KEADILAN TUHAN
7.Keadilan Tuhan
7.1 .Mu’tazilah
Aliran ini dalam memahami kedilan
Tuhan berpendapat bahwa keberadaan keadilan Tuhan berdasarkan adanya hak dan
kewajibanmanusia . pendapat mereka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Keadilan
Tuhan diartikan memberi seseorang akan hak-hak-Nya.
2.
Kejahatan
seseorang akan di hukum dan kebaikan seseorang Tuhan akan memberi upah
kepadanya .
3.
Manusia
harus bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri , sebab tindakannya itu
dikehendakinya sendiri , sebab tindakannya itu dikehendaki-Nya sendiri dan
bukan perbuatan Tuhan .
4.
Tuhan
tidak dapat berbuat zalim kepada menusia .
5.
Keadilan
Tuhan sesuai dengan kehendak-Nya dan kepentingan manusia .
7.2.Asy’ariyah
Faham
golongan ini dalam memahami keadilan Tuhan , bahwa Tuhan senantiasa
berbuat
adil terhadap makhluk-Nya , sungguhpun perbuatan-Nya tidak sessuaidengan
pandangan akal .Keadilan-Nya kata mereka didasarkan atas kemutlakan kehendak
dan kekuasaanTuhan terhadap mahluk-Nya . Menurut faham ini dapat disimpulkan
sebagai berikut:
- Dengan kehendakdan kekuasaan mutlakan Tuhan,Ia bebas berbuat apa saja erhadap makhluk-Nya.
- Semua perbuatan Tuhan tidak dapat dikatakan zalim , bila yang demikian itu dikehendaki-Nya.
- KeadilanTuhan tidak terikat dengan hak-hak manusia dan kewajiban –kewajibannya.
- Setiap perbuatan Tuhan tidak bersifat adil bila dikehendaki-Nya , walaupun bertentangan dengan akal manusia .
7.
3.Maturidiah
Bagi
golongan Maturidiah Bukhara dalam memahami keadilan Tuhan mengalami
kesulitan , sehingga mereka menggunakan
istilah mas’ariyah dan rida Tuhan . Memang perbuatn manusia pada dasarnya
adalah perbuatnTuhan tetapi Tuhan tidak suka dan tidak rida terhadap
perbuatan-perrbuatan yang jahat . Oleh karena itu, jika Tuhan memberikan
hukuman kepada orang yang berbuat jahat adalah adil, sebab Ia tidak rida kepada
kejahatan manusia .
Maturidiah
Samarkand sefaham dengan faham Asy’ariyah , bahwa Tuhan
memberikan
hukuman kepada manusia yang melakukan kejahatan dan memberi upah kepada orang
yang berbuat kebaikan adalah adil, sebab perbuatan manusia adalah perbuatan ia
sendiri bukan perbuatan Tuhan .
8. 1.Perbuatan Manusia
8.1.Mu’tazilah
Dalam hal ini, kaum Mu;tazilah
berfaham qadariyah , bahwa manusia mempunyai kebebasan dan berkuasa atau
perbuatan-perbuatannya , dapat memilih untuk berbuat sesuatu atau tidak
melakukannya , Tuhan tidak ikut campur terhadap sesuatu yang dilakukan manusia
, sehingga sangat adil bila Dia memberikan upah kepada orang yang berbuat baik
dan menghukum orang yang berbuat jahat , sebab semua yang diperbuat manusia
adalah perbuatannya sendiri bukan perbuatanTuhan .
Dengan kata lain, kaum Mu’tazilah
berpendapat bahwa perbuatan yang dilakukan oleh manusia , baik kebajikan maupun
kejahatan adalah perbuatannya sendiri , bukan perbuatan Tuhan .
“Pendapat yang sama diberikan pula
oleh ‘Abd al- Jabbar . perbuatan manusia bukanlah diciptakan Tuhan pada diri
manusia , tetapi manusia sendirilah yang mewujudkan perbuatnnya”[1].
“Al-Jubba’i , umpanya , menerangkan
bahwa manusialah yang menciptakan perbuatan-perbuatannya , manusia berbuat baik
dan buruk , patuh dan tidak payuh kepada Tuhan atas kehendak dan kemauannya
sendiri . Dan daya ( al-istiTha’ah) untuk mewujudkan kehendak itu telah
terdapat dalam diri manusia sebelum adanya perbuatan”[2].
Yang
dimaksud dengan daya manusia untuk mewujudkan kehendak sebenarnya telah
terdapat dalam diri manusia yang diciptakan oleh Tuhan dan wujud perbuatan
manusia sendiri .
Dalam rangka menguatkan pendapat
–pendapat Mu’tazilah , kaum ini mengemukakan firman Allah SWT sebagai berikut:
Artinya:
Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu
(
bermacam-macam ni’mat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan
terhadap apa yang telah mereka
kerjakan .(S. As-Sajdah : 17) .
Artinya
: Dan katakanlah : Kebenarannya itu datangnya dari Tuhanmu; maka barang
Siapa yang ingin (beriman) hendaklah mereka
beriman , dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir . . . . (S.
al-Kahfi: 29).
Agar ayat diatas tidak mengandung
keraguan atau dusta , demikian al-Jabbar , perbuatan-perbuatan haruslah betul
betul perbuatn manusia . Jelaslah bahwa bagi Mu’tazilah perbuatan manusia
bukanlah perbuatnTuhan , tetapi perbuatan manusia sendiri.
Faham Mu’tazilah terhadap perbuatan
manusia dapat dismpulkan sebagai berikut:
1.
Mu’tazilah
mengikuti faham qadariah, karena faham inilah yang sesuai dengan keadilan Tuhan
.
2.
Manusia
bebas memilih untk berbuat dan berkuasa mewujudkan perbuatan-perbuatannya
sendiri.
3.
Perbuatan
manusia bukanlah perbuatan Tuhan
4.
Daya
yang diciptakan Tuhan dalam diri manusia adalah tenpat bergantungnya wujud
perbuatan manusia dan bukanlah yang
dikehendaki bahwa Tuhan membuat perbutan yang telah diperbuat manusia .
8.
2.Asy’ariyah
Golongan Asy’ariyah dalam memahami
perbuatan manusia tidak sependapat dengan faham Mu’tazilah tetapi lebih dekat
dengan faham Jabariah , sunguhpun mereka masing0masing ingin memurnikan keesaan
Tuhan . perbedaan ini , dikarenakan berbeda dalam memandang peran al-Qur’an dan
fungsi akal.
Al-Qur’an bagi kaum Asy’ariyah
mempunyai peran yang sangat besar dari pada akal . Dalam persoalan perbuatan
manusia, Asy’ariyah lebih dekat dengna faham Jabariah artinya Tuhanlah yang
menciptakan manusia dan apa yang diperbuat .
Jadi
Tuhan sebagai penggerak sedangkan manusialah yang bergerak untuk melakukan
sesuatu.
Al-Asy’ariyah
memahami perbuatan manusia dengan menghubungkan kemauan dengan kekuasaan mutlak
Tuhan, sehingga apa yang dilakukan manusia tidak terlepas dari pada kehendak
Tuhan . Bahkan pada dasarnya yang menciptakan perbuatan manusia tidak lain dari
pada Tuhan .
Tuhanlah yang sebenarnya menciptakan
daya dalam diri manusia , seningga dengan dayanya perbuatan baik atau buruk
akan terjadi dan terwujud sesuai dengan kemauannya.
Agar manusia tidak pasif dalam
melakukan perbuatan sebagaimana faham Jabariah , maka al-Asy’ari memakai kata
al-Kasb yang artinya perolehan sesuatu . Wujud perbuatan manusia adalah
perolehan dari daya yang diciptakan oleh Tuhan dalam diri manusia.
“Arti iktisab, menurut al-Asy’ari
sendiri, isilah bahwa sesuatu terjadi dengan perantara daya yang dicptakan dan
dengan demikian menjadi perolehan atau kasb bagi orang yang dengan dayanya
perbuatan itu timbul “[3]
.22
Karena uraian sebelumnya faham
Asy’ariyah dalam memahami perbuatan manusia tidak sependapat dengan faham
Mu’tazilah perbuatan manusia bukanlah perbuatan Tuhan tuhan yang menciptakan
manusia dan apayang dilakukannya .
Untuk
lebih mengetahui perbedaan faham tersebut. Maka dibawah ini ada beberapa
kesimpulan yang dapat diambil dari pada faham Asy’ariyah:
1.
Manusia
dalam memperbuat sesuatu memperoleh kasb dari pada yang dicptakan Tuhan .
2.
Perolehan
(al-kitab) manusia untuk berbuat sesuatu ialah bersifat tidak aktif atau lemah.
3.
Sesungguhnya
manusia yag melakukan suatu perbuatan , buajn Tuhan , kendatipun daya dalam
diri manusia datangnya dari-Nya .
4.
Kehendak
manusia tidak akan tercapai, jika tidak dikehendaki oleh
Tuhan
5.
Daya ,
kehendak atau perbuatan manusia sebenarnya adalah diciptakan oleh Tuhan .
Manusia hanya sebagai pelaku dan sungguhpun ia mempunyai kasb .
C.3. Faham Maturidiah
Dalam
memahami perbuatan manusia, golongan ini memiliki corak
pemikiran yang berbeda dengan aliran-aliran
teologi dalam Islam , Sekalipun pada persoalan tertentu kadang kala identik
dengan faham Asy’ariyah atau dengan faham Mu’tazilah . Perbedaan faham tersebut
dikarenakan berbedanya pemberian wewenang dan kekuasaan Tuhan terhadap
mahkluk-Nya .
Aliran Maturidiah Samarkand
berpendapat bahwa ; perbuatan manusia adalah hasil dari perbuatannya sendiri,
bukan perbuatan Tuhan . Oleh karena itu , mendapatkan pahala atausiksa itu
didsarkan dengan perbuatannya dan inilah keadilanTuhan .
Lain dengan faham Maturidiah
Bukhara, bahwa; perbuatan manusia pada dasarnya perbuatan Tuhan , tetapi ia tak
menghendaki dan tidak suka terhadap perbuatan-perbuatan yang jahat. Dengan
demikian bila Tuhan memberikan hukuman pada seseorang yang melakukan kejahatan
adalah adil, sebab Tuhan tidak ridho dengna kejahatan .
Bagi golongan Maturidiah perbuatan
manusia adalah juga ciptaan tuhan . Dalam hal ini, mereka membagi ada dua
perbuatan : a. perbuatan manusia dan b. perbuatanTuhan .
“Perbuatan Tuhan mengambil bentuk
penciptaan daya dalam diri manusia dan pemakaian daya itu sendiri merupakan
perbuatan manusia”.[4]
“Perbuatan manusia adalah perbuatan
manusia dalam arti sebenarnya dan bukan dalam arti kiasan” [5].
Dengan demikian diberi hukuman atas
kesalahan pemakaian daya dan diberi upah atas pemakaian yang benar dari daya.
Kemauan manusialah yang menetukan pemakaian daya baik untuk kebaikan maupun
untuk kejahatan .
“Sungguhpun demikian , didalam
pendapat Aliran Maturidiah baik golongan Samarkand maupun goongan Bukhara ,
kemauan manusia adalah sebenarnya kemauan Tuhan “.[6]
25
Inilah berarti bahwa perbuatan
manusia mempunyai wujud atas kehendak Tuhan dan bukan atas kehendak manusia .
Perbuatan
baik baik atau buruk yang dilakukan manusia atas kehendak Tuhan , tetapi tidak
atas kerelaan Tuhan .
“Tegasnya manusia berbuata baik atas
kehendak Tuhan dan dengan kerelaan hati Tuhan; sebaliknya betul manusia berbuat
buruk atas kehendak Tuhan , tetapi tidak atas kerelaan hati Tuhan”.[7]
26
Kesimpulandari pada faham Maturidiah
adalah
.Sebagai
berikut : 1. Perbuatan manusia sebenarnya adalah perbuatan Tuhan atas
kehendak-Nya .
2. Perbuatan manusia adalah perbuatan
manusia dalam arti sebenarnya.
3. Daya diciptakan Tuhan, sedangkan pemakaian
daya itu merupakan
perbuatan manusia .
4. Pemberian pahala atau hukuman atas dasar
pemakaian daya manusia .
ABI NAUFAL
JAKARTA
1991
[1]
Abd al-Jabbar Ibn Ahmad , Syarah al-Usul al- Khamsah , Ed, Dr .’Abd al-karim
, (Kairo; Ma‘Usman ktabah Wahbah,
1965) h 323.
[2]
Al- Syahrastani , op . cit . , h .81.
[3] Harun
Nasution , ibid . , h .107.
[4] Harun
Nasution , ibid . ,h. 112.
[5] Ibid. ,
h .12
[6]
Al-Bazzdawi , h . 45
[7] Ibid . ,
h . 42
Tidak ada komentar:
Posting Komentar