah ini dengan
judul”MANUSIA DALAM PEMAHAMAN FILSUF MUSLIM” Judul ini dipilih karena mempunyai
beberapa alasan , diantaranya:
1. Penulis ingin mengetahui
pemahaman para filsuf muslim tentang eksistensi manusia, asal kejadian , tujuan
hidup dan mati .
2. Beriman dan berpikir tentang
keberadaan manusia yang tertera dalam al-Qur’an adalah bisa menguatkan keimanan
, menanamkan kesadaran dan dapat mendorong ketaatan beragama .
3. Penulis sangat tertarik
dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia yaitu membangun manusia
seutuhnya . Oleh karena itu , judul diatas adalah sebagian dari sumbangan
pikiran tentang memahami penjabaran insane kamil .
4. Alam serta isinya diserahkan
penuh kepada manusia, agar memelihara dan memanfaatkannya sesuai dengan perintah
Tuhan . Guna mempertanggung jawabankan
penyerahan tersebut, maka manusia harus sadar kepada dirinya sebagai
khalifah-Nya di muka Bumi ini .
5. Judul di atas ditulis ,
karena sesuai dengan fakultas penulis yang sedang diketahui .
B. Perumusan Masalah
Manusia diciptakan oleh Allah SWT
hanya untuk mengabdi kepada-Nya, dengan menjalankan perintah-perintah dan
menjauhi larangan-larangan-Nya ,baik berhubungan dengan Khalik maupun makhluk .
Untuk mencapai tujuan tersebut , dia dibekali akal dan Muhammad saw diutus
untuk menerangkan agama islam kepadanya . Dengan Agama dan akal yang dimiliki
manusia, dia dapat melakukan amal shalih dengan kreatif menciptakan ilmu
pengetahuan dan teknologi sesuai dengan tuntutan zaman serta bergotong royong
dalam kebajikan .
Pengikut Muhammad saw, orang-orang
yang beriaman dan menyerahkan dirinya kepada Allah SWT, wajib meyakini bahwa
Al-Qur’an itu betul-betul datang dari-Nya. Sebagai realisasi keyakinan mereka
adalah melaksanakan rukun Islam .
Di dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat
yang menerangkan tentang manusia ,asal kejadian, tujuan hidup di dunia dan hari
pembalasan amal manusia .
Sementara , pemberitahuan Tuhan
melalui rasul-Nya kepada manusia Agama Islam dapat diimani oleh hati para
pemeluknya dan tidak sedikit manusia yang ingkar terhadap ayat-ayat Al-Qur’an .
Untuk menanggapi kekufuran mereka,
maka munculah beberapa filsuf muslim , seperti Al-Kindi, Ibnu Sina, Ibnu Bajah,
Ibnu Tufail , Ibnu Rusyd, Nasir Al Din Tusi , Muhammad Ibnu Zakaria Al Razi dll
: mereka berusaha memahami keyakinan dengan akal pikiran .
Sebagai umat Islam ada yang merasa
puas dengan beriman kepda teks ayat-ayat al-Qur’an saja sebagian ada yang
berusaha memahaminya dengan akal disamping beriman .
Sesuai dengan kemajuan zaman dan
perkembangan pemerintah manusia yang semakin canggih, penulis ingin menyajikan
tentang hakikat manusia menurut pemahaman para filsuf muslim .karena dewasa ini
, manusia sangat percaya dan menghiraukan
keterangan-keterangan Agama . Padahal akal itu terbatas :sejauh mana
manusia mampu memahami keberadaannya sebagai mahkluk Tuhan , untuk apa hidup di
dunia dan apa yang terjadi setelah
manusia dibangkitkan dari alam kubur ?
Pertnyaan diatas dapat dijawab ,
bila ajaran-ajaran agama islam dikaji kembali dengan mantap sebagaimana alim
ulama’ atau filsuf muslim . Ajaran agama islam akan tampak universalnya jika
dikaji ulang secara mendetail, sedang pemahaman filsuf muslim terhadap masalah
di atas akan diketahui pula jawabannya sesuai dengan kedalaman agama yang
dimilki masing-masing pada agama Islam . Bukankah para filsuf muslim itu
mempunyai ilmu pengetahuan agama Islam dan menguasai ilmu filsafat ? Keimanan
mereka sangat kuat dan tidak mudah dipengaruhi ileh tahayul-tahayul serta
kondisi sebagaimana perjalanan sejarah mereka .
C.Methode Penelitian dan Teknik Penulisan
Untuk mendapatkan bahan-bahan ini,
penulis memakai methode library reseach , yaitu dengan membaca buku-buku yang
ada kaitannya dengan permasalahn yang dibahas . Dari hasil bacaan tsb . ,
penulis menyeleksi dan mempadukan asumsi-asumsi ilmiah yang ada dalam
leteratul-teratur itu dengan analisis dan kajian sederhana dari penulis .
Selanjutnya penulis risalah ini
memakai teknik sebagaimana yang tercantum dalam buku karangan Prof. Dr. S .
Nasution dan Prof. Dr. N. Thomas “Petunjuk Penuntun Membuat Desertasi , Thesis
, Skripsi , Report dan paper “Hanya ada beberapa pengecualian , antara lain :
1.
Ayat-ayat Al-Qur’an tidak diberi foot note .
2.
Terjemahan ayat-ayat al-Qur’an , hadist dan
lain-lainnya diketiksatu spasi .
3.
Kutipan diberi bahasa Arab diterjemahkan dengan
memakai terjemahan bebas.
4.
Kutipan dari buku-buku yang berejaan lama
disesuaikan dengan ejaan baru yang disempurnakan .
D. Sistematika Pembahasan
Risalah ini disusun menjadi tiga bab
dan masing-masing bab terdiri dari beberapa pasal yang tertera sebagai berikut
:
Bab I
Menerangkan tentang al-Qur’an dan
filsafat yang ditinjau dari segi pemahaman ,
fungsi dan bagaimana al-Qur’an mendorong berfilsafat ?
Bab II
Menguraikan renungan filsuf terhadap
manusia yang meliputi : Pengerti , kejadian
manusia yang termaktub dalam Al-Qur’an dan dalam komentar filsuf muslim .
Menjelaskan
hubungan jiwa dan badan menurut uaraian para filsuf muslim dan aliran serbazat
serta serbaruh ; hidup dan mati menurut konsepsi al-Qur’an dan pandangan para
filsuf muslim .
Bab III
Bab terakhir hanya berisi
kesimpulan-kesimpulan dari bab-bab terdahulu dan beberapa saran dari penulis .
BAB I
BAB I
AL-QUR’AN
DAN FILSAFAT
A. Pemahaman Dan Fungsi AlQur’an
Ummat Islam
orang-orang yang telah mengikrarkan kalimat
al syahadatain wajib meyakini akan kebenaran Al-Qur’an itu datang dari
Tuhan Yang Maha Kuasa . AlQur’an adalah pandangan hidup bagi kaum muslimin
,yang telah ditulis di dalam
mushaf-mushaf , yang dimulai dengan surat
Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat
Al-Naas . Kandungan Al-Qur’an wajib diimani kebenarannya oleh setiap orang
Islam . Sebab beriman kepadanya adalah termasuk rukun iman yang ketiga .
Para
Ulama dan filsuf muslim juga beriman
kepada Al-Furqan sebagaimana kaum muslimin lainnya, namun ada perbedaan
di dalam memahami tekstualnya . Perbedaan ini, dikarenakan ayat-ayat Al-Qur’an
itu sendiri didapati kata-kata musytarak (punya arti lebih dari satu) dan juga
disebabkan perbedaan latar belakang mereka . Walau demikian, mereka tetap
dinamakan umat Islam .
Dewasa
ini, para ulama ‘ , intelektual muslim dan mahasisiwa dihadapkan keharusan
untuk dapat menemukan cara menanggulangi kepesatan sains . Paling tidak ,
bagaiman bisa mendapatkan cara memahami ayat-ayat Al-Qur’an itu agar diterima
oleh setiap orang Islam , baik yang awam maupun cendikiawan . Minimal menguasai
bahasa Arab dengan baik dan benar itu sebagai syarat bagi orang yang mau
memahami dan mendalam apa-apa yang tertera di dalam Al-Qur’an .
Untuk memahami
Al-Qur’an dengan mudah dan baik, maka diperlukan beberapa persyaratan dan pengetahuan tentang
macam-macam tafsir . Menguasai bahasanya dan ilmu-ilmu yang berkaitan , itu
minimal persyaratan bagi yang ingin memahami dan mendalami kandungan Al-Qur’an
. Ahli ilmu yang bijaksana telah membagi
3 macam tafsir di antaranya:
1.
Al-Tafsir bi al al Riwayah , inilah yang
dinamakan Al tafsir Al Naql
(menggunakan ayat dengan ayat) atau Al
Tafsir Al Maktsur (menggunakan
Hadist ) .
2.
Al Tafsir bi Al Dirayah , inilah yang dinamakan
Al Tafsir Al Ra’yi
( memakai akal /ijtihad).
3.
Al Tafsir bi Al Isyarah , Ulama’ menamakan
tafsir Isyari (mengungkap dengan cara kerohanian atau kebatinan) .[1]
Pesyaratan dan macam-macam tafsir di atas
untuk mengadakan pendekatan
kepada pengertian Al-Qur’an , maka tafsir
tersebut bisa dikatakan sebagai usaha yang merangkum definisi Al-Qur’an . Ali
Al Shabui mendefinisikannya sebagai berikut:
Al-Qur’an adalah firman Allah yang
mu’ziz , diturunkan kepada pengakhir para nabi dan pengakhir para rasul dengan
melalui malaikat Jibril al Amin as. , ditulis pada mushaf-mushaf , yang kita
terima dengan jalan mutawatir , membacanya sebagai ibadah, dimulai dengan surat al Fatihah dan diakhiri dengan surat al Naas .[2]
Dari ayat diatas , Al Faabi
berpendapat :
Al Qur’an menunjukan kepada
bemacam-macam samiyat seperti Tablet dan
Pena . .
. . bahwa hal-hal ini hendaknya jangan
dimengerti secara harfiah, karena pena bukanlah alat untuk menulis, demikian
pula tablet ia bukanlah halaman tempat mencatat kata-kata , tetapi keduanya itu
hanyalah symbol ketetapan kelestarian .[3]
Pandangan ini menunjukan bahwa
memahami ayat-ayat Al-Qur’an itu
diperbolehkan , yang tidak hanya berpegangan dengan lahir arti/ ma’na saja
selama tidak bertentangan dengan kaidah bahasa Arab . Mungkin pembolehan ini
dikaitkan denga pengertian ta’wil atau tafsir . . sebagai contoh , pengertian
tahta dan kursi Tuhan , Ibnu Sina mengartikan kata-kata tersebut sebagai
berikut :
. . . Tahta dan kursi Tuhan adalah
symbol lingkungan Shalat bukanlah sekedar gerakan fisik , tetapi bertujuan
meniru dunia langit . . . .[4]
Demikianlah kedua fisuf muslim di
atas sama-sama berusaha memahami ayat-ayat Al-Qur’an tidak hanya berpegang pada
dzahir ayat, akan tetapi mengartikan ayat tersebut sesuai dengan ijtihadnya .
Pendapat di atas tidak bertentangan dengan Al-Qur’an , sebab banyak didapati
ayat-ayat yang menerangkan agar manusia berpikir, seperti kata-kata al tafakkur
, al tadabbur , dan al aql . Ijtihad di atas identik dengan pengertian alTafsir
bi al ra’yi sebagaimana dihalaman muka . Jadi pemahaman terhadap ayat Al Qur’an
itu bisa dilakukan dengan penafsiran bi al matsur , al ra’yi atau penafsiran al isyari .
Nabi Muhammad saw diutus oleh Allah
SWT agar menyampaikan wahyu yang telah di terima kepada seluruh umat manusia
yang telah beriman atau belum . Dengan petunjuk ayat-ayat AlQur’ab , manusia
akan mengetahui bagaimana cara berhubungan dengan Tuhannya dan apa yang akan
dilakukan dengan sesamanya (alam semesta) . Karena Al Qur’an itu sebagai firman
Allah SWT yang mutlak kebenaranNya, maka disuruhlah Muhammad saw menjelaskan
kepada umatnya terhadap ayat-ayat yang belum jelas maksudnya, dengan melalui
keterangan sunahnya yang mutawatir atau shahih . Disamping tugas beiau di atas
, manusia telah dianugrahi akal untuk membaca dan memikirkan apa yang tertera
dalam al Qur’an dan tanda-tanda kebesaran Tuhan lainnya .
Al Qur’an adalah suatu ajaran yang
mengandung peringatan , bacaan , penjelasan bagi orang-orang yang mau
menggunakan akal . Banyak manusia yang terperdaya dengan keindahan dunia ,
sehingga menyia-nyiakan waktu hanya untuk mencari kekayaan belaka, menuruti hawa nafsu saitan, maka
Al Dzikrullah sebagai penasihat mereka; manusia senantiasa sibuk
menjalankan pekerjaan masing-masing sebagai pelayan tukang becak , pedagang ,
menteri atau presiden sehingga lupa
dengan khaliknya, maka disuruhlah manusia membaca Al Qur’an agar pekerjaan
mereka memiliki nilai ibadah; pengetahuan manusia terbatas dan berbeda , maka bagi yang
pengetahuan mengerti wajib menjelaskan kepada yang belum paham . Dengan
demikian , fungsi Al Qur’an adalah khusus untuk memberitahukan bagaimana
beribadah kepada pencipta segala sesuatu dan menguatkan dan kenegaraan yang
diridhaiNya.
Jika paham-paham ilmu kalam ditelaah,
maka didapatilah beberapa pendapat tentang memahami fungsi Al Qur’an bagi hamba
Tuhan .Pendapat mereka hanya berbeda dalam meletakkan tingkatan Al Qur’an
sebagai dalil atau akal yang digunakan untuk memahami ommateri , maka Al Qur’an
mempunyai fungsi informasi dan jika akal berpikir tentang dunia emperis , maka
Al Qur’an memiliki fungsi konfirmasi . Untuk lebih jelasnya akan perbedaan
paham-paham tersebut , perhatikanlah penjelasan kaum teolog dibawah ini :
. . . . diperoleh kesan bahwa wahyu
bagi kaum mu’tazilah lebih banyak mempunyai fungsi konfirmasi dari pada fungsi
informasi .[5]
. . . . dalam pendapat aliran
Asy’ariyah wahyu mempunyai fungsi yang banyak sekali . wahyu boleh dikatakan
menentukan segala hal . Sekiranya wahyu tidak ada , manusia akan bebas apa saja
yang dikehendakinya , dan sebagai akibatnya masyarakat akan berada dalam
kekacauan .[6]
Aliran
Maturidiah , wahyu bagi cabang Samarkand mempunyai fungsi yang lebih kurang
dari pada wahyu dalam faham Bukhara .Wahyu bagi golongan pertama perlu hanya
untuk mengetahui kewajiban tentang baik dan buruk , sedang dalam pendapat
golongan kedua, wahyu perlu untuk mengetahui kewajiban-kewajiban manusia.[7]
Berdasarkan keterangan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa wahyu ditinjau dari segi berfungsi sebagai konfirmasi .
Jadi para teolog Islam sama-sama menggunakan Al Qur’an atau akal dalam memahami
konteks atau ayat-ayat Al Qur’an , hanya saja ada tingkatan masing-masing dalam
menggunakan akal pikiran , ada yang berani dan takut . Berani dalam arti banyak
menggunakan akal pikiran dalam mengiterprestasikan ayat-ayat al Qur’an , sedang
takut berarti sedikit sekali menggunakan
akal, artinya lebih banyak menerima ayat-ayat tersebut dengan memahami konteks
ayat-ayatnya .
B. Pandangan Al Qur’an Terhadap Filsafat Islam
Di atas telah diterangkan bahwa
Ayat-ayat Al Qur’an mempunyai fungsi informasi dan konfirmasi . Manusia bisa
membaca bagaiamana Allah SWT menjadikan ala mini serta isinya . Kebanyakan
Ulama’ mencari keterangan atau jawaban dari Al Qur’an , biala ditanya tentang
cara beribadah atau metafisik, sedangkan para filsuf berusaha untuk memahami
keyakinan yang telah diterima( rukun iman) dengan akal pikiran dalam rangka
mengokohkan keyakinan tersebut tanpa melanggar ketentuan Agama, Allah SWT dan rasulnya
. Agar lebih jelas hubungan antara Al Qur’an dan filsafat Islam , maka baiklah
kita perhatikan ayat-ayat Al Qur’an di bawah ini :
ô`¨Br& t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur tAtRr&ur Nà6s9 ÆÏiB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB $uZ÷Fu;/Rr'sù ¾ÏmÎ/ t,ͬ!#ytn V#s 7pyfôgt/ $¨B c%2 óOä3s9 br& (#qçGÎ6.^è? !$ydtyfx© 3 ×m»s9Ïär& yì¨B «!$# 4 ö@t/ öNèd ×Pöqs% tbqä9Ï÷èt ÇÏÉÈ
Atau
siapakah yang Telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu
dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan
indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? apakah
disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? bahkan (sebenarnya) mereka adalah
orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).(QS.An-Naml:60)
öNs9urr& (#rã©3xÿtGt þÎû NÍkŦàÿRr& 3 $¨B t,n=y{ ª!$# ÏNºuq»uK¡¡9$# uÚöF{$#ur $tBur !$yJåks]øt/ wÎ) Èd,ysø9$$Î/ 9@y_r&ur wK|¡B 3 ¨bÎ)ur #ZÏVx. z`ÏiB Ĩ$¨Z9$# Ç!$s)Î=Î/ öNÎgÎn/u tbrãÏÿ»s3s9 ÇÑÈ
Dan Mengapa mereka tidak memikirkan tentang
(kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada
diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang
ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar
akan pertemuan dengan Tuhannya.(QS.Ar-Rum:8)
Demikian
ayat-ayat di atas telah menyuruh kepada manusia untuk berfikir tentang Tuhan
dan Makhluk-Nya; siapakah Tuhan itu, bagaimana alam diciptakan , benarkah
manusia akan kembai kepada Penciptanya ? Pertanyaan-pertanyaan tersebut
membutuhkan jawaban yang ma’qul dan dalil Agama.
Plato
(427-347 SM) , ia seorang filsof Yunani yang termashur mengatakan , bahwa
filsafat filsafat adalah pengetahuan yang ada dan Al Farabi , fisof muslim
terbesar sebelum Ibnu Sina mengatakan , bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan
tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakekat yang sebenarnya . Jadi
obyek filsafat mencakup materi mauoun immateri . Membawa tentang filsafat Islam
tidaklah bisa dipisahkan denga pembahasan terhadap pengertian filsafat , obyek
dan islam itu sendiri .
Para
filsof muslim memahami keyakinan Agama, eksestensi Tuhan, kejadian alam beserta
isinya dll, dengan akal pikiran mereka, guna mengkokohkan dan menangkis
tuduhan-tuduhan bahwa Islam adalah Agama dogmatis dari non muslim . Sehingga
apa saja yang telah diyakini itu menjadikuat dan mantap .
Tokoh-tokoh yang mempelopori
dibidang filsafat Islam adalah Al-Kindi , Al- Farabi , Ibnu Sina , Al- Ghazali
, Ibnu Thaufail dan Ibnu Rusyd. Dengan demikian , filsafat Islam yang tekah
dipelopori para filsuf muslim di atas adalah sangat relavan dengan ayat-ayat
al-Qur’an yang telah menyuruh untuk berfikir tentang sesuatu yang ada .
BAB II
RENUNGAN FILSUF MUSLIM TERHADAP MANUSIA
A. Pengertian dan Kejadian Manusia
Tuhan adalah sang pencipta segala
sesuatu , alam serta isinya dan makhluk yang berakal . Dengan kelebihan akal,
manusia memperoleh martabat yang paling tinggi di antara makhluk lainnya.
Kebudayaan yang telah diciptakan manusia semenjak nabi Adam as. Sampai sekarang
semakin berkembang . Dulu , manusia masih berangan-angan bagaimana bisa terbang
seperti burung dan bagaimana pula dapat menyelam di dalam air sebagaimana ikan
dll . Sekarang , terpenuhilah keinginan mereka, mempu terbang sampai di bulan
dan bisa berada di dalam air dll .
Manusia , karena keberanian dan
akalnya bersedia menerima amanah Allah SWT., memelihara dan menjalankan
perintah atau larangan-Nya sebagai khalifah di muka Bumi . Karya dan kesedian
di atas menunjukan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia di sisi Tuhan
.
Sementara , manusia masih sulit memastikan
siapa sebenarnya , darimana dan mau kemana dirinya. Sedangkan , dia bisa
menciptakan teknologi yang canggih . Tidaklah mudah menjawab pertanyaan
tersebut , sebab ia terbatas dengan kemampuan yang dimiliki . Tetapi dia
dikaruniai akal dan Tuhan telah mengutus rasul-Nya untuk menerangkan
firman-firman-Nya kepada manusia . Sepanjang sejarah , manusia tidak kenal
menyerah dan selalu siap menjawab tantangan apapun ,termasuk pertanyaan di
atas, baik dengan pengetahuan agama maupun pengetahuan umum atau sains .
Adinegoro mendefinisikan manusia di
dalam bukunya “ Ensiklopedia Umum Bahasa Indonesia “ demikian:
Manusia adalah alam kecil sebagian
dari alam besar yang ada di atas Bumi , sedangkan makhluk yang bernyawa , sebagian
dari bangsa Antropomorphen , binatang yang menyusui , akan tetapi makhluk yang
mengetahui ke alamnya , yang mengetahui dan dapat menguasahi kekuatan-kekuatan
alam , di luar dan di dalam dirinya (lahir dan batin) .[8]
Menurut
kajian ilmu , manusia sebagai individu terdiri dari sel-sel daging,
tulang,saraf,
darah, dan lain-lain (materi ) yang
membentuk jasad . Pertemuan zat ayah dan ibu membentuk janin (embrio) dalam
rahim ibu yang tumbuh secara evolusi . Setelah janin itu sempurna , ia lahir
sebagain bayi .[9]
Prof . Abbas Mahmud El- Aqqad
mendefinisikan sebagai berikut :
Manusia adalah makhluk yang
bertanggung jawab , yang diciptakan dengan sifat-sifat ketuhanan .[10]
Dari tiga definisi di atas, dapatlah
disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang bernyawa , terdiri dari beberapa
organ tubuh dan sadar akan bertanggung jawab kepada pencipta ala mini, apa yang
telah dikerjakan .
a.
Menurut al-Qur’an
Setelah diketahui definisi dan
kejadian manusia di atas, maka baiklah kita perhatikan ayat-ayat- al-Qur’an
yang menyinggung tentang manusia, dari mana asalnya , sebagai berikut:
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# (#qà)®?$# ãNä3/u Ï%©!$# /ä3s)n=s{ `ÏiB <§øÿ¯R ;oyÏnºur t,n=yzur $pk÷]ÏB $ygy_÷ry £]t/ur $uKåk÷]ÏB Zw%y`Í #ZÏWx. [ä!$|¡ÎSur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# Ï%©!$# tbqä9uä!$|¡s? ¾ÏmÎ/ tP%tnöF{$#ur 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. öNä3øn=tæ $Y6Ï%u ÇÊÈ
Hai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu.(QS.An-Nisa’:1)
[263] maksud dari padanya menurut Jumhur Mufassirin
ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat
Bukhari dan muslim. di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah
dari unsur yang serupa yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan.
[264] menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka
menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama
Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu
dengan nama Allah.
üÏ%©!$# z`|¡ômr& ¨@ä. >äóÓx« ¼çms)n=yz ( r&yt/ur t,ù=yz Ç`»|¡SM}$# `ÏB &ûüÏÛ ÇÐÈ
Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan
sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.(QS.As-Sajadah:7)
øÎ)ur tA$s% y7/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) 7,Î=»yz #\t±o0 `ÏiB 9@»|Áù=|¹ ô`ÏiB :*yJym 5bqãZó¡¨B ÇËÑÈ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari
tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk,(QS.Al-Hijr:28)
#sÎ*sù ¼çmçF÷§qy àM÷xÿtRur ÏmÏù `ÏB ÓÇrr (#qãès)sù ¼çms9 tûïÏÉf»y ÇËÒÈ
Maka apabila Aku Telah menyempurnakan
kejadiannya, dan Telah meniup kan
kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud[796].(QS.Al-Hijr:29)
[796] dimaksud dengan sujud di sini bukan
menyembah, tetapi sebagai penghormatan.
Demikian
ayat-ayat al Qur’an di atas telah memberi informasi kepada kita , bahwa
keberadaan manusia adalah kehendaka Allah SWT, menciptakan Adam as dari tanah liat
dengan sebaik-baik bentuk , lalu ditiupkanlah ruh ciptaan-Nya kepada Nabi Adam
as . Setelah kejadian Adam as selesai sempurna , maka Allah menjadikan
pendamping yaitu Hawa’ dan dari keduanya berkembang biaklah laki-laki dan
perempuan yang banyak sebagaimana sekarang . Agar lebih jelas keterangan
ayat-ayat diatas , baiklah kit abaca pendapat mufassirin , di antaranya :
Ibnu Katsir , ahli mufassir yang
terkenal dengan tafsir bi al ma’tsur , munafsiri ayat 1 surat An Nisa’ sebagai berikut :
. . . Adam as dan Hawa’ asa yang dijadikan tulang
rusuk Adam yang sedang tidur, ketika ia bangun , terlihatlah Hawa’ as yang
sangat menabjukan , lantas Adam lupa tentang diri Hawa’ dan iapun lalai dengan
Adam keturunan dari keduanya berkembang biak menjadi banyak baik laki-laki
maupun perempuan . . . .[11]
Muhammad bin Husain bercerita kepada
Ibnu Jarir; Ahamad bin Mufazdal bercerita kepada kami (Jarir al Thabari ) , dia
berkata : ‘ Assad mengatkan kepada kami , dari al Sada’i : Adapun Ia
menjadikan kamu sekalian dari jiwa yangsatu , dari Adam as.[12]
. . . Aku (Allah ) bawakan kepada
Adam ruh yaitu bikinanku, lantas menjadi manusia yanghidup ; para maliakat
menjatuh diri bersujud kepadanya sebagai penghormatan bukan sebagai ibadah .
Berkatalah para mufassir “ Bahwasanya izhafah ruh Adam kepada Yang Maha Suci
itu atas dasar kemuliaan ruh tersebut .[13]
Jelaslah keterangan-keterangan para
mefassir di atas, bahwa manusia yang
disebut di surah An Nisa’ adalah Adam as, manusia pertama yaitu
kata-kata min nafsin waakhidah dan ruh adalah bikinan Allah SWT yang
telahditupkan kepada Adam as setelah menjadi manusia sempurna .
Allah SWT telah menerangkan kejadian
asal manusia pertama yaitu Abul Basr, Adam as sebagaimana ayat-ayat yang telah
dibahas di halaman muka . Adapun ayat-ayat adalah anak cucu adam as adalah
sebagaimana tercantum di bawah ini:
¢OèO @yèy_ ¼ã&s#ó¡nS `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ä!$¨B &ûüÎg¨B ÇÑÈ
Kemudian dia menjadikan keturunannya dari
saripati air yang hina.(QS.As-Sajadah:8)
óOs9r& à7t ZpxÿôÜçR `ÏiB %cÓÍ_¨B 4Óo_ôJã ÇÌÐÈ
Bukankah dia dahulu setetes mani yang
ditumpahkan (ke dalam rahim),(QS.Al-Qiyamah:37)
¼çm¯Rr&ur t,n=y{ Èû÷üy_÷r¨9$# tx.©%!$# 4Ós\RW{$#ur ÇÍÎÈ
Dan bahwasanya dialah yang menciptakan
berpasang-pasangan pria dan wanita.(QS.An-Najm:45)
Dari
ayat-ayat di atas , biasa disimpulkan bahwa kejadian keturunan Adam as adalah
diciptakan dari air mani laki-laki yang bercampur dengan istrinya dengan
kehendak Allah SWT . Perbedaan Adam as dengan keturunannya adalah terletak pada
proses kejadian,Adam as tanpa ibu bapak , sedang anak cucunya memepunyai ibu
bapak , kecuali nabi Isa as.
b.Komentar Filsuf Muslim
Kejadian manusia pertama atau anak
cucunya adalah diciptakan oleh Allah SWT dari tanah dan ditiupkan ruh buat-Nya
kepadanya setelah berbentuk sempurna sebagaimana ayat-ayat al Qur’an . Jadi
keterangan ini mencakup asal usul manusia adalah dari Tuhan yang mengalami
prose salami/ sunnah Allah dan apa yang dapat dilihat itulah lahirlah bentuk
manusia , jasmani dan rohani . Ruh atau jiwa manusia menurut Islam adalah
urusan Tuhan , namun para filsuf muslim berusaha menerangkan sifat-sifat ruh
itu sendiri . Tapi yang jelas , ruh menurut mereka adalah datang dari Tuhan
Yang Maha Kuasa . sifat-sifat jiwa, maka perhatikan pendapat-penadapat par
filsuf muslim di bawah ini :
Menurut al Kindi roh tidak tersusun
(basittah, simple, sederhana ) tetapi mempunyai arti penting , sempurna dan
mulia. Subtansinya (al Jauhar) berasal dari subtansi Tuhan . Hunungannya denga
Tuhan sama dengan hubungan cahaya dengan matahari .[14]
Menurut Ibnu Sina jiwa manusia
merupakan satu unit yang tersendiri yang mempunyai wujud terlepas dari badan .
Jiwa timbul dan tercipta tiap kali ada badan , yang sesuai dan dapat menerima
jiwa , lahir di dunia ini .[15]
Al-Farabi , ia terkenal dengan
filsafatnya tentang akal yang sepuluh , mengatakan darimana roh itu datang dan
mempunyai daya apa, ungkapnya sebagai berikut:
Akal X juga berfikir tentang Yang
Mah aSatu dan tentang dirinya sendiri .
Tetapi di sini berhentilah wujud akal . Yang dipancarkan akal X ialah roh-roh
dan benda-benda yang ada di bawah bulan . . . . Roh manusia juga timbul sebagai
pancaran dari Yang Maha Satu . Sama
dengan Aristoteles ia juga berpendapat bahwa roh manusia mempunyai daya-daya,
makan (al ghaziah) , memelihara (al murbbiah) dan berkembang (al-muwallidah)
tersimpul dalam daya gerak (al-mubarrikah).[16]
Komentar-komentar para filsuf muslim
di atas tentang kejadian roh manusia, dapat dipahami bahwa roh atau jiwa datang
dari Tuhan sebagaimana hubungan cahaya dengan matahari . Roh-roh manusia banyak
sekali sebagaimana adanya jasmani manusia dan memiliki daya-daya, makan,
memelihara ,dan berkembang . Walau roh-roh manusia itu seperti hubungan cahaya
dengan matahari , bukan berarti sama antara Tuhan dengan manusia. Tuhan adlah
pencipta Yang Maha Esa dan tidak ada yang menerupai-Nya dalam segala hal.
Diatas , Al-Kindi menyatakan bahwa roh manusia bagaikan hubungan cahaya dengan
matahari , akan tetapi dia tetap mempunyai keyakinan bahwa Tuhan itu Esa.
Disamping keesaan Tuhan , al-Kindi menekankan
ketidak samaan-Nya (Mukhalafah) dengan pencipta . Ia mengatkan bahwa Tuhan
hanya dapat dilukiskan dengan negasi, dan bahwa esensi-Nya itu mencoba untuk
mengetahui apa yang bukan Dia itu, tetapi tidak pernah apa Dia itu .[17]
Jadi , pandangan –pandangan para
filsuf muslim tentang roh manusia itu, adalah sama sekali tidak menyamakan
Tuhan dengan makhluk-Nya dan kekal-Nya Khalik tidak sama dengan selain Dia . Bukankah mereka meyakini
kebenaran ayat-ayat al-Qur’an secara utuh, seperti firman Allah:Dan tidak ada
seorang pun yang setaradengan Dia?
B.
Hubungan Jiwa dan Badan
Ketika kita terasa haus, lapar atau
rindu dengan orang tua . kita ingin cepat-cepat menghilangkan persaan-perasaan
tersebut . Keinginan atau perasaan di atas menjadi hilang , tatkala kita minum,
makan atau menemui orang tua . Secara tiba-tiba , perut kita sakit ; siapakah
yang merasakan sakit? Mungkin jasmani atau jiwa yang sakit. Kita tidak dapat
mengelak bahwa jiwa dan jasmani akan merasakan sesuatu kegembiraan atau
sebaliknya , bila ada reaksi dari dalam atau dari luar. Umpamanya, jika badan
kekurangan zat-zat makanan , badan akan menjadi lemas atau sakit dan pada detik
itu pula jiwa ikut serta merasakannya .
Keterangan di atas menunjukan bahwa
hubungan jiwa dan badan sangat erat bila ada akibat dari dalam maupun luar
terhadap diri seseorang . Prof . DR. Hamka menerangkan hubungan jiwa dan badan
dalam tubuhnya “Tasawuf Modern” demikian :
. . . Kesehatan jiwa dan kesehatan
badan . kalau jiwa sehat, dengan sendirinya memancarlah bayangan kesehatan itu
kepada mata , dari sana
memancar nur yang gemilang , timbul dari sukma yang tiada sakit . Demikian juga
kesehatan badan, memebukakan , mencerdasakan akal, menyebabkan juga kebersihan
jiwa . Kalau jiwa sakit , misalnya ditimpa penyakit marah , penyakit duka ,
penyakit kesal, terus dia membayang kepda badan kasar, tiba-tiba di mata merah,
di badan gemetar,. Dan kalau badan ditimpa sakit , jiwapun ikut merasakan ,
pikiran tidak berjalan lagi , akalpun tumpul .[18]
Dari ungkapan diatas , jelaslah
manusia memiliki badan beserta unsure-unsurnya dan jiwa. Dengan demikian, jika salah satu menggerakkan
daya masing-masing , terlihatlah atau terasalah hubungan jasmani dan jiwa itu
sangat erat . Bagaimana pandangan para filsuf muslim terhdap hubungan jiwa dan
badan, dan bagimana pula pendapat aliran serbazat dan serbaruh? BERSAMBUNG
[1] Muhammad
Ali al Shabuni , Al Tibyan Ulum Al Qur’an cetakan II ,1980 , hlm . 63.
[2] Muhammad
Ali al Shabuni , Ibid. , hlm . 6.
[4] Ibid . , hlm . 79.
[5] Harun
Nasution , Teologi Islam, Yayasan Universitas Indonesia , Cetakan II , hlm . 100
.
[6] Loc cit,
hlm . 100.
[7] Ibid .
hlm 100 .
[8] Drs.
Syahmin Zaini , Mengenal Manusia lewal
al-Qur’an , Bina Ilmu , Surabaya
, 1984, hlm 5 .
[9] Drs.
Sidi Gazalba , Ilmu Filsafat , dan Islam
tentang manusia dan agama , Bulan Bintang , Jak, 1985
hlm10 .
[10] Drs.
Syahmin Zaini , op Cit. , hlm 6 .
[11] Ibnu
Katsir , Mukhtashar tafsir , ibnu katsir , iktishar wa takhqiq Muhammad Ali al
Shabuni, Daar al Qur’an Karim , Jerman Barat , 1936 H, hlm 354 .
[12] Ahmad
Ali Muthafa al Maraghi , tafsir al Maraghi Jilid empat, Mesir , hlm .175 .
[13]
Muhammad Ali al Shabuni , Shafwah al Tafaasir , Dar al Qur’an al Karim ,
Bairut, 1981, hlm . 108-109 .
[14] Prof.
Dr. Harun Nasution , Filsafat &Mistisme dalam Islam , Bulan Bintang ,
Cetakan ketiga, Jakarta,
h
17.
[15] Ibid , hlm 37 .
[16] Prof.
Dr. Hrun Nsution , Filsafat Agama , Bulan Bintang , Cetakan Ke- 5, Jakarta, hlm
82.
[17] George
N. Atiyeh, Al-Kindi Tokoh Filsof Muslim , Diterjemahkan Kasidjo dan Disunting
Armahedi Mahzar, Pustaka Bandung , Cetakan I, 140 H-1983 M, hlm 63 .
[18] Prof .
Dr. Hamka, Taswuf Modern, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1983, hlm . 106 .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar