“Peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia
dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. Dan sampaikanlah berita
gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka
disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya..” (QS.
Al-Baqarah : 24-25).
Mengimani Surga
Salah satu di antara pokok keyakinan Ahlus Sunnah wal
Jama’ah adalah mengimani keberadaan Surga (Al Jannah) dan Neraka (An Naar).
Salah satunya berdasarkan firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Peliharalah
dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi
orang-orang kafir. Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman
dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya..” (QS. Al-Baqarah : 24-25).
Mengimani surga dan neraka berarti membenarkan dengan pasti
akan keberadaan keduanya, dan meyakini bahwa keduanya merupakan makhluk yang
dikekalkan oleh Allah, tidak akan punah dan tidak akan binasa, dimasukkan ke
dalam surga segala bentuk kenikmatan dan ke dalam neraka segala bentuk siksa.
Juga mengimani bahwa surga dan neraka telah tercipta dan keduanya saat ini
telah disiapkan oleh Allah ta’ala. Sebagaimana firman Allah Ta’ala mengenai surga
(yang artinya), “..yang telah disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (QS.
Ali Imran : 133), dan mengenai neraka (yang artinya), “..yang telah disediakan
untuk orang-orang yang kafir.”(QS. Ali Imran : 131). Oleh karena itulah, Al
Imam Abu Ja’far Ath Thahawi (wafat 321 H) menyimpulkan dalam Al ‘Aqidah Ath
Thahawiyah, “Surga dan neraka adalah dua makhluq yang kekal, tak akan punah dan
binasa. Sesungguhnya Allah telah menciptakan keduanya sebelum penciptaan
makhluq lain”
Surga dan Kenikmatannya
Allah Ta’ala telah menggambarkan kenikmatan surga melalui
berbagai macam cara. Terkadang, Allah mengacaukan akal sehat manusia melalui
firman-Nya dalam hadits qudsi, “Kusiapkan bagi hamba-hambaKu yang sholih (di
dalam surga, -pen), yaitu apa yang tak pernah dilihat mata, tak pernah didengar
telinga, dan tak pernah terlintas dalam hati semua manusia”, kemudian Rasulullah
shallallaahu alaihi wa sallam bersabda: “Bacalah jika kalian mau, ‘Tak
seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang’ (QS.
As-Sajdah : 17)”[3]. Di tempat lain, Allah membandingkan kenikmatan surga
dengan dunia untuk menjatuhkan dan merendahkannya. Rasulullah shallallaahu
alaihi wa sallam bersabda, “Tempat cemeti di dalam surga lebih baik dari dunia
dan seisinya”.[4] Kenikmatan surga juga Allah Ta’ala gambarkan dengan menyebut
manusia yang berhasil memasuki surga dan selamat dari adzab neraka, sebagai
orang yang beroleh kemenangan yang besar. Sebagaimana Allah Ta’ala firmankan
(yang artinya), “Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah
memasukkannya ke dalam surga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang
mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar” (QS. An-Nisaa’ :
13)[5] Berikut ini akan kami pilihkan beberapa sifat dan kenikmatan yang ada di
dalam surga secara ringkas. Semoga Allah mudahkan langkah kita dalam menggapai
surgaNya.
Makanan Penghuni Surga
“Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging
burung dari apa yang mereka inginkan.” (QS. Al Waqi’ah : 20-21). Adapun
buah-buahan surga adalah sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Ta’ala (yang
artinya), “Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka
mengatakan : ‘Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.’ Mereka diberi
buah-buahan yang serupa” (QS. Al Baqarah : 25). Syaikh As Sa’diy rahimahullah
menjelaskan keserupaan dalam ayat diatas dengan, “Ada yang berpendapat serupa
dalam hal jenis, namun berbeda dalam penamaan, ada pula yang berpendapat saling
menyerupai satu sama lain, dalam kebaikannya, kelezatannya, kesenangannya, dan
semua pendapat tersebut benar.”
Minuman Penghuni Surga
“Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari
piala (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur, (yaitu) mata air
(dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat
mengalirkannya dengan sebaik-baiknya” (QS. Al Insan : 5-6). Ibnu Asyur
menjelaskan mengenai kafur “Yaitu minyak yang keluar dari tanaman mirip oleander
yang tumbuh di negeri Cina, ketika usianya telah mencapai satu tahun mengalir
dari dahannya minyak yang disebut kafur. Minyak tersebut kental, dan apabila
bercampur dengan air jadilah ia minuman memabukkan”[13]. Oleh karena itu,
“ka’san” dalam ayat ini maksudnya ialah piala yang biasa menjadi wadah khamr,
sebagaimana dijelaskan dalam Tafsir Jalalain. Kata “ka’san” ini juga dipakai
dalam ayat, “Di dalam syurga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang
campurannya adalah jahe” (QS. Al Insan : 17) dan maksudnya ialah minuman arak
yang telah bercampur jahe, karena bangsa Arab dahulu biasa mencampur arak
dengan jahe untuk menghilangkan bau busuk yang timbul darinya.
Sifat Khusus Penghuni Surga di Dunia
ademAllah Ta’ala berfirman:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى
النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى. فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya
dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah
tempat tinggal(nya).” (QS. An-Nazi’at: 40-41)
Dari Ubadah bin Ash-Shamit radhiallahu ‘anhu dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى
عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ
وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ
مِنْ الْعَمَلِ
“Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang
berhak kecuali Allah satu-satunya dan tiada sekutu bagi-Nya dan bahwa Muhammad
adalah hamba dan utusan-Nya, dan (bersaksi) bahwa Isa adalah hamba Allah dan
utusan-Nya dan dia adalah kalam-Nya yang Allah berikan kepada Maryam dan ruh
dari-Nya, dan surga adalah haq (benar adanya), dan neraka adalah haq, maka
Allah akan memasukkan orang itu ke dalam surga betapapun keadaan amalnya”. (HR.
Al-Bukhari no. 3435)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda:
اِحْتَجَّتِ الْجَنَّةُ وَالنّارُ، فَقالَتْ
هَذِهِ: يَدْخُلُنِي الْجَبّارُوْنَ وَالْمُتَكَبِّرُوْنَ، وَقالَتْ هَذِهِ: يدخلني
الضُّعَفاءُ وَالْمَساكِيْنَ. فَقالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لِهَذِهِ: أَنْتَ عَذابِي
أُعَذِّبُ بِكَ مَنْ أَشاءُ، وَقالَ لِهَذِهِ: أَنْتَ رَحْمَتِي أَرْحَمُ بِكَ مَنْ
أَشاءُ، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِلْؤُها
“Surga dan neraka berselisih. Neraka berkata, “Yang masuk ke
dalamku adalah orang-orang yang sombong lagi takabbur,” sementara surga
berkata, “Yang masuk ke dalamku adalah orang-orang yang lemah lagi miskin.”
Maka Allah Azza wa Jalla berfirman kepada neraka, “Engkau adalah siksaan-Ku
yang denganmu Aku menyiksa siapa yang Aku kehendaki.” Dan Dia berkata kepada
surga, “Engkau adalah rahmat-Ku yang denganmu Aku merahmati siapa yang Aku
kehendaki. Dan setiap dari kalian ada penghuni yang memenuhinya.” (HR. Muslim
no. 2846)
Dari Haritsah bin Wahb radhiallahu anhu bahwa dia mendengar
Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ الْجَنَّةِ؟
قالُوا: بَلَى. قالَ صلى الله عليه وسلم: كُلُّ ضَعِيْفٍ مُتَضَعَّفٍ, لَوْ أَقْسَمَ
عَلَى اللهِ لَأَبَرَّهُ. ثُمَّ قالَ: أَلاَ أخبركم بأهل النَّارِ؟ قالُوا: بلى، قال:
كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ
“Maukah kalian aku kabarkan mengenai penghuni surga?” Mereka
menjawab, “Mau.” Beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Setiap orang
yang lemah lagi tertindas, yang seandainya dia bersumpa atas nama Allah atas
sesuatu niscaya Allah akan memenuhinya.” Kemudian beliau bersabda, “Maukah
kalian aku kabarkan mengenai penghuni neraka?” Mereka menjawab, “Mau.” Beliau
shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Setiap orang yang kasar, keras
permusuhannya, yang mengumpulkan harta tapi tidak mau membaginya, sombong dalam
berjalan, dan takabbur. “ (HR. Muslim no. 2853)
Calon Penghuni Surga
Setiap muslim sangat menginginkan kebahagiaan abadi di surga
kelak. Kenikmatannya tiada terkira. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللَّهُ أَعْدَدْتُ لِعِبَادِى الصَّالِحِينَ
مَا لاَ عَيْنَ رَأَتْ ، وَلاَ أُذُنَ سَمِعَتْ ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ
، فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ ( فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِىَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ
أَعْيُنٍ )
“Allah berfirman: Aku sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang
sholeh surga yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh
telinga dan tidak pernah terbetik dalam hati manusia.” Bacalah firman Allah
Ta’ala, “Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah
dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As
Sajdah: 17) (HR. Bukhari no. 3244 dan Muslim no. 2824)
Ada pelajaran penting dari surat Qaaf (surat yang biasa
dibaca Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat khutbah Jum’at [1]) mengenai
sifat-sifat penduduk surga. Ada 4 sifat penduduk surga yang disebutkan dalam
surat tersebut sebagai berikut,
وَأُزْلِفَتِ الْجَنَّةُ لِلْمُتَّقِينَ
غَيْرَ بَعِيدٍ (31) هَذَا مَا تُوعَدُونَ لِكُلِّ أَوَّابٍ حَفِيظٍ (32) مَنْ خَشِيَ
الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ (33) ادْخُلُوهَا بِسَلَامٍ ذَلِكَ
يَوْمُ الْخُلُودِ (34) لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ فِيهَا وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ (35)
“Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang
bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka). Inilah yang dijanjikan
kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi
memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada
Rabb yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang
dengan hati yang bertaubat, masukilah surga itu dengan aman, Itulah hari
kekekalan. Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada
sisi Kami ada tambahannya.” (QS. Qaaf: 31-35)
Ada empat sifat yang disebutkan dalam ayat yang mulia ini,
yaitu: (1) awwab (hamba yang kembali pada Allah), (2) hafiizh(selalu memelihara
aturan Allah), (3) takut pada Allah, dan (4) datang dengan hati yang muniib
(bertaubat).
Sifat Pertama: Awwab
Yang dimaksud dengan awwab adalah kembali pada Allah dari
maksiat kepada ketaatan pada-Nya, dari hati yang lalai mengingat-Nya kepada
hati yang selalu mengingat-Nya.
‘Ubaid bin ‘Umair rahimahullah mengatakan, “Awwab adalah ia
mengingat akan dosa yang ia lakukan kemudian ia memohon ampun pada Allah atas
dosa tersebut.”
Sa’id bin Al Musayyib [2] rahimahullah berkata, “Yang
dimaksud awwab adalah orang yang berbuat dosa lalu ia bertaubat, kemudian ia
terjerumus lagi dalam dosa, lalu ia bertaubat.”
Sifat Kedua: Hafiizh
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “Ia menjaga
amanat yang Allah janjikan untuknya dan ia pun menjalankannya.”
Qotadah rahimahullah mengatakan, “Ia menjaga kewajiban dan
nikmat yang Allah janjikan untuknya.”
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan, “Perlu diketahui
nafsu itu ada dua kekuatan yaitu kekuatan offensive (menyerang) dan kekuatan
defensive (bertahan). Yang dimaksud dengan awwab adalah kuatnya offensive
dengan kembali pada Allah, mengharapkan ridho-Nya dan taat pada-Nya. Sedangkan
hafiizh adalah kuatnya defensive yaitu menahan diri dari maksiat dan hal yang
terlarang. Jadi hafiizh adalah menahan diri dari larangan Allah, sedangkan
awwab adalah menghadap pada Allah dengan melakukan ketaatan pada-Nya.”
Sifat Ketiga: Takut pada Allah
Dalam firman Allah (yang artinya), “Orang yang takut kepada
Rabb yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya)”, terkandung makna
pengakuan akan adanya Allah, akan rububiyah-Nya, akan ketentuan-Nya, akan ilmu
dan pengetahuan Allah yang mendetail pada setiap keadaan hamba. Juga di
dalamnya terkandung keimanan pada kitab, rasul, perintah dan larangan Allah.
Begitu pula di dalamnya terkandung keimanan pada janji baik Allah, ancaman-Nya,
dan perjumpaan dengan-Nya. Begitu pula di dalamnya terkandung keimanan pada
janji baik Allah, ancaman-Nya, dan perjumpaan dengan-Nya. Seseorang dikatakan
takut pada Allah (Ar Rahman) haruslah dengan memenuhi hal-hal yang telah disebutkan
tadi.
Sifat Keempat: Datang dengan hati yang muniib
Yang dimaksudkan dengan datang dengan hati yang muniib
dijelaskan oleh Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, “Kembali (dengan bertaubat)
dari bermaksiat pada Allah, melakukan ketaatan, mencintai ketataan tersebut dan
menerimanya.”
Intinya yang dimaksud dengan sifat penghuni surga yang
keempat adalah kembali kepada Allah dengan hati yang selamat, bertaubat
pada-Nya, dan tunduk pada-Nya.
Semoga dengan mengetahui empat sifat penghuni surga ini
membuat kita semakin dekat pada Allah, bertaubat, menjauhi maksiat dan kembali
taat pada-Nya. Sehingga kita dapat berjumpa dengan Allah dengan hati yang
selamat. Aamiin Yaa Mujibas Saailin.
Ada empat ciri-ciri wanita penghuni SURGA adalah sebagai
berikut....
4 Wanita penghuni SURGA
1. Wanita yang selalu menjalankan perintah Allah dan wanita yang selalu mentaati segala perintah suaminya,
2. Wanita yang selalu menutupu aib suaminya dan menjaga kehormatannya apabila suaminya bepergian.
3. Wanita yang Amanah, qona'ah dan yang sabar menghadapi suaminya.
4. Wanita yang tidak pernah menyakiti hati suaminya.
4 Wanita penghuni SURGA
1. Wanita yang selalu menjalankan perintah Allah dan wanita yang selalu mentaati segala perintah suaminya,
2. Wanita yang selalu menutupu aib suaminya dan menjaga kehormatannya apabila suaminya bepergian.
3. Wanita yang Amanah, qona'ah dan yang sabar menghadapi suaminya.
4. Wanita yang tidak pernah menyakiti hati suaminya.
Dahsyatnya Neraka
Sebagaimana kita ketahui, dalam I’tiqad
Ahlusunnah Wal Jama’ah, orang kafir akan kekal selamanya di dalam
neraka. Berbeda dengan orang kafir yang kekal di neraka, orang mu’min (yang
beriman), tetapi memiliki dosa tidak akan kekal di neraka. Orang mu’min yang
memiliki dosa dan mati sebelum bertaubat akan masuk ke dalam neraka untuk
sementara. Tetapi setelah hukuman selesai, ia akan dikeluarkan dari neraka dan
masuk dimasukkan ke dalam surga.
Mari kita renungkan sejenak dari
hati yang paling dalam. Rasulullah Saw bersabda:
يَكُوْنُ
فِي آخِرِ الزَّمَانِ عُبَّادٌ جُهَّالٌ وَقُرَّاءٌ فَسَقَةٌ [ أبو نعيم والحاكم ]
“Akan muncul di akhir zaman orang-orang yang tekun beribadah
adalah bodoh, sedang para ulama’ rusak moral dan pikirannya.” (Abu Nu’aim dan Hakim).
Neraka disiapkan Allah bagi orang-orang yang mengkufuri-Nya,
membantah syariat-Nya, dan mendustakan Rasul-Nya. Bagi mereka adzab yang pedih,
dan penjara bagi orang-orang yang gemar berbuat kerusakan. Itulah kehinaan dan
kerugian yang paling besar. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Ya Tuhan
kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka
sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim
seorang penolongpun.” (QS. Ali Imran : 192). Demikian pula firman Allah Ta’ala,
“Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang
merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat.” Ingatlah yang
demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. Az Zumar : 15). Itulah seburuk-buruk
tempat kembali. “Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan
tempat kediaman.” (QS. Furqan : 66)
Bahan Bakar Neraka
“Peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia
dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir” (QS. Al Baqarah : 24). Batu
yang dimaksud dalam ayat ini ditafsirkan oleh Ibnu Abbas dan sebagian besar
pakar tafsir dengan belerang, dikarenakan sifatnya yang mudah menyala lagi
busuk baunya. Sebagian pakar tafsir juga berpendapat bahwa yang dimaksud batu
di sini, ialah berhala-berhala yang disembah, sebagaimana Allah berfirman (yang
artinya), “Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah
umpan Jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya.” (QS. Al Anbiya : 98)
Makanan Penghuni Neraka
“Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang
berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar” (QS. Al
Ghasiyah : 6-7). Ibnu Katsir rahimahullah membawakan perkataan Ali bin Abi
Thalhah, dari Ibnu Abbas, “Itu adalah pohon dari neraka”. Said bin Jubair
berkata, “Itu adalah Az Zaqum (pepohonan berduri bagi makanan penghuni
neraka)”. Ada pula yang berpendapat bahwa yang dimaksud ialah batu.
Minuman Penghuni Neraka
“Di hadapannya ada Jahannam dan dia akan diberi minuman
dengan air nanah, diminumnnya air nanah itu dan hampir dia tidak bisa
menelannya” (QS. Ibrahim : 16-17). Yaitu mereka diberi air yang amatlah busuk
baunya lagi kental, maka merekapun merasa jijik dan tidak mampu menelannya.
“Diberi minuman dengan hamiim (air yang mendidih) sehingga memotong ususnya”
(QS. Muhammad : 47). Hamiim ialah air yang mendidih oleh panasnya api Jahannam,
yang mampu melelehkan isi perut dan menceraiberaikan kulit mereka yang
meminumnya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dengan air itu
dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka)”
(QS. Al Hajj : 20).
Ciri-Ciri Penghuni Neraka
Di antara rincian detil yang pernah beliau ungkapkan adalah
ciri-ciri calon penghuni neraka. Dalam sebuah hadits panjang yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim dari ‘Iyadh bin Himar al-Mujasyi’ie, diantaranya beliau
menyebutkan sifat lima golongan yang kelak akan menjadi penghuni neraka. Mari
kita teliti satu per satu, semoga kita bisa mengintrospeksi diri dan
menghindarinya.
Pertama, orang lemah yang tidak berakal. Menurut Imam
Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim, yang dimaksud adalah orang yang tidak
memiliki akal yang bisa mencegahnya dari segala sesuatu yang tidak pantas.
Dalam Mirqatul Mafatih, Mulla ‘Ali Al-Qari menjelaskan bahwa mereka adalah
orang-orang yang tidak punya keinginan selain memenuhi isi perutnya dengan
segala cara, tidak perduli halal maupun haram. Keinginan terbesar mereka tidak
pernah beranjak naik dari tingkatan hewani ini, baik dalam urusan agama maupun duniawinya.
Perkara ini senada dengan firman Allah:
ذَلِكَ مَبْلَغُهُم مِّنَ الْعِلْمِ إِنَّ
رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اهْتَدَى
“Maka berpalinglah engkau (hai Muhammad) dari orang yang
berpaling dari peringatan Kami, dan dia tidak mengingini kecuali kehidupan
duniawi. Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah
yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang
paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (QS. an-Najm: 30).
Kedua, pengkhianat. Teks haditsnya menjelaskan bahwa
orang ini memang tidak tampak nyata sifat khianatnya, namun dia punya keinginan
ke arah sana. Jika ada kesempatan, meskipun sangat kecil, niscaya dia akan
berkhianat juga. Na’udzu billah. Oleh karenanya, Rasulullah pernah menyatakan
bahwa satu diantara tiga tanda orang munafik adalah suka berkhianat. Allah juga
pernah menyinggung sifat orang semacam ini dalam firman-Nya:
وَلاَ تُجَادِلْ عَنِ الَّذِينَ يَخْتَانُونَ
أَنفُسَهُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ خَوَّاناً أَثِيماً
يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلاَ يَسْتَخْفُونَ
مِنَ اللّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لاَ يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ
اللّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطاً
“Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang
yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
selalu berkhianat lagi bergelimang dosa. Mereka bisa bersembunyi dari manusia,
tetapi mereka tidak bisa bersembunyi dari Allah, dan Allah beserta mereka
ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak
ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka
kerjakan.” (QS. An-Nisa': 107-108).
Ketiga, penipu. Dalam hadits itu disebutkan:
“Seseorang yang tidak memasuki waktu pagi maupun sore melainkan ia pasti
menipumu, baik dalam urusan hartamu maupun keluargamu.” Tidak salah lagi, orang
ini pasti penipu tulen, tembus dari permukaan kulit sampai tulang sungsumnya!
Bayangkan, tidak pagi tidak sore, pekerjaannya melulu hanya menipu, menipu, dan
menipu, dalam segala hal. Adakah kebaikan yang bisa diharapkan darinya? Apakah
Allah bersedia mengasihi dan menghindarkan orang semacam ini dari neraka?
Keempat, pembohong atau orang pelit. Sebagian riwayat
menyebut “pembohong”, sedangkan riwayat lainnya menyitir “orang pelit”. Mana
pun dari keduanya yang tepat, sama saja buruknya. Dikatakan dalam sebuah
hadits: “Ada tiga hal yang membuat (seseorang) binasa, yaitu sifat pelit yang
ditaati, hawa nafsu yang diperturutkan, dan ketakjubannya pada diri sendiri.”
(Riwayat al-Bazzar dan al-Baihaqi, dengan sanad hasan li-ghairihi). Adapun
tentang berbohong, kita sudah diberitahu bahwa ia adalah satu diantara tiga
ciri kemunafikan. Padahal, Allah telah menyatakan bahwa orang munafik kelak
akan berada di kerak neraka, yakni yang paling dahsyat siksaannya (QS.
an-Nisa’: 145). Na’udzu billah.
Kelima, orang yang berakhlak buruk dan banyak
berkata/berbuat keji. Tidak sedikit ayat atau hadits yang menganjurkan akhlak
terpuji, dan sebaliknya melarang dari akhlak tercela. Bentuknya bisa
bermacam-macam, karena memang variasinya pun sangat luas. Maka, ketika
menggambarkan sifat-sifat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Anas bin
Malik berkata, “Beliau bukanlah orang yang suka mencaci, bukan orang yang suka
berkata/berbuat kotor, dan bukan pula orang yang suka melaknat.” (Riwayat
Bukhari).
Diceritakan pula bahwa ada seseorang yang mencela Usamah bin
Zaid dengan celaan yang sangat buruk. Ketika itulah Usamah berkata, “Sungguh
engkau telah menyakitiku. Sungguh aku telah mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda bahwasannya Allah membenci orang yang keji dan suka
berkata/berbuat keji. Dan sungguh, engkau ini orang yang keji dan suka
berkata/berbuat keji.” (Riwayat Ahmad dan Ibnu Hibban. Hadits hasan).
Empat ciri wanita masuk neraka
1. Wanita yang selalu menyakiti hati suaminya dan tidak bisa menjaga auratnya.
2. Wanita yang tidak bisa menjaga kehormatannya apabila suaminya bepergian.
3. Wanita yang selalu menentang perintah suaminya.
4. Wanita yang kerjaannya selalu makan,tidur dan bermalas-malasan saja.
1. Wanita yang selalu menyakiti hati suaminya dan tidak bisa menjaga auratnya.
2. Wanita yang tidak bisa menjaga kehormatannya apabila suaminya bepergian.
3. Wanita yang selalu menentang perintah suaminya.
4. Wanita yang kerjaannya selalu makan,tidur dan bermalas-malasan saja.
201. Dan di antara mereka ada orang yang bendoa:
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka"[127].(Al-Baqarah)
[127] inilah doa yang sebaik-baiknya bagi seorang
muslim.
Jakarta 15/2/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar